Part 7 - Gagal

44 5 4
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak :v





Mataku terlalu fokus pada seseorang yang memakai hoodie pink tengah  menikmati makanannya duduk di sudut kantin. Sendirian. Sehingga tidak sadar jus jeruk yang ku bawa ini tumpah. Mengenai seseorang di depanku.

Byuuurrrr

"Oh My God, masalah lagiii" aku merutuki diriku sendiri.

"LO NGGAK PUNYA MATA APA GIMANA HAH?" Teriak seseorang di depanku. Matanya melirik name tag di atas saku baju seragam yang tengah ku kenakan.

"Tuh kaaan, maraah. Aissshhh. Ceroboh bangeeet sihh Caa" gerutuku dalam hati.

"Tapii harus tetep Kaleem ca, kalem." sambungku. Masih dalam hati.

"Ga sengaja" ucapku enteng.

"Lo itu anak baru, Lo itu junior, dan Lo itu cari masalah sama senior yang salah."

Aku menyemburkan tawa. Emang kayaknya dari dulu ya, senior merasa berkuasa atas junior. Junior harus takut pada senior. Junior yang selalu ditindas. Sebagai seorang kakak, seorang yang lebih dulu berada di tempat itu bisa mengayomi, membimbing adik-adiknya. Iya nggak? Harus iya lah.

"Terus aku peduli? Aku ga takut sama senior manapun. Lagian senior sama junior itu sama, sama-sama cari ilmu bukan pangkat" ucapku memandang remeh cewek yang bername tag Remima Fiyeena. Logo kelasnya sih kelas 11.

"Ihh, baru kelas 11 aja belagu nya minta ampun. Emang minta digeprek ni orang" batinku.

Tiba-tiba, tangannya menarik rambutku dengan sekuat tenaga. Refleks, tanganku pun ikut menarik rambutnya. Orang seperti ini tidak bisa didiemin. Nanti malah tambah menjadi-jadi.

"Aaa, cepolanku rusaaakkk. Mana mau nemuin gebetan lagiiii, kakak kelas ngeseliinnnnn."

Orang-orang di kantin, bukannya bantuin malah menyoraki sambil bertepuk tangan.

"Remi, Remi, Remi" kata mereka bersamaan sambil bertepuk tangan membuat irama.

"Miccaa, jambak yang kuaat. Ayo, jangan mau kalah" teriak siswa yang lain. Apa-apaan sih mereka. Ngeselin banget.

"Makhluk planet, tolongin akuuu."

Tangannya terhenti menarik rambutku. Dibarengi dengan tatapan matanya yang menuju ke suatu arah. Aku mengikuti arah pandangannya.

"Aku menyeringai. Si ketua osis yang berjalan kearah TKP. Gadis di depanku ini melepas jambakannya dan ngacir keluar dari kantin.

OH.. TAKUT SAMA KETOS LO" teriakku puas. Kakak kelas itu tidak memperdulikan teriakanku. Ia terus berjalan keluar kantin dengan geng nya.

"Lo nggak bosen-bosennya cari masalah ya" ucap kak Tommy.

"Lah, kok nyalahin aku sih kak." Aku membela diri. Yaa walaupun aku sadar, aku yang salah disini. Kalau bukan aku yang membela diriku sendiri, siapa lagi?

Kak Tommy mendengus. Seakan tidak percaya dengan perkataan ku. Ia melengos pergi, mungkin cari mangsa lain.

"HAAA KAANN, MAKHLUK URANUS KEMANAA?"

"Ihhh, dasar. Kakak kelas nyebeliinnn. Gara-gara dia, aku gagal pkdt-an sama Dareel" aku menggerutu sambil memesan kembali jus jeruk. Tenggorokan ku kering  kerontang. Terlebih, tadi aku mengeluarkan tenaga untuk menarik rambut kakak kelas songong itu.

Jus jeruk yang baru saja ku pesan, langsung ku tandaskan di situ juga.

***

"Lo ribut sama kak Remi?" Tembak Jeje langsung saat aku masuk kelas. Sejak di kantin waktu mos di hari kedua, aku dan Jeje bagai orang yang tidak terpisahkan. Terlebih sekarang kami satu kelas, satu teman sebangku.

"Hmm" gumamku. Mood ku masih belum baik.

"Gila Lo Caa, berani banget."

"Kenapa harus takut. Sama-sama makan nasi kaaann? Sama-sama kalo buang kotoran di wc kann? Gaada alasan buat Micca takut sama orang."

Jeje menggelengkan kepalanya. Semoga dia tidak menyesal, memilihku sebagai temennya.

"Serah Lo deh Caa, terseraahh."

"Ehhh, tadi Kak Agam kesini. Nitipin iniii" Jeje menyodorkan coklat berpita, daann sebuah kertas kecil yg menempel di coklat.

"Di makan yaa, cantik" aku membaca pelan surat itu.

Aku menggerakkan bahu. "Ihhhhh, apaaan sih nii orang. Alay bin lebayy. Kayak anak kecil. Pakek di pakein pita segala, iuhhhh."

Terdengar suara ketawa. Pasti suara Jeje.

"Jeee, kok ketawa sihhh?"

"Lagian, bukannya bersyukur dikasih coklat malah ngoceh ga jelas. Aneh Lo Caa, aneehhh."

Aku mengerucutkan bibir. "Nih, buat loo ajaaa. Aku kenyangg" ucapku seraya menyodorkan coklat ke Jeje.

"Beneran?"

"Hmmm. Biar tambah cubby ni pipi." Ucapku mencubit pipinya Jeje.

"Pliss dehh Caa, jangan nyubitin pipii. Nanti tambah tembeeemmm."

Aku tertawa pelan.

"Tapi Caa, aku takut" ucap Jeje kemudian.

"Takut apa jee."

"Takut kalo coklat ini ada mantranya. Nanti malah aku lagi yang kesemsem saja Kak agam."

Aku tidak kuat lagi menahan tawaku.

"Apaan sihh jee, ngaco banget."

"Loh, bisa jadi Lo Ca. Kayanya ya kak Agam tu suka sama Lo. Tapi elo nya enggak. Mangkanya Kak Agam berinisiatif ngasih coklat ini yang mungkin aja ada mantranya yang bikin elo kesemsem sama dia."

"Ngaco parah Lo je. Teori dari manaaa ituu? Jaman sekarang ga ada mantra-mantra."

Baru Jeje membuka mulut, aku langsung membekap mulutnya. Lama-lama pusing dengerin ocehan absurdnya Jeje.

"Udahh, diemm, makan" kataku kemudian melirik ke arah pintu kelas. Seseorang yang barusan lewat terlihat tidak asing.

****



Hollaaaa, assalamualaikum. Jangan lupa vote dan komen ya guyss😘

MICCA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang