35 : Kali kedua

368 22 1
                                    

Namarra berjalan seorang diri menuju kelasnya. Kalau tadi ia ke kamar mandi bersama Sekar, sekarang ia kembali ke kelas sendirian. Karena ia menyuruh Sekar untuk lebih dulu ke kelas.

Namarra memperlambat jalannya. Didepan sana ia melihat Iqbaal, Bisma, dan Gio sedang berjalan santai. Sudah pasti ingin ke kantin.

"Ra, lo dapet nilai tinggi tuh," kata Bisma memberitahu Namarra.

"Nggak usah di ragukan lagi lah kalo soal ulangan mah pasti elo di atas KKM mulu," puji Gio.

"Geraldy juga dapet nilai tinggi," kata Iqbaal. "Dia kegirangan di kelas sampe pamer-pamer segala. Gue yang biasa dapet nilai tinggi, biasa aja nggak kayak dia pamer banget."

Namarra mematung. Bahkan saat Iqbaal, Bisma dan Gio pamit ke kantin pun Namarra diam saja. Ia masih tidak menyangka kalau ternyata Geraldy mendapat nilai tinggi. Karena selama ini cowok itu selalu remedial bersama Ari.

Matanya melihat Geraldy di depan sana. Cowok itu tersenyum lebar sambil mengangkat kertas yang Namarra yakini adalah kertas ulangan milik Namarra dan Geraldy.

Jantung Namarra makin berdebar tidak karuan saat melihat Geraldy berlari ke arahnya. Bukannya menghampiri Geraldy, Namarra justru membalikkan badan dan bersiap pergi dari sana.

Tapi upayanya sia-sia karena Geraldy dengan cepat meraih tangan Namarra dan berdiri tepat di hadapan cewek cantik itu.

Geraldy menatap Namarra dengan senyum geli. "Kenapa malah pergi?"

Namarra menghindari kontak mata dengan Geraldy. "Gapapa," katanya melepaskan tangan Geraldy yang memegangnya.

"Liat nih, Ra," Geraldy menunjukkan kertas ulangan milik mereka berdua. Menunjukkan nilai yang tertera disana. "Gue dapet nilai tinggi. Sama kayak lo, Iqbaal, Rani, sama Rika. Sampe Bu Hanna tadi nuduh gue nyontek karena nggak biasanya gue dapet nilai segini. Dia kan tau nya gue remedial mulu."

Pantas saja Bu Hanna tidak percaya dan menuduh Geraldy menyontek seperti teman-temannya yang lain. Namarra saja sampai membulatkan mata begitu melihat nilai yang tertera disana. Jawaban Geraldy benar semua.

"Gimana?" tanya Geraldy sambil menaik-turunkan alisnya. "Keren kan gue?"

"Biasa aja," jawab Namarra. Cewek itu melengos pergi tapi segera ditahan Geraldy.

Geraldy mengernyitkan dahi. "Lo kenapa malah pergi mulu sih? Jadi kayak ngehindarin gue gitu."

"Apa sih? Gue mau ke kantin," kata Namarra, berjalan menuju kantin diikuti dengan Geraldy yang berjalan disebelahnya.

Selama perjalanan ke kantin, Namarra dan Geraldy sama-sama diam. Geraldy hanya melirik Namarra tanpa mengucapkan apa-apa. Tapi tiba-tiba cowok itu berdecak dan menghentikan langkah Namarra, memberanikan diri untuk membicarakan lagi masalah hubungannya dengan Namarra.

"Gue udah dapet nilai tinggi, jawaban gue bener semua, sama kayak lo dan anak-anak pinter di kelas. Jadi sekarang gimana?" tanya Geraldy tatapan matanya lurus menatap Namarra.

Bukannya menjawab, Namarra justru balik bertanya. "Gimana apanya?"

Geraldy berdecak. "Kalo ngomong sama gue, tatap gue. Jangan malah natap yang lain," tegurnya kesal.

Namarra menatap Geraldy, menahan debaran jantungnya yang sedari tadi belum mereda. "Apa?"

"Kita balikan?"

Namarra tidak langsung menjawab padahal Geraldy sudah menunggu jawaban cewek cantik itu.

"Ra? Apa jawabannya? Kita balikan nggak?"

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang