Kelompok Namarra yang beranggotakan Namarra, Rika, Bisma, Erin, Gio dan Geraldy sedang latihan untuk drama Minggu depan. Awalnya mereka bingung membuat drama tentang apa, sampai akhirnya Rika mengusulkan jika kelompok mereka akan membuat cerita sendiri.
Karena kebetulan di kelompok mereka ada Namarra. Cewek yang hobi menulis dan sebagian harinya didedikasikan untuk menulis cerita disalah satu platform online. Apalagi Namarra ikut ekskul Jurnalistik dan cewek itu sering mengirim sebuah cerpen atau puisi.
Semuanya kompak menyuruh Namarra untuk membuatkan sebuah cerita yang akan ditampilkan Minggu depan.
"Gila, cerita lo bagus, Ra," puji Gio setelah melihat cerita yang dibuat oleh Namarra hanya dalam beberapa menit saja.
Namarra langsung tersenyum senang. Salah satu momen membahagiakan adalah mendapat sebuah pujian mengenai ceritanya.
"Makasih," kata Namarra, dengan senyuman.
Geraldy yang melihat senyuman Namarra langsung merapat kearah Gio, ikut nimbrung membaca tulisan Namarra yang memang bagus meski ia baru baca bagian atas.
"Iya, bagus," puji Geraldy. Pujian yang bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Tapi ia memang memuji tulisan Namarra.
Namarra yang mendengar itu mendadak merapatkan bibir. Walau dalam hati ia merasa bahagia dan berbunga-bunga.
"Makasih," kata Namarra, melirik Geraldy yang tersenyum tipis.
Ketika berpacaran, Namarra memang selalu bercerita kalau ia senang menulis dan bercita-cita untuk menerbitkan novel sendiri. Namun Geraldy tidak pernah diperbolehkan membaca karya Namarra yang ia tulis di platform online. Geraldy hanya membaca kumpulan cerpen yang Namarra tulis di mading sekolah.
Namarra menatap Geraldy yang masih membaca cerita karangannya. Obrolannya beberapa waktu lalu dengan Geraldy tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Gue mau bikin cerita baru. Tapi kira-kira ada yang baca nggak ya?"
"Ada lah pasti," jawab Geraldy. "Gue mau baca cerita lo dong. Ya itung-itung jadi pembaca pertama cerita lo."
"Idih ngapain?! Nggak usah! Ntar lo malah ngejek."
"Ngapain ngejek? Lagian lo bikin cerita tentang apaan sih? Tentang gue ya?"
"Pede banget anjir."
Geraldy tersenyum melihat Namarra yang kembali sibuk dengan tugasnya. "Ra..."
"Hm?"
"Apapun yang lo buat, gue mau jadi yang pertama liat."
Geraldy yang sadar kalau sedang diperhatikan tiba-tiba saja mendongakkan kepala dan menatap Namarra.
'Apapun yang lo tulis, selalu bikin gue kagum sama tulisan lo.'
'Makasih, karena udah selalu jadi pembaca pertama dalam cerita yang gue tulis.'
Geraldy dan Namarra seakan berbicara lewat tatap mata. Keduanya benar-benar saling tatapan. Gio yang berdiri disamping Geraldy langsung berdeham pelan.
"Ayo latihan. Keburu sore nih," kata Gio, menarik Geraldy yang terpaksa memutuskan kontak mata dengan Namarra.
"Pemeran utamanya siapa?" tanya Erin yang duduk santai di meja.
"Rika sama Bisma," jawab Namarra.
Rika dan Bisma dengan kompak mendelik kearah Namarra. "Nggak!"
"Tuh kan kompak. Cocok banget nih jadi pemeran utama," balas Namarra.
"Namarra sama Geraldy aja lah. Miss Everly kan juga nyaranin mereka berdua buat jadi pemeran utama," usul Rika.
"Nggak mau!" tolak Namarra.
Geraldy hanya meliriknya. Cowok itu tidak masalah kalau harus menjadi pemeran utama apalagi beradu akting dengan Namarra. Berbeda dengan Namarra yang menolak dan benar-benar terlihat tidak mau.
"Yaelah, Ra, akting doang anjir," gerutu Bisma.
"Akting doang juga tetep aja gue nggak mau!" balas Namarra.
"Akting doang woi!" sahut Gio.
"Tetep nggak mau anjir. Kenapa sih lo pada maksa?!" ketus Namarra.
Geraldy melengos malas. "Kalo dia nggak mau jangan dipaksa."
"Yaudah lah gue sama Geraldy aja yang jadi pemeran utama," celetuk Gio dengan santainya ia mengedipkan sebelah matanya kearah Geraldy.
"Apaan sih anjeng," balas Geraldy. Melempar tas miliknya kearah Gio.
"LATIHAN WOI. AYO CEPET PILIH PEMERAN UTAMA NYA!" bentak Erin dengan suaranya yang mengalahkan speaker sekolah.
"Pokoknya Rika sama Bisma. Fix no debat!"
"Nggak! Pokoknya Namarra sama Geraldy. Titik!"
Erin berdecak. "Gini aja. Geraldy sama Rika, Namarra sama Bisma, gue sama Gio. Gimana?"
Namarra mengangguk setuju. Begitupun dengan Bisma, Rika, dan Gio. Hanya Geraldy yang tidak mengangguk tapi juga tidak menggeleng.
Mendengar Namarra yang dipasangkan dengan Bisma, ada perasaan tidak rela dalam benaknya. Karena Iqbaal pernah bilang kalau Bisma itu menyukai Namarra.
"Dy, lo setuju nggak? Malah diem aja," tegur Erin saat melihat Geraldy yang terdiam.
Sebelum menjawab, matanya melirik Namarra dan Bisma yang sudah berdiri bersebelahan. Mau tidak mau Geraldy akhirnya mengangguk setuju.
"Ini ceritanya tentang apaan sih, Ra?" tanya Bisma, mendekatkan diri pada Namarra.
"Ya lo baca aja," kata Namarra, cuek.
"Ini kan lo nulis nya pake Bahasa Inggris, anjir. Gue nggak ngerti-ngerti banget," keluh Bisma.
"Tentang apaan ya? Nggak tau gue juga," sahut Namarra.
"Ini kan lo yang nulis bego." Tangan Bisma terulur menjitak kepala Namarra.
"Apaan sih ah," ketus Namarra. Menjauhkan diri dari Bisma. "Jauh-jauh sana dari gue."
Bukannya menjauh, Bisma justru malah mendekat kearah Namarra. "Jangan lah, kan kita mau jadi pasangan di drama. Nggak boleh jauh-jauh."
Pemandangan itu membuat Geraldy merasa suasana di ruangan mendadak panas.
"Panas ya, Dy," ceplos Gio sambil tertawa pada Geraldy.
"Hah?"
"Panas liat mantan yang masih lo sayang dideketin cowok lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Teen FictionStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...