Iqbaal keheranan melihat Geraldy yang fokus membaca buku. Geraldy bahkan mengabaikan Iqbaal yang mengajaknya ngobrol dan ia juga mengusir Ari yang tadi mampir ke meja nya.
Kelas 11 IPS 2 memang ulangan harian BAB 3 hari ini. Tapi tidak biasanya Geraldy segitu fokusnya belajar. Biasanya Geraldy akan bekerja sama dengan Iqbaal atau ia akan mengandalkan contekan dari teman-temannya karena cowok itu malas belajar.
Bukan tanpa alasan Geraldy fokus belajar, ini semua karena Namarra. Cewek itu belum menjawab pertanyaan Geraldy yang mengajaknya untuk balikan. Namarra justru memberikan tantangan pada Geraldy.
"Nanti kan ulangan Biologi. Lo harus dapet nilai tinggi, atau paling nggak lebih tinggi dari gue. Kalo lo dapet nilai tinggi, gue mau balikan sama lo."
"Kalo nilai gue jelek kayak biasanya gimana? Gue kan remedial mulu kalo Biologi."
"Yaudah nggak usah balikan."
Pelajaran yang Geraldy suka hanya Matematika, Bahasa Inggris, dan Olahraga. Selain itu, ia malas kalau harus belajar.
Berbeda dengan Geraldy yang sekarang benar-benar fokus belajar, Namarra justru sedang sibuk bergosip dan tertawa bersama teman-temannya.
Obrolan Namarra dan teman-temannya baru berhenti ketika Bu Hanna berdiri dari tempat duduknya itu artinya ulangan harian BAB 3 siap di mulai.
"Ibu acak ya tempat duduknya," kata Bu Hanna, di tangannya sudah ada buku absen kelas 11 IPS 2.
"Kenapa di acak, Bu?" tanya Lisa.
"Kalo kalian nggak di pisah sama temen sebangku, yang ada kalian malah saling contek," jawab Bu Hanna.
"Kan beda soalnya, Bu, ada paket A sama paket B," sahut Bisma yang duduknya paling belakang bersama Gio.
"Pokoknya Ibu akan acak tempat duduknya, supaya mengurangi kesempatan kalian menyontek," kata Bu Hanna masih teguh dengan pendiriannya.
Seluruh murid 11 IPS 2 langsung melengos malas. Terutama Geraldy. Cowok itu memikirkan soal apa saja yang nanti akan keluar. Ia takut apa yang ia pelajari justru sama sekali tidak ada.
Cowok itu menoleh kearah Namarra yang terlihat santai-santai saja. Bahkan buku Biologi yang ada di atas mejanya sudah tertutup dan ia taruh rapi.
Kalau urusan hafal-menghafal materi, Namarra memang jagonya. Tapi kalau urusan menghafal rumus dan hitung-menghitung, Geraldy lah jagonya.
"Oke, udah Ibu tulis di papan tulis. Silahkan kalian pindah tempat duduk sesuai yang sudah Ibu tentukan," kata Bu Hanna.
Geraldy menghela nafas, matanya menatap papan tulis. Mencari namanya dan seseorang yang akan duduk dengannya selama ulangan Biologi ini.
Dan matanya langsung membulat begitu melihat nama Namarra lah yang ternyata akan menjadi teman sebangkunya.
"Woi!" Namarra menepuk bahu Geraldy. Cewek itu sudah pindah tempat duduk. Ia duduk di tempat Iqbaal. Sementara Iqbaal duduk dengan Rika di depan.
"Lo udah belajar, Ra?" tanya Geraldy.
Namarra mengangguk. "Udah lah. Tadi malem juga gue udah belajar," jawabnya santai.
Geraldy menyenderkan punggungnya di kursi. "Oh..."
"Kenapa lo? Tumben banget muka lo kayak gitu. Biasanya kalo ulangan muka lo biasa aja."
'Ya gara-gara elo anjir! Ngasih tantangan kayak gini banget.' omel Geraldy dalam hati. Kalau berbicara langsung, ia tidak berani. Alhasil ia hanya menggelengkan kepalanya.
Bu Hanna membagikan soal ulangan dan seketika semuanya hening. Begitupun dengan Namarra dan Geraldy. Kedua orang itu sibuk mengerjakan soal.
Mata Geraldy melirik kertas soal milik Namarra dan seketika matanya mendelik. 'Lah soal dia mah gampang-gampang. Kenapa giliran gue susah gini?'
Geraldy lalu melirik Namarra yang menulis jawaban seakan tidak akan rintangan apapun. Cewek itu juga tidak menoleh ke kanan atau kiri untuk meminta jawaban. Namarra fokus pada soal nya dan juga jawaban yang ia tulis.
Mengingat waktu mengerjakan yang tidak lama, Geraldy memfokuskan dirinya untuk membaca soal dan memikirkan jawaban yang benar.
Gio yang duduk di belakang Geraldy menoel cowok itu. "Dy.."
Geraldy menoleh. "Kenapa?"
"Lo udah belom nomor 4?" tanya Gio pada Geraldy sambil berbisik pelan.
Geraldy menggeleng. "Kenapa emang?"
"Gue udah nih. Mau liat?"
Geraldy hampir saja menggangguk ketika mendapat tawaran menggiurkan itu. Tapi ia sadar kalau disebelahnya ada Namarra. Cewek itu melirik sinis kemudian kembali menulis.
"Mau nggak?" tanya Gio, lagi.
Geraldy menggeleng. "Nggak. Gue bisa mikir sendiri."
"Dih," Gio mencibir. "Sok mikir lo." ketusnya.
Geraldy menghadap ke depan. Dirinya kembali fokus mengerjakan soal. Diam-diam Namarra yang duduk disebelahnya mengulum senyum ketika mendengar Geraldy menolak contekan dari Gio.
Geraldy seakan tidak menghiraukan teman-temannya yang saling memberikan contekan. Ia memang ingin mendapat nilai tinggi, tapi bukan hasil dari contekan teman-temannya. Lagipula sebelum ulangan di mulai Geraldy sudah belajar.
Bermenit-menit berlalu, akhirnya waktu sudah habis. Untungnya baik Namarra ataupun Geraldy sudah selesai.
Geraldy mengambil soal sekaligus jawaban Namarra dan menaruhnya didepan meja guru bersamaan dengan yang lain. Ia deg-degan sekaligus takut dengan nilainya nanti. Apalagi melihat Namarra yang terlihat santai mengerjakan soal tadi membuat Geraldy.
"Mau kemana?" tanya Geraldy ketika Namarra beranjak dari tempat duduknya.
"Kamar mandi," jawab Namarra, singkat.
Namarra dan Sekar izin pada Bu Hanna untuk ke kamar mandi sebentar. Sebenarnya, Namarra tidak ingin buang air kecil. Ia hanya butuh keluar kelas saja.
Ia tidak kuat kalau harus duduk disebelah Geraldy. Jantungnya masih berdebar sejak kejadian di UKS, dimana Geraldy mengatakan kalau ia masih sayang pada Namarra dan mengajaknya balikan.
Sementara di kelas, Geraldy sudah tidak sabar menunggu hasil ulangannya. Masalahnya, jawaban Namarra itu bergantung pada nilai ulangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Novela JuvenilStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...