Part 24 - Fakta Baru

22 3 0
                                    

"Tuhh kaaaannnn, aku bilang apa tadi. Kamu pasti ninggalin aku Reell" teriak ku dari belakang. Langkah kakinya sangat lebar, menyulitkan ku untuk menyamai langkahnya.

Ia berbalik, memandangku yang masih jauh tertinggal di belakang.

"Lama" celetuknya.

"Lagian, tadi disuruh pakek motor nggak mau!" sungutku.

Sekarang, aku resmi menambah julukan untuknya. Manusia keras kepala, cocok buat Dareel yang tidak bisa menerima masukan.

Dareel menghentikan langkahnya, hanya untuk menungguku di belakang.

"Huahhh, capek banget" keluhku saat sampe di tempat Dareel berdiri.

"Jangan manja. Ayok" Dareel mengulurkan tangannya.

HAAAAHH? MAKSUDNYA APAAA???

Aku melongo, tidak mengerti apa maksudnya mengulurkan tangan. Mau nggandeng, apa gimana? Ahh, nggak mau berekpetasi terlalu tinggi.

"Kayak gini, biar Lo nggak ketinggalan terus" ucapnya meraih tanganku. Dareel memasukkan jarinya ke sela-sela tanganku. Kemudian menggenggamnya.

Oh tidak, jantungku mau lompat dari tempatnyaa!!!

Bungaku yang tadinya sempat layu, kini kembali mekar. Senyum mengembang begitu saja.  Aku benar-benar tidak bisa menyembunyikannya.

Tepat waktu. Saat aku dan Dareel sampai di halte, bus juga berhenti di sana. Dareel masih menggenggam tanganku, seperti ibu yang takut kehilangan anaknya.

****

Akhirnya selang beberapa waktu, kami sampai ke tujuan. Nggak salah Dareel ngajak aku ke sini?

"Nggak salah tempat, Reel?" tanyaku memastikan.

"Nggak!" jawabnya cepat.

"Makan dulu. Gue laper" ucapnya lalu mendahuluiku.

"JANGAN DITINGGAL!! NANTI KALO AKU ILANG KAMU DIMARAHIN MAMA!" teriakku ke Dareel yang sudah berada di depanku beberapa langkah.

Ia berbalik arah, menghampiriku lalu kembali menggandeng tanganku. Lagi-lagi aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku.

***

Seseorang yang terlebih dahulu duduk di meja, melambaikan tangan ke arahku dan Dareel. Aku menyipitkan mata, berusaha melihat siapa yang duduk disana.

Dareel yang masih menggangku berjalan mendekatinya. Mau tidak mau, akupun mengikuti langkah Dareel.

KAK VIOLA!!

Aku tertegun. Kenapa harus ada Kak Viola? Siapa dia di hidupnya Dareel?

"Sorry, telat" ucap Dareel.

"Santuy."

"Lo mau berdiri aja disitu?" celetuk Dareel ke arahku.

Dengan sangat terpaksa, aku menarik kursi kosong. Tau gitu, mending nggak usah ikut tadi.

Aku menatap sinis ke arah Kak Viola.

"Gimana kabar Oma, Reel?" tanya Kak Viola memecahkan kesunyian.

"Baik, Kak. Oma nanyain Lo mulu. Pusing gue gimana jawabnya" jawab Dareel sembari melihat menu makanan.

Baiklah. Kak Viola juga sudah kenal dengan Oma. Aku ngerasa, tidak mungkin tidak ada hubungan. Tapi, Kak Viola juga suka sama Agam? Masa' playgirl?

Hatiku memanas, rasanya aku di sini hanya sebuah patung yang tidak dianggap keberadaannya.

Aku memutuskan untuk berdiri. Berniat untuk pergi dari sini. Namun, dengan sigap, Dareel mencekal pergelangan tanganku.

"Mau kemana?" tanya nya datar.

"Pergi. Kayaknya aku ganggu di sini" ucapku berusaha melepaskan tanganku.

Kak Viola tertawa.

"Lo cemburu?" tembak Kak Viola langsung.

Aku mengendikkan bahu. "Aku siapa emang? Mau cemburu pun, aku bukan siapa-siapanya Dareel."

Tapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, ia sudah mendidih. Terbakar saat Dareel dan kak Viola ngobrol. Terlebih lagi, kak Viola sudah mengenal Oma. Ditanyain terus lagi!

"Oke, sepertinya gue harus meluruskan kesalahpahaman ini" ucap Kak Viola.

"Lo duduk dulu, bisa?" Sambungnya.

Mau tidak mau aku duduk kembali. Lagian, tangan Dareel masih mencekal pergelangan tanganku.

"Sebelumnya, gue mau minta maaf soal tadi pagi. Gue lancang banget sampe harus narik rambut Lo. Gue kesel, karena Agam yang nggak pernah menghargai perasaan gue. Terlebih lagi, waktu gue denger kalo Agam malah suka sama Lo. Sekali lagi gue minta maaf."

"Sekarang bagian yang paling penting—" sambung Kak Viola.

Aku mendengarkan dengan seksama.

"Lo pasti bertanya-tanya, hubungan gue sama Dareel. Oke, kenalin, gue pacarnya" ucap Kak Viola yang langsung mendapat pelototan tajam dari Dareel.

Kak Viola terkekeh pelan.

"Oke, gue serius. Gue kakaknya Dareel."

Aku mengerjap tidak percaya. Masa, sih?

"Lo mau percaya atau tidak, itu terserah Lo. Jadi gini, kalo Lo nggak tau, Mama kita udah duluan pergi ke sisi Tuhan. Terus Papa kita nikah lagi sama orang lain. Dareel memilih tinggal sama Oma, karena dia sama sekali nggak bisa dengan mudah nerima orang baru. Sebenernya gue juga nggak mau tinggal sama papa. Tapi, gue cukup tau diri aja. Oma nggak mungkin sanggup buat nampung kita berdua. Jadi, solusi yang paling tepat adalah gue ikut papa."

"Selama itu, gue sama Dareel jarang banget ketemu. Papa selalu sibuk dengan kerjanya. juga, adik kita. setiap kali Gue ajakin buat nengok Dareel dan Oma, papa selalu nolak. Kerjaan selalu jadi alasan utama papa."

"Semenjak Dareel sekolah di Razarda, gue seneng akhirnya bisa ketemu tiap hari. Tapi, dia banyak berubah. Gue nggak tau alasan kenapa Dareel bisa kayak gini sekarang. Lo pasti paham maksud gue, Ca" terang Kak Viola.

Aku melongo tidak percaya. Aku nggak ngerti kenapa Kak Viola bisa dengan gamblangnya ceritain masalah keluarganya ke aku. Siapa aku sampai harus tau masalah ini?

Aku melirik Dareel. Raut wajahnya tidak terdefinisi kan. Aku paham, kehilangan orang yang paling berharga adalah suatu hal yang tidak bisa dijelaskan sakitnya seperti apa. Tapi, untungnya, aku masih punya Mama yang selalu ada buat anak-anaknya.

Apalagi Dareel? Mungkin masa lalu menjadi penyebab Dareel seperti ini.

"Gue rasa, penjelasan gue kali ini udah sangat-sangat jelas. Dan Lo, Ca. Lo nggak perlu ngejauh dari Dareel. Gue tau tadi lo nunggu Dareel kan di gerbang. Tapi pas Lo liat, Dareel jalan beriringan sama gue, Lo jadi ninggalin dia."

Aku menahan napas. Dareel terlihat kaget, lalu geleng-geleng kepala.

"Yaudah, gue cabut ya. Kalau kelamaan di sini, nanti gue jadi obat nyamuk lagi."

Kak Viola berdiri. Sebelum pergi, ia membisikkan sesuatu di telingaku.

"Dareel yang minta buat ngejelasin ini ke elo" bisiknya lalu berlalu.

Aku tidak bisa berkata-kata. Semua terlihat abu-abu. Kenapa Dareel sibuk minta kakaknya memberi penjelasan ini kepadaku? Sedangkan dia? Malah berharap aku gagal dalam seleksi pertukaran pelajar supaya dia tidak perlu temenan sama aku. Sementara, perlakuannya selama ini semakin membuatku bingung. Jangan melambung, Ca. Ingat, Dareel sudah bersiap-siap untuk menjatuhkanmu.

Teka-tekimu sulit untuk dipecahkan, Reel.

****

MICCA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang