Namarra, Geraldy, Lisa, Sekar, Ocha, Bisma, Gio, Ari dan Iqbaal akhirnya sampai juga di mall yang mengadakan festival ice cream. Sama seperti tahun lalu, mereka hanya disuruh membayar tiket dan setelah itu mereka bisa makan ice cream sepuasnya.
"Ini nanti kita bisa makan ice cream sepuasnya, Ra, jadi lo tinggal ambil aja nggak usah bayar," kata Ari yang berjalan di sebelah Namarra.
"Udah tau kali," balas Namarra sambil tertawa.
Ari meringis, menggaruk kepalanya. "Udah tau ya? Hehehe."
"Ya udah tau lah, bahlul! Namarra kan udah pernah kesini tahun lalu," kata Iqbaal, ingin menjitak Ari saking gereget dengan cowok satu itu.
"Hah? Sama siapa emang?" tanya Ari.
"Sama cowok disebelah lo!" jawab Bisma, ngegas.
Ari menoleh dan langsung nyengir begitu melihat Geraldy yang menatapnya datar. "Oh, sama mantan ya, Ra? Eh dulu mah masih jadi pacar."
Namarra melotot. "Lo ngomong sekali lagi, gue tendang lo sampe ke planet lain."
"Anjrit!" Iqbaal terbahak. "Kenapa nggak sampe ke dunia lain aja, Ra."
Namarra tersenyum menatap Iqbaal yang tertawa bersama Bisma. "Kalo sampe ke dunia lain, itu mah elo, Baal. Mau?"
Iqbaal langsung merapatkan bibir. Sementara Bisma makin ngakak di sebelahnya. Begitupun dengan yang lain. Mereka ikut tertawa.
"Kita mau nyobain ice cream yang mana dulu nih?" tanya Ocha begitu matanya melihat banyak stand ice cream di hadapannya.
"Yang mana aja lah gue ngikut aja. Lagian juga gue suka semua jenis ice cream," kata Gio.
"Ini kita rombongan gini? Nggak mau di pisah aja?" tanya Namarra. Menurutnya jalan bersembilan terlalu kebanyakan.
"Jangan di pisah dong," kata Bisma, dengan wajah sok memelas. "Gue kan nggak mau pisah sama elo, Ra."
"Apaan sih," ketus Namarra. Menahan diri untuk tidak menabok Bisma.
"Heh!" Gio menoyor kepala Bisma. "Kita udah selesai drama. Udah dapet nilai juga. Kenapa lo masih sok drama gini sih?"
"Lo emang mau nya di pisah gitu, Ra?" tanya Ari, hanya ia satu-satunya yang merespon pertanyaan Namarra.
"Iya. Kayaknya kebanyakan kalo kita jalan bareng-bareng. Mending cewek sama cewek, cowok sama cowok," usul Namarra.
"Nggak mau jalan barengan karena kebanyakan apa karena ada Geraldy nih?" ledek Iqbaal.
"Berisik!" Namarra mendorong Iqbaal sampai cowok itu mundur beberapa langkah. Bukan karena tenaga Namarra terlalu kuat, tapi karena Iqbaal nya saja yang mendramatisir suasana.
"Udah lah kita jalan bareng-bareng aja kenapa sih?!" protes Bisma. "Gue kan nggak mau jauh-jauh dari lo, Ra."
Ari tertawa walau matanya melirik Geraldy yang diam saja. "Bisma anjir lo ya. Lo percuma ngomong begitu ke Namarra, dia nggak akan baper."
"Iya lah, kecuali kalo yang ngomong kayak gitu si Geraldy," sahut Sekar.
"Gue diajak kesini cuma jadi bahan ledekan lo semua doang ya sialan," gerutu Namarra.
"Santai dong, Ra, kayak si Geraldy tuh. Tetap tenang, tetap kalem, padahal mah pengen banget nyekik si Bisma. Hahaha."
Iya. Memang benar yang di katakan Iqbaal. Meskipun keliatannya tenang dan bersikap biasa saja walau diledek habis-habisan oleh mereka semua, Geraldy nyatanya ingin sekali mencekik Bisma.
Apalagi ketika mendengar Bisma melontarkan kalimat-kalimat menggelikan pada Namarra.
"Kata Geraldy gini, 'masih gue pantau, belom aja gue tendang si Bisma.' Hahahaha."
"Bener-bener setan lo semua," ketus Geraldy.
"Anjir kita di bilang setan," kata Iqbaal pada Gio, Bisma, dan Ari sambil tertawa.
"Padahal mah dia raja setannya ya," celetuk Gio.
Ocha menggelengkan kepala melihat kelakuan teman-teman cowoknya itu. "Gaes, jadi ini gimana? Mau ngobrol aja disini sampe pagi?"
"Ya nggak lah, ayo cepet kita serbu ice cream," kata Lisa.
Mereka bersembilan langsung menuju stand ice cream stick. Ari, Gio, Iqbaal dan Ocha yang memesan. Lisa, Sekar, dan Bisma menertawakan kelakuan Iqbaal dan Ocha yang saling berdebat memilih ice cream mana yang akan di pesan untuk Namarra dan Geraldy.
Sementara Namarra dan Geraldy yang melihat kelakuan teman-temannya itu hanya bisa geleng-geleng kepala merasa malu dan rasanya ingin pergi saat itu juga.
Geraldy berdiri tepat di belakang Namarra. Cowok itu seakan menjaga Namarra dari belakang. Dari jarak dekat begini, Geraldy dapat mencium aroma shampoo yang dipakai Namarra.
Dari belakang, Geraldy memperhatikan rambut Namarra yang malam ini di kepang satu. Perlahan, tangannya menyentuh ujung rambut Namarra.
Kalau dulu Geraldy bisa dengan bebas menyentuh rambut Namarra bahkan mengacak-acak rambut Namarra sampai membuat Namarra kesal.
Berbeda dengan saat ini. Geraldy hanya bisa diam-diam menyentuhnya, itupun hanya ujung rambut Namarra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Teen FictionStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...