31 : Seperti dulu

175 22 0
                                    

Seluruh murid kelas 11 IPS 2 dibuat bingung oleh sikap Geraldy pagi ini. Kalau biasanya Geraldy datang dengan wajah datar dan langsung duduk ditempat duduknya setelah itu sibuk bermain _game_ sampai bel masuk berbunyi.

Pagi ini, Geraldy datang dengan senyum menawan. Matanya langsung mengarah ke tempat duduk Namarra yang masih kosong. Artinya, Namarra belum datang.

"Dih, kenapa lo? Seneng banget kayaknya," komentar Iqbaal begitu melihat Geraldy tersenyum tipis padanya.

"Geraldy, piket lo sekarang! Jangan banyak alesan!" teriak Erin didepan kelas. Ia memang bertugas untuk menyuruh teman-temannya piket dan akan mencatat siapa saja yang tidak melaksanakan piket.

Geraldy beranjak dari tempat duduknya. "Iya, bawel."

Erin mengernyitkan dahi melihat Geraldy tanpa banyak bicara langsung mengambil sapu dan menyapu barisannya. Iqbaal, Bisma, Gio, dan Ari yang melihat itu juga terheran-heran.

"Temen lo kenapa, Baal?" tanya Bisma pada Iqbaal.

"Ya mana gue tau!" jawab Iqbaal, ngegas. "Dateng-dateng udah senyum-senyum aja tuh orang."

"Ada kejadian apa emang tadi malem?" tanya Gio. "Kejadian yang berhubungan sama Namarra, ada nggak?"

Iqbaal, Bisma, dan Ari tatap-tatapan lalu dengan kompak menggelengkan kepala.

"Gue cuma nyuruh dia nyamperin Namarra waktu Namarra milih jalan sendiri dibanding jalan sama kita. Ya gue mana tau ada kejadian apa. Geraldy atau Namarra juga nggak cerita ke kita kan?" kata Iqbaal setelah mengingat kejadian tadi malam.

"Lagian juga pas kumpul, mereka biasa aja kayak biasanya. Sampe pas pulang juga nggak ada apa-apa gitu," kata Bisma.

"Wah jangan-jangan Geraldy ketempelan tuh," ceplos Ari.

"Heh!" Iqbaal menabok Ari. "Sembarangan lo kalo ngomong!"

Ari meringis. "Ya siapa tau kan? Abisnya beda gitu."

"Ya nggak ketempelan juga, goblok!" balas Bisma, ikut menabok Ari.

Iqbaal, Bisma, Gio, dan Ari sibuk berdebat dan saling tabok-menabok. Mereka berempat sudah heboh sendiri di kelas.

"Kalo jalan liat-liat. Nggak tau ada orang lagi piket?"

Perhatian seluruh murid 11 IPS 2 mengarah kepada Namarra dan Geraldy. Iqbaal, Bisma, Gio, dan Ari juga ikut memperhatikan Namarra dan Geraldy.

Namarra yang buru-buru masuk kelas, langsung melewati Geraldy yang sedang piket tepat di dekat pintu. Alhasil, sampah-sampah yang sudah di sapu Geraldy menjadi berantakan akibat ulah Namarra.

Namarra membalikkan badan dan menatap Geraldy dengan tatapan datar. "Yaudah sih maap."

Geraldy tersentak melihat reaksi Namarra yang benar-benar datar dan jutek. Cowok itu bertanya-tanya dalam hati, apakah dirinya dan Namarra memang sudah berbaikan dan kembali berteman seperti dulu? Karena nyatanya pagi ini Namarra bersikap seperti saat mereka berdua dalam keadaan perang dingin.

Geraldy bingung sekaligus malu. Bingung dengan sikap Namarra, padahal tadi malam cewek itu setuju kalau ia dan Geraldy berbaikan. Tapi juga malu karena ia dengan santai bicara begitu pada Namara persis seperti pertama kali mereka kenal dulu tapi respon Namarra justru begitu.

"Ra..."

Melihat wajah kaku Geraldy, membuat Namarra tertawa. "Napa? Mau marah lo sama gue?! Tinggal sapu aja apa susahnya sih!"

Geraldy menghela nafas lega. Rupanya Namarra emang sudah kembali seperti dulu. Sikapnya, cara bicaranya, dan raut wajahnya memang seperti itu ketika Geraldy melihatnya saat kelas 10.

Dan harusnya Geraldy sadar akan hal itu. Namarra itu jutek, cuek, dan ketus. Bagaimana mungkin ia bisa lupa?

Atau mungkin ... yang di maksud 'kembali seperti dulu' itu bukan yang seperti ini? Bukan sikap Namarra ketika mereka kelas 10 dan masih menjadi teman biasa.

Tapi justru sikap Namarra saat kelas 10 disaat mereka menjadi sepasang kekasih.

Namarra mengulum senyum. "Nyapu nya yang bener ya..."

Geraldy mengangkat sapu dan berusaha memukul Namarra yang tertawa dan berlari menuju tempat duduknya.

"Awas lo ya!" Geraldy menunjuk Namarra menggunakan sapu di tangannya.

Namarra menoleh dan memeletkan lidahnya meledek Geraldy. Tingkah Namarra benar-benar terlihat lucu di mata Geraldy.

Seluruh murid 11 IPS 2 menatap kedua orang itu dengan tatapan bingung sekaligus heran. Namarra dan Geraldy yang selalu saling diam dan menghindar, tiba-tiba saja berinteraksi lagi setelah sekian lama mereka perang dingin.

Ari menggelengkan kepalanya. "Wah bener ini mah."

Iqbaal menoleh. "Bener apaan?"

"Bener kalo si Geraldy sama Namarra ketempelan! Aneh banget sikapnya hari ini," kata Ari, sok tau.

"Lo kali yang ketempelan, Ri! Rumah lo kan ngelewatin pohon gede banget," sahut Gio.

Ari melotot. "Jangan nakutin gitu, bego! Gue jadi takut kalo balik malem,"

"Ya elo duluan yang mulai! Ketempelan-ketempelan mata lo tuh ketempelan!" balas Gio, ngegas.

"Lo nggak usah ngegas gitu dong, Gi!" kata Ari.

"Lah elo juga biasa aja!" sahut Gio.

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang