بسم الله الرحمن الرحيم
"Tidak ada kata untuk kali ini, biarlah cukup kutuangkan dalam doa "
______
"Astaghfirullah ... Sudah tahu kegiatan orientasi padat."
"Namanya juga musibah, Zaf. Pingsan mah bisa saja."
Pidato Presma itu tetap dilaksanakan. Sedangkan perempuan yang sempat pingsan tadi sudah di evakuasi ke tepi lapangan. Zafran turun dari panggung, menghampiri salah satu Maba yang pingsan itu.
"Gimana ini Kak teman saya pingsan?" Ucap salah satu temannya. Zafran memperhatikan wajah gadis itu. Sepertinya tidak asing? Tapi siapa?
Oh Mbak-Mbak tadi.
"Bawa ke ruang medis saja! Tolong bantu angkat ya!" Titah Zafran. Sebagai ketua pelaksana Orientasi perkenalan kampus untuk Mahasiswa, Zafran harus bersikap totalitas dan bertanggung jawab.
Zalfa segera dibawa ke ruang medis yang ada. Sementara Zafran mengikuti dari belakang. Bukan tegamelihat hanya kaum hawa yang menggotong. Kenapa tidak dirinya seperti difilm-film menggendong ala bridal style? Ingat jomblo bukan mahram.
Zalfa segera dibaringkan di bangsal, teman - teman yang lain keluar terlebih dahulu. Tersisa Ulfa, Zafran dan satu penanggung jawab medis.
"Kayaknya belum sarapan? Ditambah di hukum tadi." Ucap Zafran, melihat teman gadis itu mengoleskan minyak aroma terapi ke dahi gadis itu.
"Iya Kak, dia belum sarapan, buru-buru tadi dan sampai disini malah dihukum jadilah begini." Jawab Ulfa teman Zalfa yang menemani.
"Saya beliin dia makanan ke kantin, kamu balik ke kelompok kamu! Toh di sini sudah ada yang tugas jaga."
"Yah panasan lagi."
"Kok sambat?" Zafran mengernyitkan dahinya.
"Eh enggak Kak. Kalau begitu saya permisi." Ulfa segera berlari keluar. Daripada aneh-aneh, galak seperti Presiden mahasiswa yang satu ini.
"Elah Pak Pres perhatian banget sama Maba. Jangan digebet ya!" Sahut perempuan dengan seragam yang mirip seperti Zafran.
"Penanggung jawab medis diam!" Sahut Zafran kemudian berlaku pergi. Arah tujuannya utamanya adalah kantin. Selain membelikan makanan untuk gadis itu, dia juga sama ingin mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum ada nasi kotak diantaranya.
Sementara Zalfa sudah ada pergerakan, matanya mulai terbuka. Wajahnya terlihat pucat. Setelah tersadar penuh, Zalfa mengambil posisi duduk bersandar.
"Asalamualaikum." Seseorang masuk ke dalam. Zalfa mengeryitkan dahinya melihat laki - laki tersebut.
"Waalaikumsalam."
"Kakak yang nabrak aku tadi kan?" Sahut Zalfa, dia ingat betul ini laki - laki yang sama.
"Nih makan dulu!" Zafran menyodorkan plastik berisi makanan yang sudah ia beli dengan uangnya sendiri.
"Jawab dulu dong ditanya!" Ucap Zalfa kesal dengan suara yang meninggi.
"Maba enggak usah nyolot, Dek! Sudah dikasih makan ngelunjak." Sahut penanggung jawab medis tadi. Entah membela Zafran atau bagaimana. Zafran mendelik tajam ke arahnya.
"Yah kita mencoba baik tapi dia enggak nerima apa namanya ngelunjak, Pak Pres?"
"Dek kita tuh udah meluangkan waktu buat Maba, saat yang lain libur, kami rela mengorbankan masa liburan buat kalian, agar acara ini terlaksana, lancar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Pesantren
Ficción GeneralGus dan Santri. Kisah klasik sering kali ditemukan. Tak lain dengan Zalfa gadis 19 tahun yang punya kegaguman dengan Zafran. Tidak lain ialah anak pemilik pondok pesantren yang ia tempat, dan lagi? Dia seorang Presiden Mahasiswa di kampusnya. Dia la...