03 : Gosip

298 47 22
                                    

"Emang dasar temen nggak setia kawan. Bukannya nungguin malah ninggalin," Namarra mendumel karena tidak melihat Lisa, Ocha, dan Sekar didepan toilet.

"Ninggalin udah kayak—" ucapan Namarra terhenti, langkahnya juga mendadak berhenti saat melihat dua orang yang berada tak jauh didepannya.

Geraldy. Dan seorang cewek yang Namarra tau kalau cewek itu adalah kakak kelas. Namanya Liana. Murid unggulan dari 12 IPA 1.

Namarra bertanya-tanya dalam hati.

Geraldy sama cewek?

Ada hubungan apa Geraldy sama cewek itu?

Pacaran?

Atau

Cuma temenan?

Merasa banyak pertanyaan didalam otaknya, Namarra menggelengkan kepalanya. Seketika cewek itu sadar kalau statusnya dengan Geraldy hanya sebatas mantan.

Jangan kan cemburu, untuk bertanya saja, Namarra sudah tidak berhak.

Namarra menyentil kening nya sendiri. "Sadar, Namarra! Dia tuh mantan lo!"

Tarik napas...

Buang...

Tarik napas...

Buang....

Namarra kembali melihat kedepan. Melihat Geraldy dan Liana yang entah sedang membicarakan apa.

"Sial!" umpat Namarra, pelan. "Kenapa kaki gue jadi susah buat di gerakin gini sih?!"

Namarra menepuk-nepuk pipinya. "Sadar, Ra! Sadar! Ayo, lo pasti bisa lewatin mereka!"

Sekali lagi, Namarra menghela napas. Setelah memantapkan hatinya, cewek itu dengan perlahan berjalan kearah Geraldy dan Liana.

Bukan kearah mereka karena mau mengacaukan obrolan sang mantan dan kakak kelas nya itu. Tapi karena itu satu-satunya jalan yang paling dekat dengan kelasnya.

Namarra tidak mau kalau harus putar balik dan mencari jalan lain hanya karena terganggu dengan pemandangan mantan nya dan cewek lain.

Bukan! Bukan karena itu. Lagipula Namarra sudah move on.

Geraldy yang sedang fokus berbincang dengan Liana, refleks menggerakan matanya melirik Namarra yang berjalan begitu saja.

Liana ikut menoleh. Bahkan Liana tersenyum pada Namarra.

Tapi Namarra? Tidak sama sekali. Raut wajahnya datar dan terkesan sinis.

Setelah Namarra sudah menjauh, Liana kembali membuka pembicaraan.

"Itu yang namanya Namarra?" tanya Liana. Cewek itu menoleh melihat Geraldy yang masih fokus menatap punggung Namarra yang perlahan menjauh.

Geraldy tersentak dan tersadar. "Kenapa?"

"Mantan kamu?" tanya Liana. Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu lagi ditanyakan.

"Iya," jawab Geraldy

Liana merapatkan bibir. "Cantik."

Melihat raut wajah Liana yang mendadak berubah, Geraldy merasa tidak enak. "Dia cuma masa lalu."

Liana merapatkan bibir, diam sejenak sebelum akhirnya cewek itu menatap Geraldy dan tersenyum tipis. "Kamu sekelas sama dia kan? Dan katanya kamu duduk sebelah-sebelahan sama dia."

"Iya. Karena emang nggak ada kursi kosong lagi selain disebelah dia."

Liana dengan seksama memperhatikan Geraldy. Mencari letak kebenaran dari ucapannya. Dan Liana tau persis kalau apa yang diucapkan Geraldy adalah kebohongan semata.

Namun Liana tidak mau memperpanjang permasalahan ini. Cewek itu akhirnya mengulas senyum. Dan segera pamit karena ia sudah lumayan lama berbincang dengan Geraldy.

Geraldy juga berjalan kembali ke kelas. Sesampainya di kelas ia langsung disambut banyak pertanyaan dari Iqbaal dan juga Lisa.

"Dy, lo pacaran sama Kak Liana?"

"Anjir lah cakep-cakep juga ya yang jadi cewek lo."

Sekar menyeletuk nyaring. "Gila. Udah dapet yang baru aja lo, Dy."

"Selera lo tinggi-tinggi juga ya."

Diantara ramainya celetukan dan pertanyaan dari teman-teman sekelas. Hanya Namarra yang diam saja. Cewek itu pura-pura menulis sesuatu di buku tulisnya.

Cewek itu berusaha menulikan telinganya walau itu adalah hal mustahil.

Namarra yang biasanya ikut heboh kalau ada salah satu dari teman sekelasnya yang dekat dengan seseorang atau salah satu dari teman sekelasnya yang berpacaran, kini hanya diam saja.

Entah kenapa Namarra merasa canggung sendiri. Mungkin setelah putus darinya baru kali ini Geraldy digosipkan dekat dengan cewek lain.

Apalagi yang digosipkan dengan Geraldy adalah kakak kelas. Dari kelas unggulan pula. Namarra tidak bisa mengelak kalau cewek yang dekat dan digosipkan berpacaran dengan Geraldy jauh diatas Namarra.

Liana cewek kelas 12 IPA 1 yang selalu ikut olimpiade dan pastinya membawa piala dan membanggakan SMA ROGERDO.

Jika dibandingkan Namarra, ya jelas Namarra tidak ada apa-apanya.

Namarra hanya berkutat di ekskul Jurnalistik. Ekskul yang menjadi rumah kedua baginya, tempat dimana Namarra tau kalau minat dan bakat nya adalah menulis.

Dan hal yang membanggakan lainnya adalah Namarra terpilih menjadi salah satu dari sekian banyak siswi di SMA ROGERDO yang memiliki wajah cantik.

Kecantikannya diakui oleh banyak orang. Tapi Namarra tidak terlalu bangga karena tidak sedikit siswi di SMA ROGERDO yang memiliki wajah cantik. Salah satunya ya kakak kelasnya itu; Liana.

"Ra,"

Namarra yang semula fokus menulis dibuku tulis, sontak menoleh pada Iqbaal yang memanggilnya.

"Apaan sih?" ketus Namarra. _Mood_ nya jelek sekali hari ini.

"Geraldy aja udah ada gandengan, lo kapan nih?" tanya Iqbaal. Pertanyaan yang sungguh tidak ada sopan-sopannya untuk ditanyakan pada Namarra.

"Berisik lo. Ntar kalo gue punya cowok juga gue kenalin ke lo semua," balas Namarra.

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang