11 : Gerimis

291 30 4
                                    

Kuy langsung like and comment! I 😵






Lisa, Sekar, dan Ocha sedang sibuk memoles kuku-kuku mereka agar terlihat cantik. Sementara Namarra hanya diam saja memperhatikan mereka bertiga.

Namarra tidak berniat untuk memoles kuku. Cewek itu memang tidak terlalu suka melakukan kegiatan seperti kebanyakan cewek lainnya.

"Sini deh, Ra, daripada lo cuma ngeliatin kita-kita doang, mending ikutan. Lo mau warna apa nih? Gue bawa tiga." Ocha menaruh koleksi kutek-kutek nya di atas buku tulis milik Namarra. "Nih, lo mau yang mana, Ra?"

Namarra melihat kutek-kutek itu dengan tatapan tidak berminat. "Nggak ah. Nggak minat gue pake kayak gitu."

"Udah nggak usah dipaksa, Cha. Namarra ini emang nggak neko-neko anak nya," celetuk Sekar.

Ocha tertawa. "Oke-oke."

"GAESSS!"

Seluruh murid kelas 11 IPS 2 yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri sontak menoleh pada Iqbaal.

"Kita disuruh ke perpus. Belajar disana," lanjut Iqbaal.

Lisa yang sedang asyik memoles kuku ikut memandang Iqbaal. "Belajar di perpus? Kita ke perpus gitu maksudnya?"

"Yaiyalah. Ya kali perpus nya yang nyamperin lo," sahut Geraldy yang berjalan santai menuju meja nya dan mulai mengambil buku-buku yang diperlukan.

Namarra mengulum bibir menahan tawa. Sementara Ocha dan Sekar tertawa terbahak. Berbeda dengan Lisa yang mengerucutkan bibirnya sebal dengan respon Geraldy.

"Cepetan woi, nih anak cewek suka lama," omel Bisma yang sudah berdiri didepan pintu kelas.

"Ya sabar dong elah. Nggak sabar banget dah," sahut Vina.

"Hadeh, ganggu aja ya. Nggak tau apa kalo lagi sibuk," gerutu Sekar. "Ra, tolong dong bawain kutek-kutek nya ya. Masukin ke saku lo aja."

"Lo yang pake, orang lain yang disuruh bawa," celetuk Geraldy.

Bukan hanya Namarra, tapi Sekar, Lisa, dan Ocha kompak menoleh kearah Geraldy. Sementara Geraldy dengan gaya cuek berjalan santai dan berdiri didepan meja guru dengan buku dan payung berwarna biru ditangannya.

"Kenapa tuh orang?" tanya Lisa, bingung.

"Mana gue tau," jawab Sekar.

Lisa menatap Namarra. "Kenapa, Ra?"

Namarra sontak mendelik. "Napa nanya gue?" tanya Namarra, sewot.

"Yeee biasa aja dong. Lo kalo bahas Geraldy kenapa sewot gitu dah?" komentar Ocha.

"Woi! Kenapa malah ngerumpi wahai cewek-cewek hits seantero sekolah?!" tegur Bisma.

Sejujurnya Namarra, Lisa, Sekar, dan Ocha bukan termasuk cewek-cewek hits apalagi sampai terkenal seantero sekolah. Ya paling hanya Namarra saja yang banyak dikenal orang-orang di SMA ROGERDO.

Murid kelas 11 IPS 2 yang berjalan bergerombol akan keluar kelas mendadak berhenti serentak saat sampai di pintu kelas.

"Gerimis," kata Rani yang posisinya berada tepat di barisan paling depan. Bersebelahan dengan Geraldy.

"Terus?" tanya Iqbaal sambil menatap Rani.

"Ya nanti basah dong buku gue," rengek Rani persis seperti anak kecil.

Rani memang dikenal sebagai cewek yang manja di kelas nya. Tidak heran kalau banyak orang yang tidak menyukainya dan hanya memanfaatkan kepintarannya.

"Lebay lo," celetuk Vina.

"Kalo gue mah nggak akan basah dong, Ran, kan pake payung," kata Iqbaal sembari memamerkan payung miliknya.

Rani mengerucutkan bibir. Cewek itu tiba-tiba saja menarik Namarra agar berdiri disamping nya.

Geraldy yang posisinya ada disebelah Rani seketika menegakan badan ketika Rani menarik Namarra untuk mendekat padanya dan sekarang Namarra berdiri disebelah Geraldy.

"Kenapa lo?" tanya Namarra sedikit risih karena Rani memegang lengan nya.

"Disini cuma elo doang, Ra, yang jadi temen gue," kata Rani.

Namarra mengernyit. "Apaan si, nggak jelas lo."

Iqbaal terbahak begitupun dengan yang lainnya. Hanya Geraldy yang tertawa tanpa suara. Cowok itu menggelengkan kepalanya. Rasanya ingin mencubit kedua pipi Namarra karena cewek itu justru menunjukkan ekspresi datar.

"Ih, Ra!" Rani langsung melepaskan diri dari Namarra.

"Kenapa si anjir," ketus Namarra.

"Woi ini kita mau berdiri terus disini? Bu Hanna udah nungguin tuh di perpus," tanya Bisma dengan nada galak.

"Gerimis, Bis. Nggak liat apa lo?" sahut Rani.

"Masih gerimis, Ran. Lagipula yang jatoh kan air bukan batu. Gitu aja lebay," cibir Geraldy.

Namarra langsung merapatkan bibir. Entah harus merasa senang atau justru kesal dengan Geraldy yang sepertinya sudah menunjukkan 'dirinya'.

Sudah beberapa minggu dikelas 11 IPS 2, Geraldy memang seakan memasang topeng. Cowok itu sok pendiam dan sok jaim. Padahal aslinya ia sama seperti Iqbaal.

Bedanya kalau Iqbaal dinobatkan sebagai lambe turah di geng nya, sementara Geraldy tidak terlalu mengikuti gosip-gosip di sekolahnya.

"Ra, lo bawa payung nggak?" tanya Ocha pada Namarra yang berusaha menjauhkan dirinya dari Rani.

"Nggak," jawab Namarra tanpa menoleh pada Ocha.

"Ayo lah terobos aja," usul Sekar sudah bersiap ingin berlari bersama Lisa disampingnya.

"Ayo!"

Satu per satu murid 11 IPS 2 mulai berlarian menuju perpustakaan. Namarra ikut menyusul teman-temannya, cewek itu tertawa riang berlari disebelah Sekar.

Sebagian murid 11 IPS 2 ada yang membawa payung dan ada juga yang tidak membawa payung.

Salah satu dari sebagian murid yang membawa payung adalah Geraldy. Cowok itu membuka payung miliknya yang berwarna biru tua.

Cowok itu berjalan santai, matanya menatap lurus Namarra yang justru dengan asyik nya berjalan dengan Lisa, Sekar, dan Ocha. Bahkan Namarra melompat-lompat dan tertawa.

Anehnya melihat Namarra yang tertawa dan melompat-lompat seperti anak kecil dibawah rintik-rintik hujan, membuat Geraldy juga tanpa sadar tersenyum.

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang