Namarra masih tidak percaya kalau ia benar-benar akan menemani Raihan ke toko buku. Ia masih bingung. Masalahnya, Namarra dan Raihan itu tidak dekat. Selama ini Namarra hanya memperhatikan Raihan dari jauh dan kagum dengan Raihan karena cowok itu berprestasi.
Mereka mengobrol pertama kali pun ketika Raihan meminjam flashdisk Namarra dan mengembalikannya. Diantar pulang oleh Raihan saja Namarra keheranan. Apalagi ini... Raihan terang-terangan meminta Namarra untuk menemaninya ke toko buku.
Aneh.
Membuat Namarra bertanya-tanya apa maksud dan tujuan Raihan bersikap seperti ini.
Apa Raihan hanya ingin membuatnya baper? Ya, karena kan kebanyakan cowok seperti itu.
"Kak, aku mau ke rak novel-novel ya. Mau liat-liat siapa tau ada yang bagus, mau beli gitu. Ehm, Kak Raihan cari aja buku yang mau Kak Raihan beli. Kalo udah selesai nanti tinggal panggil aku," kata Namarra begitu keduanya masuk toko buku.
"Lo suka baca?" tanya Raihan.
Namarra mengangguk. "Yaiyalah, yakali ikut Jurnalistik, ngurus mading, tapi nggak suka baca."
"Iya juga sih," Raihan tertawa. "Kalo nggak salah lo juga pernah bikin cerpen kan yang di tempel di mading?"
Namarra mengangguk. "Iya. Kadang-kadang kalo lagi ada ide aku ikut bikin cerpen."
"Bagus," kata Raihan. "Cerita lo bagus."
Namarra langsung merasa berbunga-bunga. "Makasih, Kak."
"Yaudah, gue mau cari buku dulu ya," pamit Raihan. Cowok itu langsung melangkah pergi mencari buku yang ia cari.
Begitupun juga dengan Namarra. Cewek itu berjalan menuju rak khusus novel. Matanya memandang puluhan novel yang berjajar rapi di rak.
Sambil matanya memandang novel-novel itu, Namarra berkhayal kalau suatu saat karyanya lah yang akan terbit dan di taruh di atas rak bersampingan dengan karya penulis yang lebih terkenal darinya.
Saat sedang melihat-lihat novel, Namarra tidak sengaja melihat seorang cewek yang ia kenal. Walau Namarra melihatnya dari belakang, tapi ia sudah langsung tau cewek itu.
Cewek itu adalah Rena Audrayna. Teman Namarra yang bersekolah di SMA NORMEZZA.
Rena si cewek ceria dan pemburu cogan. Cewek berambut pendek itu memang selalu membahas cowok dimanapun dan kapanpun ia berada. Bahkan ia selalu menjadi mak comblang bagi teman-temannya.
"Ren," Namarra menepuk pundak Rena, membuat Rena yang sedang membaca sinopsis novel menoleh. Begitupun dengan cowok disebelah Rena.
Saat Namarra menatap cowok yang merangkul Rena. Cowok itu sontak melepaskan rangkulannya. Entah kenapa ia merasa gugup ditatap begitu oleh Namarra padahal Namarra juga menatapnya biasa saja.
"Cowok lo?" tanya Namarra pada Rena sambil menunjuk cowok itu.
Rena mendelik, lantas menggelengkan kepala. "Bukan lah!"
"Ren, lo jangan gitu dong," kata cowok disebelah Rena tiba-tiba bersuara. "Kita kan emang pacaran. Udah tunangan malah."
Namarra menatap Rena dan cowok itu dengan sebelah alis terangkat. Ia tidak mudah percaya begitu saja pada orang lain. Apalagi Rena ini tipe orang yang kalau ada apa-apa pasti ia ceritakan pada Namarra walau keduanya berbeda sekolah.
Cowok itu mencebikkan bibirnya. "Mentang-mentang ada temen lo, lo jadi nggak ngakuin gue gini."
"Apaan sih lo," Rena menyikut lengan cowok itu. Kini ia kembali menatap Namarra yang menatapnya seolah meminta penjelasan. "Ini namanya Martin, Ra, dia temen gue kok. Bukan pacar apalagi tunangan."
"Oh," Namarra mengangguk, matanya melirik Martin yang cengengesan disebelah Rena.
"Tin, lo kesana dulu deh. Gue mau ngobrol sama temen gue dulu nih!" kata Rena, terang-terangan mengusir Martin.
Martin berdecak malas. Walau pada akhirnya ia menjauh dari kedua cewek cantik itu. Membiarkan Rena berbicara pada Namarra.
"Dia beneran temen lo?" tanya Namarra.
"Iya lah! Eh, lo kesini sama siapa, Ra?" Kali ini Rena balik bertanya.
"Sama kakak kelas gue, Kak Raihan namanya," jawab Namarra.
Rena membulatkan mata. "Kakak kelas yang pernah lo suka itu kan?"
Kali ini gantian Namarra yang membulatkan mata. "Kok lo tau??!"
"Ya kan lo cerita sama gue!" kata Rena, tangan nya dengan santai menabok Namarra.
Namarra berdecak sebal. Ia menjauh selangkah dari Rena. "Lo kebiasaan banget nabok-nabok gue mulu!"
"Kembali ke topik," Rena menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Namarra. "Jadi ... lo sama Kak Raihan itu udah jadian belom?"
"Jadian mata lo!" balas Namarra. "Deket aja nggak! Gue sama dia baru ngobrol gara-gara dia minjem flashdisk gue. Sebelumnya nggak pernah ada interaksi."
"Gue rasa sih dia naksir sama elo deh, Ra," kata Rena, mulai sok tau.
"Jangan sok tau deh, Ren. Iya sih gue emang cantik. Tapi belom tentu juga Kak Raihan naksir gue."
Rena mendelik ketika mendengar Namarra begitu bangga menyebut dirinya sendiri cantik. Rena memang mengakui kecantikan Namarra, tapi ia juga kesal sendiri kalau Namarra mendadak terlalu percaya diri begitu.
"Yang mana sih orang nya?" tanya Rena. Matanya mengamati sekitar. Mencari seorang cowok yang menjadi topik pembahasan mereka berdua.
Namarra menunjuk seorang cowok yang sedang melihat-lihat buku pelajaran. "Tuh, yang itu."
"Waahhh!" Mata Rena langsung berbinar. "Ini sih udah pasti cogan! Dari jauh aja aura nya kerasa banget nih."
Namarra menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rena. Memang sudah tidak mengherankan lagi, Rena kalau bertemu cowok dengan ketampanan di atas rata-rata memang selalu begini tingkahnya.
"Ra, gue restuin deh kalo lo jadian sama dia. Sumpah, Ra, cakep banget!"
Namarra mendelik. "Sadar, Ren! Lo kalo udah liat cogan langsung begini deh."
"Ra," Rena kini menatap Namarra. "Lo lupain deh si Geraldy. Didepan lo sekarang udah ada cowok cakep. Nggak kalah cakep sama mantan lo."
Namarra melengos malas. Cewek itu memilih melangkah menjauhi Rena. Tapi sayangnya, Rena mengikuti Namarra.
"Ra, jadian deh sama dia. Gue setuju kok! Cocok sama lo. Sama-sama cakep," kata Rena. "Lo juga kan suka sama dia. Dan gue rasa nih ya, Kak Raihan juga suka sama lo. Jadi mending lo jadian aja sama dia. Mantan lo kan juga udah punya pacar lagi. Lo kan bisa pamer sama si Geraldy. Emang nya dia doang yang bisa dapet pacar!"
"Ren," Namarra berhenti melangkah. Begitupun dengan Rena. "Lo pikir jadian sama orang tuh segampang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Namarra [END]
Teen FictionStory by @matchalatte_xx ─────────────────────────────── Namarra tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya selama satu tahun kedepan dikelas 11 IPS 2. Niat hati ingin menghindari Geraldy, tapi takdir justru mempersatukan mereka lagi. Geraldy yang m...