20 : Perhatian

205 23 0
                                    

Bisma, Gio, Erin, dan Rika bertepuk tangan. Namarra dan Geraldy langsung menjauhkan diri setelah latihan drama selesai. Keduanya sama-sama menghela nafas lega karena akhirnya berakhir juga latihannya.

Selama latihan, keduanya sibuk menetralkan detak jantungnya masing-masing. Berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja walau sejujurnya mereka berdua benar-benar deg-degan.

"Udah selesai kan?" tanya Bisma, sembari mengambil tas nya dan menyampirkannya di bahu sebelah kanan.

"Udah," jawab Erin. "Lo mau langsung pulang?"

"Enggak. Gue nongkrong dulu depan sekolah NORMEZZA," kata Bisma.

Gio menoleh dan mengernyitkan dahi. "Lah ngapain lo nongkrong depan sekolah?"

"Ya nyari cewek lah," sahut Namarra. "Bisma kan jomblo."

"Makanya kenalin dong, Ra, sama temen lo," kata Bisma.

"Sama Diza tuh, mau?" tawar Namarra.

Bisma langsung menggeleng. "Ogah!"

"Kenapa? Padahal si Diza kan cantik," kata Namarra yang tidak biasanya memuji Diza.

"Ya cantik sih, tapi," Bisma menggantung ucapannya, ia lantas menggelengkan kepalanya dan bergidik ngeri. "Nggak mau ah! Ngeri anjir!"

Namarra tertawa. Diza memang cantik tapi banyak cowok di SMA ROGERDO yang takut untuk mendekatinya. Ya bagaimana tidak takut, nama Nuyyessa Mediza sudah dikenal di lingkungan sekolah.

Dikenal bukan sebagai murid dengan reputasi baik tapi justru dikenal dengan murid yang hobi berbuat onar. Karena itu lah cowok-cowok di SMA ROGERDO terkadang takut untuk mendekati Diza. Termasuk Bisma dan Iqbaal yang merupakan teman sekelasnya.

Padahal Namarra tau kalau Bisma dan Iqbaal tertarik dengan Diza. Dan mereka berdua sering mencuri pandang ke arah Diza kalau Diza menghampiri Namarra kekelasnya.

"Dy, lo ke parkiran kan?" tanya Gio pada Geraldy yang masih berdiri dengan hape di genggamannya.

Geraldy yang sedang mengetik pesan mendongakkan kepala, menatap Gio sebentar. "Iya. Kenapa?"

"Gue numpang dong, lo turunin di depan perumahan gue aja. Ntar gue tinggal jalan," kata Gio.

"Yaudah, tapi lo yang bawa motornya,", kata Geraldy.

Gio mengangguk sambil tersenyum lebar. "Okeee siap!"

Erin dan Rika sudah pamit duluan. Kini di kelas itu tersisa Namarra sebagai cewek satu-satunya. Bisma yang melangkah keluar mendadak berhenti dan menoleh pada Namarra yang sedang berjalan santai keluar kelas.

"Ra, lo pulang sama siapa?" tanya Bisma ketika Namarra sudah berdiri didepannya.

"Naik ojol," jawab Namarra. "Nih gue lagi pesen ojol."

"Nggak mau sama gue aja?" tanya Bisma, berusaha mengajak Namarra pulang bersama.

Namarra menatap Bisma dengan tatapan heran. "Hah?"

Bisma membasahi bibirnya. Ia balas menatap Namarra. "Pulang sama gue. Mau nggak?"

"Lah bukannya lo mau nyari cewek tuh didepan SMA NORMEZZA?" tanya Namarra, keheranan dengan Bisma.

Bisma menggaruk kepalanya, terlihat kikuk. "Hm, iya, kalo lo mau gue anterin lo dulu baru gue ke SMA NORMEZZA."

"Sok baik lo," cibir Gio yang tiba-tiba menepuk bahu Bisma lumayan kencang sampai membuat Bisma mendelik tajam.

"Apaan sih lo?!" balas Bisma langsung sewot.

"Sok baik," cibir Gio. "Bilang aja lo modus kan sama Namarra? Nggak bisa dapetin Diza, ya bisa kali dapetin temennya. Iya kan? Ngincer Namarra kan lo?"

Bisma berdecak sebal. "Gue bersikap layak nya seorang cowok. Ini udah sore, ya mending juga gue anterin daripada naik ojol."

"Halah," Gio mengibaskan tangannya didepan Bisma. "Erin sama Rika juga naik ojol. Lo nggak nawarin tumpangan tuh tadi. Giliran Namarra aja lo tawarin. Emang lo mah modus nya ke cewek cantik doang."

"Bacot anjir," ketus Bisma.

Geraldy hanya memandang Bisma dan Namarra dalam diam. Ia merasa Bisma begitu perhatian dengan Namarra. Ya sebetulnya cowok-cowok dikelas juga perhatian dengan Namarra, tapi di mata Geraldy, perhatian yang diberikan Bisma itu berbeda.

"Udah lah, gue duluan ya!" pamit Namarra, cewek itu segera pergi sambil melambaikan tangannya pada Bisma, Gio dan mungkin juga Geraldy yang masih berada di depan kelas.

"Yah, gagal deh nganterin Namarra pulang," kata Gio dengan wajah prihatin memandang Bisma.

"Ya gara-gara elo, bego!" Bisma menoyor kepala Gio dan setelah itu pergi meninggalkan Gio dan Geraldy dengan wajah kesal.

Gio tertawa, matanya melirik Geraldy yang diam saja. "Woi, jangan diem aja lo. Kusut amat tuh muka. Padahal yang PMS kan Namarra."

Geraldy hanya diam saja. Keduanya lantas berjalan menuju parkiran sekolah. Mengambil motor Geraldy. Gio yang mengendarainya. Parkiran SMA ROGERDO sudah lumayan sepi karena hanya tersisa murid yang sedang ekskul pada hari itu.

Saat keduanya hendak keluar dari SMA ROGERDO, mata Geraldy melihat Namarra yang sedang berdiri didekat gerbang. Rupanya cewek itu belum pulang.

"Eh, itu si Namarra ya," celetuk Gio. "Kok belom pulang sih?"

"Mana gue tau," sahut Geraldy.

"Anterin pulang sana, Dy," kata Gio yang seenak jidat menyuruh Geraldy mengantar Namarra pulang.

"Lah kenapa nyuruh gue?" tanya Geraldy, heran.

"Ya kan lo bawa motor. Udah cepet deh lo anterin dia pulang. Gue turun dulu nih," kata Gio. "Daripada nanti Namarra keburu dianterin Bisma."

Geraldy langsung berpikir. Ia ingin mengantar Namarra pulang, tapi ia tidak yakin kalau Namarra akan mengiyakan ajakannya. Ajakan dari Bisma saja ditolak, bagaimana dengan ajakan Geraldy?

Di sisi lain, Geraldy juga gengsi. Ia tidak mau tiba-tiba berhenti didepan Namarra dan mengajaknya pulang bersama. Tapi ia juga tidak mau Namarra diantar pulang dengan Bisma.

"Woi! Malah bengong!" tegur Gio.

Geraldy menghela nafas, ia lalu turun dari motor. "Lo aja yang nganterin dia."

"Hah?" Gio memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus heran.

"Udah cepet sana lo anterin dia pulang," kata Geraldy.

"Hadeh, lo tuh ya, Dy, perhatian kok diem-diem gini sih?" ceplos Gio.

"Siapa yang perhatian? Gue nggak perhatian sama dia. Gue cuma nyuruh lo nganterin dia pulang aja. Kasian. Udah sore juga kan?"

"Perhatian sama mantan tuh nggak salah loh. Jadi lo nggak usah nutup-nutupin gitu. Gue tau lo tuh sebenernya perhatian sama si Namarra."

"Berisik lo."

"Lo kalah sama Bisma," Gio terang-terangan memuji Bisma didepan Geraldy. "Bisma aja berani ngajak Namarra balik bareng walaupun dia tau akhirnya bakal di tolak. Nggak kayak lo, yang cuma bisa perhatian lewat perantara."

Setelah mengucapkan itu, Gio langsung pergi dengan motor Geraldy yang ia kendarai. Geraldy terdiam, merasa tertohok dengan perkataan Gio barusan.

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang