Jangan Lupa like and Commeng Guys!
"Yah, tambah deres hujannya."
Gerombolan murid 11 IPS 2 berkumpul di pintu perpustakaan, mereka semua menatap keluar. Langit hari ini memang mendung sejak pagi tadi dan benar saja hari ini turun hujan.
"Ocha, jangan dikumpulin dulu. Gue mau nyontek," kata Namarra yang langsung merampas buku tulis Biologi milik Ocha.
Ocha mencibir. "Nyontek mulu kerjaan lo. Tapi aneh nya tiap ulangan selalu tinggi mulu nilai lo. Sebel gue."
"Iri bilang bos!" balas Namarra.
Ocha mengumpat pelan. Cewek itu membiarkan Namarra menyalin jawaban miliknya. Ocha memilih bergabung dengan gerombolan kelasnya yang kurang kerjaan karena menatap langit yang turun hujan.
Namarra terburu-buru menyalin semua jawaban. Bukan karena ia ingin ikut gabung dengan gerombolan kelasnya untuk melakukan hal yang sungguh tidak ada penting-penting nya sama sekali. Tapi karena Namarra ingin segera pergi supaya tidak berduaan dengan Geraldy.
Iya. Geraldy masih mengerjakan tugas Biologi. Cowok itu juga dapat contekan dari Iqbaal. Saat ini di meja perpustakaan hanya tersisa Namarra dan Geraldy.
Keduanya sama-sama memilih tempat duduk paling ujung. Tapi sial nya saling berhadapan.
Namarra tidak tau kalau sebenarnya Geraldy sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. Cowok itu hanya berpura-pura menulis, hanya untuk menemani Namarra yang masih mengerjakan tugas Biologi.
"Udah belom?" tanya Geraldy, menghampiri Namarra yang masih sibuk menulis.
"Belom lah. Masih banyak nih." jawab Namarra sedikit ketus. Ia paling tidak suka diganggu kalau sedang fokus.
Geraldy berdecak kesal. Ia duduk disebelah Namarra."Lagian elo tuh bukannya ngerjain tugas, malah ngobrol mulu. Sekarang pas orang-orang udah selesai, lo belom kan."
"Lo nggak usah ngomel dulu ya. Gue lagi sibuk nih!" kata Namarra tanpa menoleh sedikitpun kearah Geraldy. "Kalo mau ngomel tunggu gue selesai dulu."
Geraldy menyenderkan punggungnya ke kursi. Lagi-lagi kenangan itu muncul lagi. Matanya tanpa bisa dicegah akhirnya menatap Namarra. Untungnya Namarra sedang sibuk menulis.
"Ra!"
Panggilan yang ditujukan untuk Namarra nyatanya membuat Geraldy secara tidak sengaja juga ikut menoleh. Disana ada Sekar yang berdiri memandang keduanya.
Sekar tersenyum tipis. Pandangannya kembali menatap Namarra. "Ra, gue sama yang lain duluan ya. Kata Ocha sekalian bukunya dia di kumpulin sama lo."
"Kok ninggalin gue sih?" protes Namarra.
"Lo lama. Lagian bukannya ngerjain malah tidur!" sahut Ocha sambil berteriak yang pada akhirnya kena omel penjaga perpustakaan karena berisik.
"Gue duluan ya. Gapapa kan?" tanya Sekar, lagi. Kali ini matanya melirik Geraldy.
Namarra berdecak, ia kembali menulis. "Yaudah sana."
Setelah mendengar ucapan Namarra, akhirnya Sekar, Lisa, dan Ocha segera pergi dari perpustakaan. Meninggalkan Namarra yang masih mengerjakan tugas. Untung saja Bu Hanna hanya menyuruh murid untuk mengumpulkan tugas sementara guru itu ada urusan sebentar.
Namarra dan Geraldy saling diam. Rasanya benar-benar canggung. Tidak ada yang berani atau lebih tepat nya tidak ada yang mau memulai obrolan. Padahal dulu, Geraldy yang selalu memulai obrolan dengan Namarra.
"Akhirnya," gumam Namarra setelah bermenit-menit menyalin jawaban dengan terburu-buru.
Namarra mulai membereskan alat tulis dan buku-buku nya. Dan secara kebetulan juga Geraldy ikut membereskan buku-bukunya.
'Jangan geer dulu, Ra. Bisa aja kan dia emang selesai nya bareng sama lo? Jangan geer woi!' batin Namarra.
Namarra berjalan menuju meja yang terletak didepan. Cewek itu menaruh buku tulis miliknya dan milik Ocha.
"Namarra, kata Bu Hanna buku tulis nya di taro aja di meja dia ya,"
"Jadi ini semua buku tulis Namarra yang bawa terus taro di meja Bu Hanna?" tanya Namarra.
"Iya lah. Siapa lagi emang? Temen-temen kamu udah pada balik ke kelas."
Namarra melengos malas. "Banyak banget. Mana kuat."
"Itu kan masih ada temenmu yang satu lagi."
Bertepatan dengan itu, Geraldy dengan santainya menaruh buku tulis miliknya dan juga Iqbaal.
"Geraldy, bantuin Namarra ya. Anterin buku tulis anak-anak kelas kamu di meja nya Bu Hanna."
"Siap," jawab Geraldy sambil tersenyum.
Namarra mengambil separuh buku tulis kelas 11 IPS 2. Sebagian lagi Geraldy yang membawanya. Keduanya segera keluar.
Namarra kebingungan. Ia tidak membawa payung apalagi saat ini ia menbawa sebagian buku tulis milik teman-teman sekelasnya.
Sangat tidak mungkin kalau Namarra menerobos hujan. Bisa-bisa ia kena amuk teman-teman sekelasnya yang tidak terima buku tulis mereka basah.
Geraldy berdiri disamping Namarra, dengan sebuah payung biru tua di tangannya. Hal itu membuat Namarra mendongakkan kepala.
Geraldy menoleh, matanya menatap Namarra. "Ayo."
Setelah berbulan-bulan tidak berbicara padanya, sore ini Geraldy kembali berbicara pada Namarra. Walau hanya untuk mengucapkan satu kata singkat.
Melihat Namarra yang hanya diam saja. Geraldy menarik lengan cewek itu agar merapat padanya. Dan keduanya berjalan menuju ruang Bu Hanna.
Keduanya sama-sama terdiam. Namarra berkali-kali mengerjapkan mata dan memegang dadanya yang berdebar. Dan Geraldy yang diam-diam mengulum senyum dengan dada yang juga sama berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Teen FictionStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...