"Ibu akan membagikan soal. Nanti kalian kerjakan ya. Ibu kasih waktu lima belas menit. Untuk memudahkan kalian mengerjakan soal-soalnya, akan Ibu bentuk beberapa kelompok." kata Bu Kasih selaku guru Matematika kelas 11.
"Satu kelompok ada berapa orang, Bu?" tanya Iqbaal.
"Tiga orang," jawab Bu Kasih, guru cantik itu memandang buku absen. "Kelompok pertama, Lisa, Rika, dan Gio. Kelompok kedua, Vina, Ari, dan Erin. Kelompok ketiga, Rani, Namarra, dan Geraldy."
Badan Namarra langsung menegak. Ia tidak lagi mendengarkan Bu Kasih yang sedang membagikan kelompok. Namarra malah merutuk dalam hati, dari tiga puluh murid kelas 11 IPS 2, kenapa Namarra justru satu kelompok dengan Geraldy?!
Saat nama Namarra dan Geraldy disebut dan dimasukan kedalam kelompok tiga, dengan kompak pula Iqbaal, Lisa, Sekar, Ocha dan seluruh murid 11 IPS 2 mengarahkan pandangannya pada Namarra dan Geraldy.
Muncul senyuman dari mereka semua. Dan juga tawa pelan Iqbaal yang terdengar ditelinga Namarra. Jenis tawa yang paling Namarra benci!
"Ra," panggil Rani, membuat Namarra menoleh malas. "Ayo sini ngumpul. Kerjain soal tuh."
"Iya-iya bentar," sahut Namarra segera mengambil buku tulis dari dalam tas. "Bisa pindah kelompok nggak sih?!" gerutunya.
Lisa menoleh, "Cieee sekelompok sama mantan nih."
Namarra memukul lengan Lisa dengan buku. "Diem lo!"
"Galak banget. Pantesan diputusin Geraldy," celetuk Ocha.
Namarra langsung melotot dan ingin melempar Ocha dengan buku tapi tidak jadi karena ditegur Bu Kasih.
Namarra dengan malas beranjak dari tempat nya, ia melangkah dengan wajah jutek ke tempat duduk Rani. Meskipun disebelah Geraldy—tempat duduk Iqbaal—kosong karena Iqbaal bergabung dengan kelompoknya, Namarra tidak sudi untuk duduk disana.
"Gampang nih soal-soalnya," komentar Rani saat membaca dan mencermati soal yang diberikan Bu Kasih.
Namarra melirik sekilas soal tersebut. Ia melengos. "Ya gampang karena lo pinter."
Rani tertawa, menaruh kembali soal-soal itu diatas meja. "Lo juga pinter kok, Ra. Pinter nyontek."
"Sialan," gerutu Namarra.
Geraldy menunduk dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya saat mendengar gerutuan Namarra.
"Udah ayo kerjain, gue nomor 1 ya. Dy, lo nomor dua. Nah elo, Ra, nomor tiga," kata Rani bertugas membagikan tugas pada Namarra dan Geraldy.
Rani mengambil kembali soal tersebut, ia mulai mengerjakan. Bagi murid yang berotak pintar seperti Rani, soal apapun pasti dianggap mudah.
Geraldy juga termasuk pintar dalam pelajaran Matematika. Di kelompok tiga ini, hanya Namarra lah yang tidak terlalu menguasai pelajaran Matematika. Selain malas berhitung, Namarra juga sering kali salah perhitungannya.
Menunggu Rani menyelesaikan soal nomor 1, Namarra dengan iseng mengetuk-ngetuk meja sambil menggumamkan lagu.
Dan tiba-tiba saja Geraldy juga melakukan hal yang sama. Cowok itu mengetuk-ngetukan jarinya ke meja dan juga menggumamkan lagu yang sama dengan Namarra.
Namarra tersentak, cewek itu berhenti mengetuk-ngetuk meja dan bersenandung. Matanya melirik Geraldy yang terlihat cuek.
"Nih, Dy, lo nomor dua ya," Rani menyodorkan soal itu pada Geraldy. "Gue mau ke keluar dulu bentar."
"Mau kemana?" tanya Namarra tangannya refleks menahan Rani.
Rani menoleh santai. "Ke kamar mandi. Lo kerjain aja tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Ficção AdolescenteStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...