Jangan Lupa Tinggalkan Jejak Guyss 😲
Suasana riuh kelas terdengar dari luar kelas. Entah apa yang terjadi di dalam sana. Aku melangkah cepat. Penasaran.
"TERIMA.. TERIMA.. TERIMA" Semua yang di kelas bertepuk tangan membuat irama.
Yang ku lihat, Geska berlutut di depan Moana. Apa jangan-jangan?
"Je, Geska ngapain?" Tanyaku pada Jeje.
"Aih, Ca. Telat Lo. Dari mana aja. Ketinggalan kereta, kan?" ucap Jeje, kemudian bersuara lagi sembari tepuk tangan.
"Geska nembak Moana?" Tanyaku tak percaya.
"Yah, seperti yang Lo lihat" jawabnya diiringi suara tawa khas milik Jeje.
"Haaapppaah?" Aku kaget tidak percaya.
Tom And Jerry nya IPA 3 kini bentar lagi berganti menjadi Romeo dan Juliet.
"Maaf, Ka. Gue gak bisa" ungkap Moana menunduk. Seketika itu kelas menjadi hening. Tidak percaya apa yang Moana ungkap.
"Gue suka cowok lain, dia kelas IPA 1. Dareel Byantara" ungkap Moana blak-blakan.
Deg. Langsung seketika itu jantungku berpacu. Sebuah fakta mengejutkan yang baru saja masuk ke telinga ku.
Kenapa Moana bisa suka sama Dareel? Kok bisa?
Jeje menoleh ke arahku, aku pun menoleh ke arahnya. Jeje terlihat kaget. Mungkin, aku juga.
Mendengar pernyataan itu, tanpa aba-aba Geska langsung keluar kelas. Sedangkan Moana masih mematung di tempat. Selama ini, aku mengira kalau Moana dan Geska sama-sama suka. Tapi gengsi, mangkannya bertengkar terus.
Aku ingin menangis sekarang. Sainganku bertambah satu, selain seleksi pertukaran pelajar.
"Calm down, Ca" Jeje mengelus pundakku.
****
Bel pulang sekolah berbunyi. Kini aku tidak lagi bersemangat seperti biasa. Ahh, entahlah. Badmood menyerang ku saat di kelas tadi, sampai sekarang.
Aku berjalan lunglai ke parkiran. Di depan pintu utama, seseorang memakai hoodie pink berdiri di sebelahnya. Dia menunggu ku, kah?
Ahh tidak, Moana juga berdiri di sampingnya. Kenapa aku baru tentang hal ini? Mereka sudah saling mengenal?
Aku menghentak-hentakkan kaki ke lantai. Menyalurkan rasa kesalku pada Dareel. Tunggu, apa salahnya?
Aku berjalan melewati mereka berdua. Apa ini yang namanya kalah sebelum berjuang? Aku kesaall setengah mati.
Jadi ini, alasan Dareel mengabaikanku selama ini? Ahh, aku benci dengan pikiranku. Auk ah, gelap.
Derap kaki terdengar dari belakang. Aku menghiraukan karena ku pikir itu siswa lain. Tapi aku salah, derap itu milik Dareel yang kini berjalan di sampingku. Aku menoleh ke belakang, Moana sudah tidak lagi di sana.
"Oma minta Lo dateng" ucapnya.
Aku ber-oh ria tanpa memandangnya. Namun, ekor mataku meliriknya. Ia tampak mengerutkan alisnya.
"Gue udah berusaha buat nolak permintaan Oma. Tapi Oma kekeuh" Sambungnya lagi.
"Kenapa nggak Moana aja" celetukku. Bodoh. Kenapa aku langsung menembak ke sana?
Ia tampak menaikkan satu alisnya.
"Oma maunya Elo."
Jawaban dari Dareel sama sekali tidak menenangkan hatiku. Kenapa tidak 'apa hubungannya dengan Moana?' atau 'gue nggak kenal Moana' jika begitu mungkin aku bisa sedikit bernapas lega.
Siapa Moana di hidupnya Dareel? Teman SMP? Apa teman masa kecil? Pertanyaan itu terus saja menari-nari di pikiranku.
"Moana siapanya kamu Reel?" Tanyaku langsung. Biarlah, sudah terlanjur juga.
"Penting banget buat Lo."
"Bangeetttt bangeett."
"Jawab dooong, Reel."
"Tetangga gue, sahabat kecil gue sampe sekarang dan dia udah gue anggep kayak Adek gue sendiri. Puas" ucapnya datar. Jarang-jarang Dareel berbicara sepanjang ini. Seakan-akan tau, kalau aku sedang cemburu, dan dia sedang berusaha menjelaskan agar aku tidak cemburu.
Setitik rasa bahagia mencuat. Jadi Dareel nganggep Moana seperti adiknya sendiri? Senyum terbit di bibirku. Rasa kesal menguap entah kemana.
Soal perasaan Moana, biar dia sendiri yang menjelaskan. Aku takut jika memberitahu Dareel, mereka bisa saja bermasalah.
"Ngapain Oma minta aku ke sana?" tanyaku pada Dareel.
Ia mengangkat bahunya. Aku tahu maksudnya apa. Dareel suka sekali menggunakan bahasa tubuh.
****
Huufftt, aku merebahkan tubuh ku di kasur. Molly terlihat tersentak saat aku mengganggu tidurnya.
"Dasar kucing pemalas, tiduurr Mulu kerjaannya" celetukku sembari meraihnya. meletakkan binatang menggemaskan itu di atas perutku.
Hari yang melelahkan. Tubuh dan otakku sama-sama lelah. Hatiku juga lelah. Sambil mengelus kepala Molly, pikiran ku melayang di mana aku dan Oma bertukar cerita tadi siang di gazebo belakang rumah sehabis belajar.
Oma bercerita kalau Dareel sudah tidak tinggal lagi dengan orang tua nya sejak kecil. Mama nya meninggal waktu Dareel berumur 10 tahun. Kemudian, papa Dareel menikah lagi. Dareel enggan ikut Papa dan mama tirinya. Lebih baik tinggal dengan Oma.
"Jadi, Nak. Mungkin kejadian itu mempengaruhi sikap Dareel sekarang. Jadi lebih pendiam, jutek. Iya, kan, Nak?" Aku mengangguk kan kepala. Memberikan jawaban dengan bahasa tubuh. "Oma sebenarnya sedih, Dareel jadi tidak bisa berbaur dengan temannya yang lain. Tapi, walaupun Dareel seperti itu, dia baik, tidak nakal ya di sekolah." Perkataan Oma tadi siang masih melekat di ingatanku.
"Tuhh kan, bener. Pasti di sini" Mocca menyembulkan wajahnya di depan pintu.
Mendapatiku rebahan sembari mengelus Molly, membuatnya ikut merebahkan diri.
Memindahkan Molly dari perutku ke perutnya.
"Ada cerita apa hari ini?" Tanya Mocca menghadapku.
"Muka Lo asem, Ca. Nggak kayak biasanya."
Aku menggumam. "Moana suka Dareel, Mo" ucapku lirih.
Mocca mengerutkan dahinya.
"Moana?"
"Heem, dia tetangga plus sahabat Dareel dari kecil."
"Persahabatan cewek sama cowok mana ada yang bener, Ca. Pasti bakal ada yang namanya friendzone. Salah satu diantara mereka ada yang suka. Terbukti kan, Moana suka sama Dareel."
"Dareel bilang kalo Dareel nganggep Moana udah kaya adiknya sendiri."
"Dareel bilang gitu?" Ucap Mocca memastikan.
"Iya, Mo."
"Apa mungkin, Dareel aja yang belum ngeh kalau sebenarnya dia juga suka sama Moana?" Pungkasku sebel.
"Moooo, aku harus gimanaa??" Rengekku mengguncang bahunya.
"Mau nyerah?" Ucapnya sinis.
"Cupu Lo, belum apa-apa udah nyerah aja" sambungnya bangkit. Seraya membawa Molly keluar kamar. Aku menatapnya tidak percaya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MICCA [END]
Teen FictionMicca Lotenna, Gadis mungil yang memiliki kepribadian yang luar biasa. periang, usil, dan ceroboh. Awal masuk SMA, wajar jika ia bertemu dengan teman baru. Yang menarik perhatiannya adalah pria yang selalu memakai hoodie berwarna pink. Dia pendiam...