08 : Ada Apa

300 37 3
                                    

Jangan lupa like and coment guyss!

"Ya makanya lo tinggi dong, Ra, biar nyampe. Gue juga nggak harus repot-repot bawa-bawa kursi begini," omel Vina sambil menyeret kursi yang diambilnya dari kelas.

Namarra justru berjalan santai sambil bersenandung riang disebelah Vina. Tak peduli cewek itu mengomel sejak tadi.

"Woi, ih! Bantuin dong!" kata Vina mendadak emosi liat Namarra yang santai-santai saja.

Namarra melirik sekilas. "Nggak mau."

Dengan raut wajah kesal, Vina kembali menyeret kursi. Walaupun kesal dengan Namarra, tapi anehnya ia masih saja menuruti kemauan Namarra.

"Taro kursinya disitu," kata Namarra memerintah dengan seenaknya.

Vina berdecak. "Cepetan."

"Sabar dong!" balas Namarra, sewot.

Namarra naik keatas kursi, ia mencopot kertas dan hiasan yang tertempel di mading. Dan menggantinya dengan yang baru.

Namarra sebenarnya tidak pendek. Ia termasuk tinggi. Tapi tentunya ia tidak akan sampai kalau harus mencopot tempelan di mading dan menempelnya dengan yang baru.

Saat sedang fokus menghias mading dengan tampilan baru agar lebih terlihat fresh, Namarra tidak sadar kalau Raihan berjalan mendekatinya.

"Ini cocok nya ditempel disini atau disebelah kanan, Vin?" tanya Namarra yang kebingungan.

"Terserah lo," jawab Vina malas.

Namarra berdecak. "Semangat dong!"

"Bawel, anjir!" Vina menabok Namarra. "Cepetan deh. Gue mau cepet pulang nih."

Namarra merengut. "Galak."

"Bodo amat!" sahut Vina.

Raihan berhenti disebelah Vina. Kepalanya mendongak menatap Namarra yang sibuk menghias. Cewek itu tidak sadar kalau ada Raihan.

Vina yang bersebelahan dengan Raihan rasanya sudah ingin melebur. Apalagi Raihan tersenyum tipis padanya. Ya siapa sih yang tidak melebur kalau pagi-pagi begini dapat senyuman dari cowok ganteng?

"Mau dibantuin nggak?" celetuk Raihan.

Namarra langsung menoleh pada Raihan. Cewek itu tersenyum lebar. "Eh, Kak Raihan..."

Raihan mengulum senyum. "Mau dibantuin nggak?" tanyanya lagi.

"Boleh," jawab Namarra. Cewek itu langsung melompat dan menabrak Vina.

"Mana hiasan nya?" tanya Raihan.

"Udah selesai aku hias," jawab Namarra. Ia menyodorkan kumpulan kertas pada Raihan. "Sekarang Kak Raihan cuma bagian nempel-nempelin doang nih. Ada cerpen buatan murid-murid disini."

Vina menyikut lengan Namarra. Merasa tidak enak dengan nada bicara Namarra yang sesantai itu berhadapan dengan Raihan. Yang notabene nya kakak kelas mereka.

Namarra balas menyikut lengan Vina. Disusul dengan pertanyaan yang keluar dari bibirnya. "Apaan sih?"

Vina menahan tangannya untuk tidak menabok Namarra lagi. Ia harus menjaga image nya didepan Raihan. Jadi yang dilakukan Vina hanya menggelengkan kepala dan melotot kecil pada Namarra.

Raihan terkekeh pelan, tangannya mengambil kumpulan kertas ditangan Namarra. Cowok itu mulai menempel cerpen-cerpen di mading.

Tentunya dalam pengawasan Namarra. Berkali-kali cewek itu mengatur letak posisi yang tepat sampai Raihan kebingungan sendiri dan Vina yang berkali-kali mengumpat dalam hati.

"Bukan, Kak, lebih geser dikit," kata Namarra, sedikit kesal karena Raihan tidak mengerti juga.

Vina berdecak. "Mending elo deh yang naik keatas terus nempelin tuh kertas. Ribet banget, anjir!"

Gagal sudah rencana Vina untuk menahan emosi dan menjaga image didepan Raihan. Saking kesalnya mendengar Namarra memerintah seenak jidat, Vina akhirnya meluapkan kekesalannya. Ditambah lagi dengan enteng tangannya menoyor kepala Namarra begitu saja.

"Kenapa nih kok ribut?" celetuk Reza yang tiba-tiba datang bersama Geraldy.

Namarra melengos malas. Jangan kan menoleh, melirik saja cewek itu enggan.

Vina melirik Geraldy yang berdiri disebelah Reza. Dan sedetik kemudian, Vina tersenyum tipis. "Dy, bantuin dong nih, biar kerjaan cepet selesai."

Namarra melotot. "Gila lo ya." desisnya.

"Bantuin ya? Ya? Ya?" kata Vina, memohon.

Namarra mendelik tajam. "Jangan ngaco, woi!"

"Kenapa sih lo, Ra?" tanya Reza.

"Apaan sih lo!" balas Namarra, sewot.

Reza terbahak. "Hadeh, galak banget. Pantesan diputusin."

'anjir. Kenapa orang-orang kalo ngeledekin gue kayak begitu mulu?!' dumel Namarra. Matanya melirik sekilas kearah Geraldy. 'mana ngomong nya didepan si pelaku yang udah mutusin gue!'

"Cot," sahut Namarra.

Tangan Reza terulur menoyor kepala Namarra. "Yaelah, baper."

Namarra menepisnya. "Apaan sih ih!"

Raihan yang melihat keributan kecil didepannya itu tertawa pelan. Menurutnya Namarra itu cewek galak tapi juga kekanak-kanakan.

Saat sedang menertawakan Namarra, mata Raihan refleks melirik Geraldy. Dan entah kebetulan atau apa, Geraldy juga tiba-tiba menatapnya.

Tawa Raihan perlahan sirna begitu melihat tatapan Geraldy berubah tajam padanya.

'kenapa nih orang?' tanya Raihan dalam hati, kebingungan melihat Geraldy.

'apaan nih orang ketawa gitu?' dumel Geraldy dalam hati.

"Dy, cepet bantuin," kata Vina, membuat Geraldy tersentak.

Geraldy melengos dan berdecak pelan. Merasa bodoh sendiri tatap-tatapan begitu dengan Raihan.

Tangan Geraldy terulur. Menerima kertas warna-warni yang berada ditangan Vina. Dan tanpa basa-basi, cowok itu—dibantu dengan Reza—mulai menghias mading dibagian sebelah kanan.

"Sini gue bantuin. Lo kalo kerja lama," kata Geraldy yang menghampiri Namarra seusai latihan karate.

Namarra tersenyum lebar melihat bantuan datang padanya. "Nah gitu dong. Nih, gue mau santai-santai."

"Eits." Geraldy menarik tangan Namarra. "Enak aja lo maen pergi gitu aja. Tunggu disini."

Namarra merengut sebal. Cewek itu melipat tangan di depan dada. Pandangannya mengarah memperhatikan Geraldy.

"Tumben lo baik. Biasanya juga cuma ngeliatin gue doang," kata Namarra, merasa heran.

"Ya biar kerja lo cepet aja. Biar cepet pulang juga kan. Gue mau ajak lo makan di deket sekolah," sahut Geraldy, santai.

Namarra mengangkat alis. Geraldy memang selalu mengajak nya secara tiba-tiba. Tanpa bicara lebih dulu.

Geraldy menoleh, melihat Namarra yang terdiam. "Mau nggak? Kalo nggak mau, ya gue mau mabar sama Reza."

"Mau!" jawab Namarra, semangat.

'sial! Kenapa keinget lagi?!' umpat Geraldy. Cowok itu menggelengkan kepalanya dan merutuk dalam hati ketika kenangan beberapa bulan lalu, tiba-tiba muncul begitu saja.

Cowok itu mendengus kecil. Matanya melirik Raihan yang masih fokus menghias mading, membantu Namarra.

Ini cowok ada hubungan apa sih sama mantan gue?!

Namarra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang