Jangan lupa tinggalkan jejak guyss.:v
Ia terlihat acuh. Padahal, baru tadi ia bilang kalau dia mau menggantikan hukumanku.
"Huuu. Dasar makhluk planet" gerutuku.
Ia langsung menatap tajam ke arahku.
"Ups" kataku kemudian menutup mulut dengan kedua tanganku.
"Caaaa, gue temenin yaa" seseorang memanggilku dari belakang. Aku memutar bola mata jengah.
"Gaaa usahhh" teriakku tanpa menoleh kearahnya.
"Iyaa, pokoknya gue temenin. Gaada penolakan. Jarang-jarang kaaaann, ngelakuin hukuman ditemenin ama cowok kece kaya gueee" ucap Kak Agam yang tiba-tiba di disampingku.
"AKU BILANG GA USAH, YA GA USAAHH KAKK. URUSI URUSAN KAKAK AJA SANAAAA."
"Iya ini lagi adaa urusan Caa. Urusan ini lebih penting dari pada urusan apapunn."
"Diiihhhh, emang apaan?"
"Naklukin hati elo." Ia menaikkan satu alisnya diiringi senyum yang menurutku, emmm.. manis siihhhh.
"Apaan sihh kaakk? Sana ihhh sanaaa" ucapku seraya mendorongnya menjauh.
"Gakk, gue mau temenin Lo."
"Ihhh, kepala batu emang."
Terlihat Mocca berjalan menyusuri koridor kelas. Dia terlihat buru-buru.
"Moooo" teriakku memanggilnya. Ia celingak-celinguk mencari sumber suara.
"Moccaacinoo" teriakku lagii.
Bukannya menjawab, Mocca malah mengepalkan tangannya ke udara.
Aku mendengus kesal. Benar-benar ya si Moccacinoo.
*****
"Huaaaahhhhh" teriakku membuang napas. "Capek banget," sambungku mengelap keringat di dahi. Jalan jongkok 1 putaran membuat tulang betisku benar-benar geser.
Ditambah lagi si kakak kelas sableng yang terus gangguin dari tadi.
"Makan yuk, Caaa" ucap kak Agam ngos-ngosan. Salah sendiri, siapa suruh ikut-ikut jalan jongkok. Emang aneh ni orang. Orang pada menghindar biar ga kena hukuman, eh dia malah dengan sukarela menjalankan hukuman padahal bukan dia yang dihukum. Aneh kann?
"Emang boleh?" Kataku. Secara, anak baru yang lain mungkin masih di aula mendengarkan ocehan anak OSIS.
"Yang ga ngebolehin siapa emang? Sini, biar gue tonjok orangnya."
"Yeee, Kak Agam mah gaapapa. Lahh aku kan anak baru kakk, ntar malah tambah hukuman."
"Udahh gapapa Caa, lagian bentar lagi mungkin pada keluar istirahat."
"Reel, ayok makan yoookk" ajak ku pada Dareel yang dari tadi diam seperti patung. Heran Ama tu orang, diam Mulu dari tadi.
"Eeehhh, Lo ngapain ngajak diaa Caa?" Protes Kak Agam.
"Lahh. Gapapa lah Kak. Kan kita bertiga."
"Ayook,Reel" sambungku.
"Gak, males gue" jawabnya.
"Tuuuhhhh, yaudah kita aja Caa" sambung Kak Agam.
"Ihhhh, ga mauuu." Kataku seraya berdiri. Menarik tangan Dareel untuk ikut berdiri juga.
"Ayook, Reell. Berdiri gaaa" ucapku sembari mengerahkan seluruh tenaga untuk menarik Dareel berjalan menuju kantin yang ada di gedung utama 3. Aku bisa tau karena kemarin Mocca menjelaskan dengan detail bagian-bagian dari sekolah Razarda.
Sepertinya ia mengalah. Kalau benar-benar nggak mau, Dareel pasti sudah menepis tanganku. Setelah ia berdiri, aku menyeretnya dengan kedua tanganku. Jika hanya menggunakan satu tangan, kalah sudah. Kekuatan cowok berkali-kali lipat dari pada kekuatan cewek.
"Caa, Lo ngapain ngajak dia sih. Aelah."
"Suka suka aku dongg kakk, sibukkk aja. Kalo ga mau bareng, yaudaahh Sanaa. Makan sendiri. Aku mau sama Dareel."
"Oooo tidaaak bisaa" Kak Agam mengangkat dan menggoyangkan jari telunjuknya.
"Guee gaak akan biarin kalian berdua-duaan." Sambungnya.
"Diihhh, apaan sihh kakk."
Pintu lift terbuka. Aku memencet tombol lima. Kantin kelas 10 berada di sana. Iyakan? Sekarang aku sudah resmi jadi kelas 10. Yaa walaupun 2 hari ini telat Mulu.
Tak butuh waktu lama, kami sampai di kantin.
Ternyata bener yang dibilang sama kak Agam. KANTIN KELAS 10 PENUH. Wah, gila sihhh. Aku mengedarkan pandangan. Mencari celah kursi kosong untuk kita bertiga.
Pandanganku terhenti di pojokan kantin. Seorang gadis gempal duduk sendirian di sana. Pas banget, 3 kursi yang lain kosong. Aku yang masih memegang tangan Dareel, langsung berjalan kearahnya. Kak Agam mengekor di belakang. Tapi kayanya aku kenal dehhh, aahhh.. iyaaa. Jeje."Jeeee" teriakku. Sontak beberapa orang mengarahkan pandangannya kepadaku. Termasuk Jeje.
Terlihat Kak Agam menutupi mukanya. Ahh.. bodo amatlah.
"Lo sendirian?" Tanyaku padanya. Jeje menganggukan kepalanya.
"Kami gabung ya, soalnya penuuhh."
"Iya, gapapa."
"Aku pesen dulu dehhh. Reel, kamu mau makan apa?" Tanyaku.
"Terserah" jawabnya. Aku menghela napas pelan.
"Uuhhhh, pengen tak remess tu muluuutnya si makhluk planet" gerutuku dalam hati.
"Oke, bakso." Aku berjalan ke depan kantin untuk memesan.
"Eeehhh, Caa. Kebangetan loo yaaa, gue ga lo pesenin sekalian" protes Kak Agam.
"Kak Agam pesen aja sendiri" celetuk ku.
"Yaudah gapapa, sengaja kan loo. Biar bisa deketan ama gue. Yuk ahh, bareng ke depan."
Ohhh, iyaaa. Micca bego banget siihh. Kemakan omongan sendiri kaaann. Ihhh, sebel bangeeet.
"Eeehhh, gausahh Kak. Biar Micca pesenin sekalian aja. Ntar malah ribet lagii. Mau apa?"
"Samain Lo aja. Biar co cwiit."
Aku menatapnya jijik. Dasarr, anak siapa sihh sebenarnya ni orang. Absurd banget kelakuannya.
"Oke tunggu." Aku memesan 3 mangkuk bakso dan 3 cup es jeruk. Beberapa menit aku menunggu, makanan sudah siap tersaji di nampan. Aku membawanya ke meja yang dipojokan.
"Mereka ga peka banget jadi cowok" gerutuku. mengarahkan pandangan ke Dareel dan Kak Agam. Ku lihat Dareel berdiri. Aku kira dia mau pergi karena kelamaan menunggu.
TAPII TERNYATAAA!!! DIA BERJALAN KEARAHKU DAN MENGAMBIL ALIH NAMPAN YANG KU BAWAA!!!
***
Hallooww, assalamualaikum. Makasih yang udah mampir guyyss. Jangan lupa vote dan komen😘salam sayang dari emaknya Micca❤
KAMU SEDANG MEMBACA
MICCA [END]
Fiksi RemajaMicca Lotenna, Gadis mungil yang memiliki kepribadian yang luar biasa. periang, usil, dan ceroboh. Awal masuk SMA, wajar jika ia bertemu dengan teman baru. Yang menarik perhatiannya adalah pria yang selalu memakai hoodie berwarna pink. Dia pendiam...