13 : Badmood

234 25 0
                                    

Selamat membaca :##

Mood Namarra hari ini benar-benar buruk. Meskipun memang wajahnya jutek saat hari-hari biasa, tapi hari ini wajah Namarra benar-benar datar. Bahkan kalau ada yang menegurnya pun ia hanya berdeham singkat.

Cewek itu memegang perutnya yang terasa nyeri. PMS hari pertama memang benar-benar membuatnya tersiksa.

"Ra!"

Namarra melengos malas saat namanya dipanggil oleh Diza—salah satu temannya yang berbeda kelas. Diza berada di kelas 11 IPS 1, satu kelas dengan Jiyya.

"Woi!" Diza menepuk bahu Namarra saat sudah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan cewek itu.

"Apaan sih?" tanya Namarra dengan wajah super jutek.

Nuyyessa Mediza atau yang kerap di panggil Diza itu mengerutkan dahi ketika melihat respon Namarra yang super jutek.

"Ya ampun, Ra, masih pagi begini muka lo udah kusut aja," komentar Diza.

"Bodo amat," ketus Namarra. Terlihat sekali kalau ia tidak berminat berbicara dengan orang lain sekalipun itu Diza.

Bicara tentang Diza, sebenarnya Namarra dan Diza ini berteman cukup baik. Walau tidak terlihat seperti geng cewek kebanyakan yang selalu bersama kemanapun, karena baik Namarra maupun Diza sama-sama sudah memiliki teman di kelas mereka masing-masing.

Mungkin ada sebagian murid SMA ROGERDO yang bertanya-tanya, bagaimana bisa Namarra berteman dengan Diza yang dijuluki sebagai badgirl nya SMA ROGERDO.

Karena kalau dilihat-lihat Namarra dan Diza itu bagaikan langit dan bumi. Diza hobi bolak-balik masuk ruang BK. Namanya sudah terkenal seantero sekolah. Sementara Namarra justru kebalikannya.

"Gue tau nih," Diza menjentikkan jarinya tepat didepan wajah Namarra. "Lo pasti lagi PMS kan." tebaknya.

Namarra hanya bergumam malas.

"Nah kan bener! Soalnya tuh lo kalo PMS apalagi hari pertama, beneran deh, Ra, kayak macan betina," celetuk Diza.

Namarra menoleh. Matanya menatap tajam Diza yang justru cengengesan disebelahnya. "Lo tuh minta gue jambak ya?"

Diza terbelalak. Dari banyaknya murid disini memang hanya Namarra yang frontal berbicara seperti itu pada Diza. Bahkan cewek itu bisa seberani itu pada Diza. Persamaan Namarra dan Diza adalah sama-sama galak, jutek, dan cuek pada sekitar.

Geraldy yang kebetulan berjalan dibelakang mereka hanya mengamati keduanya. Geraldy tau kalau Namarra dan Diza memang berteman. Walau tidak pernah ke kantin berdua, atau terlihat dekat seperti Namarra dan Jiyya. Tapi keduanya memiliki hubungan pertemanan yang cukup baik.

Diza menoleh ke belakang. Matanya langsung bertatapan dengan Geraldy. Cewek itu tersenyum singkat sebelum akhirnya kembali menghadap ke depan.

"Eh liat, Ra, ada mantan terindah lo tuh di belakang," bisik Diza yang tanpa disadari memancing emosi Namarra.

"Berisik," ketus Namarra.

"Dia kayak nya ngeliatin elo deh, Ra. Cieee yang jalannya sekarang depan-belakang karena udah jadi mantan. Waktu masih pacaran ya walaupun backstreet gue sering liat lo sama dia jalannya sebelah-sebelahan," kata Diza.

Namarra langsung menjambak rambut pendek Diza. Geraldy membelalakan mata. Ingin memisahkan keduanya, tapi nanti justru ia yang kena amukan Namarra. Apalagi kalau tadi tidak salah dengar, Diza berkata kalau Namarra sedang PMS.

Diza mengaduh sakit. Namarra itu kalau sekali bicara akan menjambak rambut Diza memang beneran akan menjambak rambut temannya itu. Omongannya memang selalu ditepati oleh Namarra.

Entah sudah berapa kali Diza kena jambak Namarra saat cewek itu dengan iseng meledek Namarra dan Geraldy.

Untungnya, Namarra hanya sebentar saja menjambak rambutnya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya Diza harus memohon-mohon terlebih dulu atau bahkan ikut menjambak rambut Namarra dan mereka berdua nantinya akan dipisahkan oleh teman-temannya.

Diza merengut sebal. Cewek itu membenarkan letak pita merah yang selalu melekat di kepalanya itu. Diza memang identik dengan pita merah yang selalu dipakainya.

"Nggak salah deh emang kalo Geraldy mutusin lo," celetuk Diza.

"Iya emang nggak salah! Emang dari awal aja nggak usah pacaran sama gue kan!" balas Namarra.

Diza makin terbelalak. Namarra terang-terangan bicara seperti itu walau Namarra tau kalau ada Geraldy yang berjalan tepat di belakang mereka berdua.

Namarra segera pergi, malas meladeni Diza dengan segala macam ledekannya yang mampu membuat Namarra emosi. Sementara Diza masih terbengong-bengong menatap Namarra yang sudah pergi. Ia menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Namarra saat sedang PMS.

"Kenapa, Diz?" tanya Geraldy, yang kini posisinya berjalan disebelah Diza.

"Cewek lo kalo hari pertama galak banget," ceplos Diza.

Geraldy melirik Diza dengan sebelah alis terangkat. "Sorry?"

Diza tersentak. "Eh? Maksud gue ... mantan lo."

Geraldy tersenyum tipis. "O-oh, ya, m-mantan gue."

"Gue tuh suka lupa kalo lo sama Namarra udah jadi mantan. Jadi ya wajar ajalah ya gue sering nyebut Namarra cewek lo. Apalagi lo sekelas lagi sama dia," kata Diza sembari meringis menahan malu.

"Iya gapapa. Gue juga nggak keberatan kok," sahut Geraldy. Ia memang tidak keberatan sama sekali.

Mendengar itu, Diza tersenyum penuh arti. Matanya menatap Geraldy dari samping. "Kalo gue suruh lo balikan sama dia, keberatan nggak?"

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang