Aku terbangun mendengar suara erangan Dev. Rupanya aku ketiduran. Semalam aku memutuskan menemani Dev yang masih belum sadar, mumpung aku tidak mengantuk. Namun, baru sebentar duduk di sebelah Dev, aku langsung terlelap. Kupikir lagi, aku lebih mudah tertidur di sekitar Dev atau Shafa.
Seraya mengangkat wajahku yang sebelumnya tertelungkup ke kasur, kulihat Dev sedang mengumpulkan kesadaran. Aku menyentuh tangan Dev, membuat pemuda itu menoleh.
"Hey," sapanya.
Dev mengerjap lemas. "Hey, Ayra ..." balasnya lirih. "Rambutmu berantakan." Ia terkekeh pelan.
Nayra menghela nafas dan menjatuhkan diri ke bangku. Lega rasanya melihat Dev masih sama. Setelah memberinya minum, ia kemudian berbincang cukup lama. Memberitahu apa saja yang terjadi setelah Dev tertembak.
Waktu menunjukkan pukul lima lewat dua puluh ketika Nayra melangkah keluar ruangan. Hendak ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Baru saja menginjakkan kaki di tangga, Nayra berpapasan dengan Namju yang hendak masuk ke ruangan yang baru saja ia tinggalkan.
"Bagaimana dia?" tanya Namju. Rambut depannya tampak berantakan usai bangun tidur.
Nayra mengedikkan bahu. "Sayangnya, dia masih Dev." Ia melontarkan gurauan sambil berjalan menuruni tangga menuju kamar mandi di lantai dua.
"Itu parah ..." Namju bergumam pelan kemudian berbalik dan masuk ke ruangan.
Nayra tersenyum kecil. Meski Namju dan Dev sering bertengkar atau berselisih paham akibat perbedaan cara pandang dan sifat yang sama-sama keras, dia tahu dua temannya itu diam-diam saling peduli. Memperhatikan dengan cara masing-masing.
***
Pagi ini, saat matahari terbit, Nayra mengumpulkan anak-anak lain di sebuah ruangan sempit di lantai satu. Tempat itu disebut ruang peta. Yah, karena memang banyak peta di sana. Kesannya seperti ruang navigasi kapal.
Mereka berkumpul di sekeliling meja bundar kayu yang cukup luas. Peta-peta dan alat navigasi seperti kompas dan teropong berserakan di atas meja.
"Kenapa bocah itu?" Namju mengerutkan alisnya melihat Dylan menempelkan dagu dengan lesu ke sandaran bangku kayu. Tampak loyo seperti jelly.
"La-par ..." rengek Dylan sambil mengusap perutnya yang bergemuruh.
Tobio lantas menepuk kepala anak laki-laki itu. "Salahmu kita tidak dapat buruan, jadi jangan merengek seperti bayi."
Semua kepala menoleh kaget ketika Dev muncul dari atas tangga, melangkah turun pelan-pelan.
"Dev! Siapa yang membolehkanmu bangkit dari kasur?!" Shafa mengomel marah. "Dan siapa yang mencabut selang infusmu?"
"Aku sendiri," jawabnya ringan selagi berjalan mencari tempat duduk.
Daniel langsung berdiri ketika Dev melintasinya, mempersilahkannya untuk duduk.
Sebelah alis Dev terangkat. "Ayolah, aku bukan orang tua." Dia terkekeh.
Nayra masih terheran-heran melihat betapa cepatnya Dev bisa berdiri dan berjalan. Seolah dia hanya mengalami luka ringan biasa. Untuk sesaat dia berfikir kalau Dev mungkin punya kekuatan super penyembuh.
"Dev, kau punya kekuatan super, ya?" kata Nayra takjub. "Bagaimana bisa kau beraktifitas normal secepat itu? Maksudku, hanya dalam semalam."
"Yah, daya tahan tubuhku memang kuat," kata Dev sambil menyengir.
Nayra mengernyitkan alisnya. Dev memang tak bisa dihentikan kalau sudah berkemauan. Sifat keras kepalanya terkadang mengalahkan Nayra.
Tak menunggu lama, Nayra akhirnya membuka diskusi. "Baiklah, aku langsung saja ke intinya. Kita akan pergi dari sini. Besok," tegasnya, membuat enam anak lain melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Mist ✔️
Bilim KurguApa artinya kebahagiaan jika rumah--tempat hati berlabuh--tak lagi dapat digapai? Tragedi terdamparnya pesawat yang Nayra tumpangi senja itu adalah pengawal petaka. Niat menghadiri olimpiade berubah menjadi ajang bertahan hidup. Hutan trop...