21 : Baper

179 23 0
                                    

"Ra,"

Namarra menoleh, tatapan kaget langsung ia berikan pada Gio yang tiba-tiba berada disampingnya dengan sebuah motor yang Namarra kenal.

"Apaan?" tanya Namarra.

"Lo belom pulang?" tanya Gio, basa-basi.

"Menurut lo?" balas Namarra dengan nada ketus seperti biasa.

Gio mendengus pelan. "Udah dapet ojol belom lo?"

"Belom," jawab Namarra, lesu. "Tumben banget nih lama. Biasanya juga dapet nya cepet."

"Mau gue anterin?" tawar Gio.

"Anterin kemana?" tanya Namarra, bingung.

Gio berdecak sebal. Merasa kesal dengan Namarra yang tumben sekali lemot begini. "Anterin ke rumah lah. Mau nggak?"

Namarra memandang Gio dengan sebelah alis terangkat. "Dih tumben lo."

"Cepetan. Udah sore nih," kata Gio sedikit memaksa.

"Yaudah lah, biar gue irit juga," kata Namarra yang pada akhirnya menerima tawaran Gio untuk mengantarnya pulang.

Entah dorongan darimana, Namarra menoleh dan matanya melihat Geraldy yang sedang memainkan hapenya. Namarra tidak memikirkan kenapa bisa-bisanya Gio mengantarnya pulang dengan motor Geraldy sedangkan si pemilik motor justru berdiri sambil memainkan hapenya.

Saat Namarra naik keatas motor, hal itu membuat Gio tersenyum penuh kemenangan. Seakan mengejek Bisma yang ditolak Namarra dan mengejek jiwa pengecut Geraldy yang bisanya hanya memberikan perhatian lewat dirinya.

"Kasian banget si Bisma lo tolak ajakannya, eh malah balik sama gue," kata Gio merasa bangga bisa mengantar Namarra pulang.

"Gue terpaksa ya. Lagian ojol nya juga lama banget tumben. Terus juga tadi lo maksa gue biar pulang sama lo. Jadi ... ya gue sih ngikut aja," elak Namarra.

"Iya, Ra, gue juga tau. Kalo bukan karena terpaksa lo mana mau sih gue anter pulang. Lagian juga udah banyak cowok yang mau nganter lo pulang dan udah sering juga lo tolak," kata Gio. "Tapi gue ngerasa bangga nih bisa nganter Namarra Movelazelia."

"Halah, lebay lo," cibir Namarra.

"Beruntung juga ya berarti si Geraldy pernah jadi pacar lo," celetuk Gio.

Namarra mendelik. "Maksud lo?"

"Ya si Geraldy beruntung bisa jadi pacar lo. Dari banyaknya cowok yang deketin lo, eh malah dia yang dapetin lo. Keren juga," kata Gio. "Tapi bego tuh dia. Udah dapetin lo malah diputusin gitu aja."

"Emang bego dia tuh," ceplos Namarra.

Gio tertawa tanpa suara ketika mendengar Namarra mengatai Geraldy. "Emang. Dia pinter di pelajaran Matematika doang. Kalo urusan yang lain mah otak nya nggak ada."

"Ini kenapa jadi ngomongin orang?" tanya Namarra yang sebetulnya juga masih ingin mencaci-maki Geraldy.

Gio tertawa. "Duh, gara-gara gue sering denger Iqbaal ngegosip jadi ketularan gini."

Namarra mengangguk setuju. "Iqbaal emang sesat anaknya."

"Emang," sahut Gio. "Emang bikin orang lain sesat tuh orang. Kerjaannya ngegosip, ngomongin orang. Aneh ya, kok ada cowok kayak gitu?"

Namarra menoyor kepala Gio dari belakang. "Ya terus apa bedanya sama lo?"

Gio langsung terbahak. "Iya juga ya."

Namarra memutar bola mata. Iqbaal, Gio, Bisma, dan Geraldy memang bisa dikatakan satu spesies. _Gamers_ yang tidak pernah bisa jauh dari hape dan kalau ngumpul pasti selalu ribut membahas game. Walau Iqbaal lebih senang bergosip di pojok dengan murid cewek.

"Nanti didepan belok kiri ya. Lo ikutin aja tuh jalan nya. Ntar kalo ada rumah cat abu-abu, itu rumah gue," kata Namarra, memberitahu Gio sebelum cowok itu bertanya.

Gio mengangguk. "Oke."

"Gio, ehm, ini motor dia ya?" tanya Namarra. Pertanyaan yang seharusnya tidak dipertanyakan lagi karena Namarra jelas sudah tau itu.

"Iya. Motor Geraldy," jawab Gio.

"Oh..."

"Dia tuh ternyata perhatian gitu ya sama lo meskipun keliatan nya cuek."

"Hah?"

"Persis kayak elo, Ra, lo keliatannya cuek, jutek, sombong. Tapi padahal lo baik. Perhatian juga ke temen-temen lo. Kayak pas Ari pusing, misalnya."

"Terus? Apa hubungannya sama tuh orang?"

"Ya dia juga perhatian ke lo gitu," kata Gio, menahan emosi. "Jangan bilang lo nggak sadar kalo selama ini si Geraldy tuh perhatian sama lo?"

"Enggak," jawab Namarra, spontan.

Gio menepuk dahinya. "Sumpah, lo emang nggak peka ternyata. Bener kata cowok-cowok."

"Paan sih?!" ketus Namarra, mulai kesal.

"Nih ya gue bilangin nih ke lo. Geraldy tuh perhatian sama lo, Ra. Buktinya dia bantuin lo pas pelajaran MTK, minjemin lo jaket pas lo lagi ... 'tembus'. Dan lo tau nggak, dia juga yang nyuruh gue nganterin lo pulang."

Namarra membelalakan mata. "Hah?"

"Jangan hah-hah-hah mulu anjrit. Gue kayak lagi ngomong sama tukang keong."

Masih dalam keterkejutannya Namarra terdiam. Ia lalu mengingat kejadian sebelum-sebelumnya. Ia bukannya tidak peka dengan perhatian kecil yang diberikan Geraldy. Namarra hanya tidak mau kegeeran yang berujung membuatnya kesal kalau ia terlalu percaya diri dengan sikap Geraldy.

Tapi sekarang ia mendengar langsung dari Gio kalau ternyata memang benar Geraldy memberikan perhatian kecil secara diam-diam.

Apa boleh, Namarra baper?

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang