06 : Pulang Bareng Raihan

284 41 14
                                    

Namarra berdiri sendirian didepan gerbang SMA ROGERDO. Cewek itu menunduk, fokus dengan hape ditangannya. Di telinganya juga sudah terpasang earphone.

Namarra tidak peduli dengan murid-murid lain yang sudah pulang lebih dulu. Dari kelas 10, cewek itu memang selalu pulang disaat sekolah sudah tidak terlalu ramai, karena mengingat banyaknya murid SMA ROGERDO, dan juga ada geng motor yang kalau keluar dari parkiran bersamaan seperti ingin pawai.

Saat sedang asyik men-scroll Instagram sambil mendengarkan lagu, Namarra dikejutkan dengan sebuah motor yang berhenti tepat didepannya.

"Namarra,"

Namarra mendongakkan kepala, ia mengernyitkan dahi saat melihat Raihan dengan motor hitam nya.

Namarra melepas earphone. "Eh ada Kak Raihan."

Raihan tersenyum. Mendadak udara terasa sejuk saat Raihan sedang tersenyum begitu.

"Ngapain disini?" tanya Raihan dengan senyuman diwajahnya.

"Lagi scroll Instagram nih," jawab Namarra dan dengan santainya menunjukkan layar hape nya pada Raihan.

Raihan terkekeh pelan. "Bukan, bukan. Maksudnya tuh lo ngapain disini. Nggak pulang?"

"Ini mau pulang kok. Cuma nunggu yang lain pulang. Males aku tuh kalo bareng sama anak-anak lain. Apalagi kan ada geng cowok yang suka bergerombol sok jagoan," jawab Namarra.

"Mau pulang sekarang? Biar gue anter," tawar Raihan.

Namarra terkejut. Tapi sedetik kemudian ia segera merubah raut wajahnya. Untungnya Namarra bisa dengan mudah mengatur raut wajahnya.

"Hm, gimana ya, Kak," Namarra terlihat menimbang-nimbang. Padahal dalam hati ia sudah menjerit kesenangan karena tawaran Raihan.

Sementara si Raihan masih menatap Namarra, menunggu jawaban adik kelasnya itu. "Gimana?"

"Boleh deh," jawab Namarra pada akhirnya. Menerima tawaran yang diberikan Raihan secara cuma-cuma.

"Tapi gue nggak bawa helm dua. Gapapa kan?" tanya Raihan.

"Halah, udah gapapa. Aku kalo sama abang ojol juga nggak pernah pake helm kok," jawab Namarra yang dengan santainya duduk di jok motor Raihan.

Raihan tertawa. "Tapi kan gue bukan abang ojol, Ra."

"Ya siapa juga yang bilang Kak Raihan abang ojol? Lagian mana ada abang ojol yang cakep begini," sahut Namarra dengan nada yang luar biasa santai.

Selain dapat dengan mudah mengatur raut wajahnya hanya dalam hitungan detik, Namarra juga mampu bersikap biasa, bersikap sesantai itu saat berhadapan dengan seseorang yang ia suka.

"Ayo, Kak. Kok malah diem?" tanya Namarra setelah sekian detik Raihan malah terdiam.

"Eh? Iya-iya. Ini gue mau jalan," kata Raihan. Cowok itu mulai menjalankan motornya.

'Kenapa perasaan gue malah aneh gini sih denger ucapan nih cewek?!' umpat Raihan dalam hati.

Raihan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Ia bukan tipe cowok yang hobi ngebut-ngebutan di jalan. Apalagi saat ini ia sedang membonceng seorang perempuan.

Diperjalanan menuju rumah Namarra, keduanya sama-sama diam. Tidak berbicara sedikitpun. Selain karena keduanya belum terlalu akrab, alasan lainnya adalah baik Namarra maupun Raihan bingung memilih topik apa yang akan mereka bahas di motor.

Raihan melirik spion motor, disana terlihat sekilas wajah Namarra. Entah dorongan darimana, Raihan mengubah spion itu. Dan sekarang terlihat jelas wajah cantik Namarra.

Raihan masih fokus menyetir, tapi tatapannya sesekali melirik Namarra melalui kaca spion. Rambut panjang itu Namarra biarkan tergerai, helai demi helai terbang terbawa angin.

Tanpa sadar Raihan mengagumi visual dari seorang Namarra Movelazelia. Adik kelasnya yang terkenal cantik.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya mereka berdua sampai disebuah rumah ber-cat putih gading.

Namarra segera turun, ia membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Makasih ya, Kak."

"Sama-sama. Oiya gue mau ngembaliin flashdisk lo. Udah gue pindahin foto-foto gue sama anak-anak yang ikut lomba kemarin," Raihan mengambil flashdisk Namarra dari dalam tas. Lalu memberikannya pada si pemilik. "Makasih ya."

Namarra mengulum senyum. "Iya. Sama-sama, Kak."

"Ra, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Raihan kaku.

Namarra mengangkat alis, menatap Raihan. "Nanya apa, Kak?"

"Gue liat di flashdisk lo ada foto cowok. Anak ROGERDO juga. Bukan cuma satu atau dua, tapi banyak," kata Raihan membuat Namarra seketika terdiam. "Dia siapa lo?"

'Apa yang dimaksud itu si Geraldy?' tanya Namarra dalam hati.

Bukannya menjawab, Namarra malah terdiam. Ia bukan bingung menjelaskan Geraldy ini 'siapanya' Namarra. Tapi Namarra merasa canggung. Geraldy itu yang sedang di gosipkan dengan Liana sementara Liana adalah teman sekelas Raihan.

Bukannya Raihan seharusnya sudah tau kalau hubungan Namarra dan Geraldy saat ini hanya teman biasa karena Geraldy dekat dengan Liana?

Atau...

Raihan justru tidak tau karena cowok itu tidak terlalu mengikuti berita terbaru disekolah?

Namarra menatap Raihan yang ternyata masih menunggu jawabannya.

"Mantan," jawab Namarra. Singkat, padat, dan jelas.

Kini gantian Raihan yang terdiam. Mendadak suasananya terasa canggung.

"Oh," gumam Raihan, bingung harus merespon apa. "_Sorry_."

Namarra tertawa. "Lah kenapa minta maaf, Kak? Santai aja kali."

Raihan masih memandang Namarra yang tertawa. "Namanya Geraldy kan?"

Pertanyaan itu sukses membuat Namarra kembali terdiam. Cewek itu menipiskan bibir. "Kak Raihan ... tau darimana?"

"Dari anak-anak kelas. Katanya sih lagi deket sama Liana," jawab Raihan.

"Oh," Namarra mengangguk-anggukan kepala.

Raihan mengamati ekspresi Namarra. Tapi sayangnya Namarra tidak bisa ditebak hanya lewat raut wajahnya.

"Ra, gue balik ya," pamit Raihan.

Namarra mengangguk, ia menatap Raihan yang sudah bersiap pergi. "Besok-besok kalo mau nganterin aku pulang gapapa kok, Kak. Dengan senang hati aku mau."

Raihan tertawa. Mengacungkan jempolnya pada Namarra. Yang dibalas dengan acungan jempol juga dan tawa indah Namarra.

Begitu Raihan pergi, wajah Namarra kembali datar.

'Gue udah move on. Tapi kenapa rasanya aneh pas denger kalo Geraldy deket sama Kak Liana?'

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang