Jangan lupa tinggalkan jejak guysss!
"Geskaaaaa, sini gak looo" teriak Moana dari sudut kelas.
"Sinii gue bilang, siniiii" Sambungnya lagi.
Aku menghela napas pelan. Sepertinya tidak bisa seharii saja kelas ini tentram, adem ayem. Pasti ada saja ulah yang mereka perbuat. Seperti halnya hari ini, Moana dan Geska adalah Tom And Jerry nya kelas X IPA 3. Setiap hari ada aja sesi berantemnya. Rugi kayaknya kalau nggak berantem.
"Ampuunnn, Na. Ampuunnnnn" timpal Geska yang masih menghindar dari kejaran Moana.
"Gakkk, Lo tu ya kurang ajar banget jadi cowok. Ngapain Lo narok kaca kecil di bawah bangku gue, Haaaahh!! Ngapainnnnn" teriak Moana emosi. Sambil terus mengejar Geska.
Pas banget, Geska berjalan cepat ke arah tempat duduk ku. Kaki yang semula di bawah meja, aku luruskan kesamping.
Brukk.... Gubrakkk..
"Nahh, sukurinn." Ucapku geram.
"Aww, sialan" ucapnya bangkit seraya memegangi lututnya yang mungkin terkena kerasnya ubin kelas.
"Miccaaa, Lo apaa--," ucap Geska terpotong, keburu Moana menangkapnya.
"Kenaa looo" ucap Moana mencekal seragam Geska dari belakang.
"Anaa, tunggu-tungguu, ini gak seperti yang Lo pikir. Plisss, dengerin penjelasan guee." Ucap Geska memelas. Menagkupkan kedua telapak tangannya di depan Moana.
"Apaaa, Lo mau jelasin apa lagiii, hahh!!" Sekarang Moana melotot padanya.
"Ngejelasin kalo Geska sukaa sama elo, Na" timpal Andi. Andi adalah bromancenya Geska. Sama-sama gesrek, sama-sama eder. Pokoknya di mana ada Geska, di situ pasti ada Andi.
"Aciieee, pantesannnn woy. Geska segitunya sama Moana. Ini tohh akar masalahnya" celetuk Bia. Bendahara kelas.
Celetukannya disambut tawa oleh penghuni kelas.
Seketika itu, Andi langsung mendapat plototan dari Geska.
Yang diplototi malah cengengesan nggak jelas.
"Bawak aja ke ruang BK An, biar diproses sama Pak Midaf. Sukur-sukur kalo Pak Midaf lagi sama Bu Dewi. Behhh, udahh kelar idup Geska" timpalku biar Geska tambah memanas.
"Ca, jangannn-jangann. Sumpah. Gue takut kalo harus berurusan lagi sama 2 manusia bringas ituu. Gak lagi dehh, gaakk" teriak Geska panik.
"Idiihhh, berani berbuat ya harus berani bertanggung jawab dong, Ka. Elo berani narok kaca disitu, berarti Lo harus berani juga dihukum kalo ketahuan. Elo mainnya kurang pinter, Geska" ucapku.
"Caa, apasih. Kok Lo malah ikut-ikutan salah paham? Ini gak seperti yang kalian kira. Sumpah sumpahhh." Raut wajahnya terlihat cemas.
"Perhatian-perhatian" suara berat terdengar dari depan kelas.
Seketika, kelas yang tadinya seperti pasar, langsung senyap layaknya di kuburan. Pandangan langsung mengarah ke empunya suara.
"Berdasarkan dari hasil yang gue dapet dari kantor tadi bahwasaa--,"
"Ziaan, jangan bertele-tele plis. Langsung ke inti dari pembicaraan" timpal Mika.
"Mik, i lope yuuu" ucapku mengarah kepadanya. Mika mewakili isi hatiku. Emang, si ketua kelas kalo ngomong suka pake intro. Buang-buang waktu.
"Oke-oke. Inti dari omongan gue kali ini, bahwasanya Miss Fara kesayangan kita ga masuk. Jadi kita disuruh ngerjain tugas di buku. Sekian dari saya, terimakasih. Oh ya, teman-teman sekalian, diharapkan mengerjakan dan jangan sampai ada yang ke kantin sebelum jam pelajaran habis. Buku paket halaman 40" ucapnya lalu duduk ke tempat duduknya. Miss Fara adalah guru bahasa Inggris,
"Ka, yuk ikut. Kita ke ruang BK dulu ya," ucap Moana memberikan penekanan di setiap katanya. Giginya gemerutuk membuatku ngilu seketika.
"Ca, makasih Lo udah bantu gue. Nanti kita ke kantin. Pilih apapun yang Lo mau" teriak Moana sembari menyeret Geska.
"Dengan senang hati, Na"
"Dadahh geskaa, semoga hari ini kamu selamat dari kandang macan yaa" sambungku tersenyum puas. Lagian, ada-ada aja ulah cowok eder itu.
Geska mengepalkan tangannya ke udara. Aku tersenyum puas. 'Oke Ca, hari ini kamu nambah musuh' ucapku dalam hati.
***
Hampir saja lupa, bahwa selembaran kertas ini harus segera dikumpulkan supaya tidak tambah lecek.
Aku beranjak, melangkahkan kakiku ke ruang jurnalistik. Ku susuri koridor kelas. Sampai di depan kelas X IPA 1, langkahku terhenti. Ahh, mana tau makhluk planet ada di kelas. Aku mengintip dari jendela kelas. Menyapu ke seluruh ruangan. "gak ada, dia kemana?" Tanyaku pada diriku sendiri.
Aku meneruskan langkahku. Begitu sampai di ruang jurnalistik, pintu tertutup. Aku menarik napas, menghirup banyak udara untuk membuang kegugupanku. Tanganku gemetar sekarang.
Tanganku terangkat, mengetuk pintu ruangan.
"Permisi," ucapku sambil terus mengetuk pintu.
"Masuk" ucap seseorang dari dalam.
Aku membuka knop pintu, mataku langsung terfokus pada 2 orang yang sedang duduk di kursi. Aku terperangah, kenapa harus bertemu manusia ini lagii? Kenapa seorang Agam Prasjaya nongkrong di ruang jurnalistik? Dan ahh yaa, Aldo Razarda. Anak pemilik dari sekolah ini, yang juga menjadi ketua geng alastor, dann, jangan bilang dia ketua ekskul jurnalistik? Kenapa hal sepenting ini bisaa sampai terlupa olehku yang super duper ceroboh ini? Ahh, jika tau kak Aldo ketuanya lebih baik aku ikut ekskul
****
KAMU SEDANG MEMBACA
MICCA [END]
Teen FictionMicca Lotenna, Gadis mungil yang memiliki kepribadian yang luar biasa. periang, usil, dan ceroboh. Awal masuk SMA, wajar jika ia bertemu dengan teman baru. Yang menarik perhatiannya adalah pria yang selalu memakai hoodie berwarna pink. Dia pendiam...