Part 18 - Beruntung atau Bencana?

40 3 1
                                    


Yookkk Digoyang Mangg bareng Emak Micca 😎



Hujan tadi subuh masih meninggalkan bekas. Aspal jalanan masih mengkilap. Air hujan yang jatuh menimpanya belum mengering. Aku harus ekstra hati-hati supaya tidak terjerembab seperti waktu itu.

Tik. Setetes air jatuh mengenai tanganku. Semula satu tetes, kemudian menyusul langsung bergerombol. "Aihh, hujan lagi. Belum nyampe sekolahh" umpatku dalam hati. Hujan semakin deras, dannn bajuku mulai basah. Bagaimana ini?

Sampai di sekolah, aku segera berlari meneduh di depan pintu utama. Aku benar-benar basah kuyup. Salahku tadi  ngeyel tidak mau membawa mantel. Padahal Mama sudah mewanti-wanti, melihat cuaca hari ini.

Seseorang menyampirkan sesuatu di pundakku dari belakang. Terkejut dengan apa yang terjadi, aku langsung putar badan.

"Dareel?!" Ucapku mengambil sesuatu yang di pundakku. Hoodie pink miliknya?

"Pakek!"

"Seragam Lo agak nerawang" ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

APPAAA??? YANG BENAR SAJA!!

Rasanya aku ingin menggasruk-gasrukkan mukaku ke tembok. Maluuuu bangeettt.

Aku langsung memakai hoodie yang diberikan Dareel. Rasa hangat langsung menjalar. Hoodie nya kelonggaran di badanku. Tanganku saja sampai tidak kelihatan dan bagian bawahnya nyaris pas di lututku. Gilaa, ini aku yang kayak kurcaci, apa dia yang kayak raksasa? Ahh, bodo amaatt.

Aku berjalan ke kelas. Kelas masih sepi, tidak seperti biasanya. Mungkin masih terjebak hujan di jalan. Hanya ada Jeje, Mika, dan.. Moana. Semenjak kejadian hari itu, aku jadi malas jika harus berhubungan dengan Moana.

"Caa, Lo kok basah gituuu" teriak Jeje saat mendapatiku basah.

"Ujan, Je" balasku singkat.

"Ngapa nggak neduhh dulu, sih?"

"Kalo sakit gimanaa," Sambungnya.

"Nanggung tadi, yaudah sekalian aja."

Aku melirik Moana. Ia memandangku. Dahinya berkerut, daann..

"Ca, hoodie siapa yang Lo pakek?" Selidik Moana.

"Kayak orang-orangan sawah" ucapnya lalu tertawa.

Ahh, kenapa Moana jadi menyebalkan seperti ini? Mungkin maksudnya hanya bercanda, tapi entah kenapa aku menanggapinya serius.

Aku menyunggingkan senyum. "Bukan punyaku, An."

"Tadi di depan, Dareel minjemi. Katanya bajuku nerawang, coba. Kena air ujan. bangeettt, ishh sumpaaahhh" ucapku tak bermaksud apa-apa.

Raut mukanya berubah. "Dareel?" Tanya nya terbata.

"Iyeee, anak IPA 1, ngeselin banget. Ihh sumpah yaa. Malu banget. Entah di mana aku nyembunyiin mukakku kalo ketemu lagi" ucapku heboh.

"Dareel walaupun dingin setengah mati, tapi peka ya, Ca. Cooocweeettt bangeett" timpal Jeje.

"Cocwet palak luu. Kemarin kamu ngata-ngatain dia, sekarang malah muji-muji. Maumu apaa sayangg."

Jeje hanya tertawa mendengar celotehan ku. Sedangkan Moana, tidak lagi menanggapi. Apa aku salah bicara? Ahh, bodo amat.

Tapi jika dipikir-pikir, benar apa yang Jeje bilang. Sejak awal, Dareel langsung bertindak. Maksudnya, seperti waktu di kantin. Ia langsung mengambil nampan yang ku bawa tanpa disuruh dan tadi, ia langsung memberikan hoodie nya tanpa ku minta. Tidak mengumbar rayuan apa gombalan seperti orang-orang lain. Misal, Kak Agam. Orang itu terus saja mengganggu.

Apa Dareel seperti itu ke semua orang? Atau hanya sama orang yang dianggapnya spesial aja? Ahh, jangan tinggi-tinggi kalau berkhayal, Ca. Kalo jatuh, bisa patah tulang nanti. 

Satu persatu anak kelas pada datang. Suasana kelas yang mulanya sepi, kini ramai. Apalagi ditambah kehadiran Geska dan Andi. Udah deh, kelas rasa pasar.  Geska sudah kembali menjadi orang yang gesrek. Padahal baru kemarin cintanya ditolak. Habis keluar kelas kemarin, tak lama ia masuk. Seakan-akan tidak ada masalah sebelumnya. Fine-fine aja. Geska kembali menjahili Moana, dan bergurau dengan Andi.

"Ca, kok Lo gemesin sih, pakek begituan" celetuk Geska.

"Terimakasih Geska" ucapku.

Ia tertawa terbahak-bahak. Tuh kan, mulai sengkleknya. Perasaan tidak ada yang lucu.

"Jadi pacar gue, ya?"

"Woyy," Andi yang berada di samping Geska menoyor kepalanya.

Sontak Geska langsung mengalungkan tangannya di leher Andi dari belakang.

"Mati anak orang, Ka" celetuk Moana.

Sedangkan Andi, masih berusaha melepaskan tangan Geska di lehernya.

"Parah Lo" cetus Andi. Setelah itu mereka tertawa.

Di mana letak kelucuannya?? Astagfirullah.

Keusilan mereka terus berlanjut. Sampai-sampai Zian, ketua kelas pun merasakan keusilannya.

"Ziann, bilangin ke Moana. Suruh dia merima gueee. Sedih bet ditolak begini" Rengek Geska menggoyangkan bahu Zian. Layaknya anak kecil yang minta jajan ke orang tuanya.

"Oke, bentar ya" bukannya menghindar, atau marah, Zian malah meladeni candaan dari Geska.

"An, terima Geska doongggg" teriak Zian mengarah ke Moana.

Aku melongo melihat betapa absurdnya teman-teman ku ini. Apa salahku sehingga harus masuk di kelas ini.

"Ogaaaahhh banget, gue gak mau ya pacaran sama orang modelan kayak dia."

"Anaaa, Lo nyakitin gueee, hatiku tergores, An" ucap Geska dramatis.

"BODO AMAAATT" Seketika itu, gelak tawa menggelegar. memenuhi seluruh ruangan.

Sayangnya, keseruan ini harus terhenti karena Buk Anggun sudah duduk di singgasananya.

***

MICCA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang