Author's POV
Sejak kecil, Nayra hidup dan dibesarkan oleh bibinya seorang. Ketiadaan sosok lelaki sebagai penyangga rumah tangga memaksa dua perempuan itu untuk hidup mandiri dan independen, serta menuntut Nayra untuk tumbuh sebagai figur perempuan yang tangguh. Meski begitu, ia tak pernah mempertimbangkan akan terjebak dalam situasi yang menyeretnya di antara hidup dan mati. Dan, dia tak pernah mempersiapkan diri untuk itu.
"Awas!" teriak anak-anak yang berdiri di pinggir jembatan.
Meski Nayra sadar apa yang akan menimpanya, ia tak bisa berbuat apa-apa--tak bisa menghindar. Ia berada di udara bebas, dan di bawahnya menanti dasar jurang gelap dengan aliran air yang entah sederas apa.
Detik-detik berlangsung begitu cepat. Seekor Tyran mendarat di tubuhnya, menancapkan kedua cakarnya di punggung dan menyeretnya ke bawah. Waktu seolah melambat ketika pandangan gadis itu menangkap sosok teman-temannya yang menatap histeris dari atas jembatan--berteriak-teriak padanya-- sebelum akhirnya lenyap digantikan pemandangan dinding tebing yang berwarna kecoklatan.
Ia jatuh dengan posisi tengkurap, menatap tepat ke dasar jurang kelabu yang bersiap menelannya, dan tanpa perlawanan yang berarti terhadap Tyran yang bergelayut di tubuhnya. Setengah jiwanya seakan lenyap meninggalkan tubuh.
Tiba-tiba, pada detik yang sama, seseorang melompat ke atas tubuh makhluk besar itu dan menikam kedua cakarnya dengan pisau, membuat makhluk itu terpekik dan sontak melempaskan cakar tajamnya dari tubuh Nayra. Mata gadis itu melebar saat ia mendapati siapa sosok itu. Dia adalah Mr. Smith, sang pilot.
Pergulatan sengit terjadi, seiring gravitasi terus menarik mereka ke bawah. Sang pilot berupaya mendorong makhluk itu menghadap jurang. Ia dan Tyran itu berputar-putar di udara. Melawan arus udara, Nayra dengan cepat membalikkan posisi tubuhnya menghadap ke atas dengan kedua tangan terentang untuk memperlambat fase jatuhnya--meski tak terlalu berpengaruh.
Saat itulah ia melihat sewujud siluet pemuda terjun dengan cepat ke arahnya. Semakin dekat, terlihatlah seraut wajah dan rambut pirang kecoklatan yang acak-acakan tertiup angin, serta bola mata beriris hazel yang mengkilap penuh tekad. Itu Dev, menuju ke arahnya dengan posisi badan menukik ke bawah layaknya sebuah roket.
Sementara di belakangnya, Tobio turut terjun dengan kedua tangan terentang ke depan, berusaha menggapai kaki Dev. Disusul Daniel, Dylan, dan Shafa berurutan.
Tak butuh waktu lebih dari dua detik bagi Dev untuk menggapai Nayra. Ia merentangkan tangannya ke arah anak perempuan dengan rambut panjang yang berkibar ke atas tersebut. Gadis itu hanya melamuninya saat jarak antara mereka semakin tipis--masih sulit memercayai penglihatannya. Hingga Dev akhirnya berhasil meraih tubuh kecil itu, mengalungkan kedua lengan di punggungnya, kemudian menarik gadis itu dalam dekapannya.
Di detik yang sama, Tobio sukses menangkap pergelangan kaki Dev. Memegangnya erat. Sementara dalam rentang waktu yang tipis, pergelangan kakinya sendiri berhasil ditarik dalam genggaman Daniel. Dylan dan Shafa pun berurutan melakukan hal yang sama, secara spontan tanpa ada yang mengomandoi. Saling memegangi pergelangan kaki satu sama lain, terpaut seperti seuntai tali.
Di pinggir jembatan, Namju mengerahkan segenap tenaganya menarik pergelangan kaki Shafa. Berusaha keras menahannya agar tidak jatuh. Ia berteriak, merasakan tekanan hebat lantaran keselamatan enam orang bergantung kepadanya, kepada kekuatannya. Dan berat tubuh empat laki-laki serta dua perempuan tentu melampaui batas wajar untuk ditahan oleh satu orang saja. Ia mengerang, merasakan otot-ototnya menegang. Rahangnya mengeras dan urat-uratnya menyembul jelas di permukaan leher dan lengannya.
Tangan kiri Nayra mencengkram lengan baju Mr Smith yang masih berkutat dengan makhluk keras kepala tersebut, sementara lengan kanannya melingkar erat di pundak Dev. Bersamaan dengan itu, tubuh mereka tersentak di udara dan berayun, berhenti melayang. Terkatung-katung di mulut jurang yang menganga. Kematian menanti di bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Mist ✔️
Science FictionApa artinya kebahagiaan jika rumah--tempat hati berlabuh--tak lagi dapat digapai? Tragedi terdamparnya pesawat yang Nayra tumpangi senja itu adalah pengawal petaka. Niat menghadiri olimpiade berubah menjadi ajang bertahan hidup. Hutan trop...