"Yeah ... itu benar." Dev mengklarifikasi begitu kami berkumpul kembali dan memberondonginya dengan segudang pertanyaan. "Aku tidak berasal dari abad yang sama dengan kalian. Dan, Dev Sywalker hanyalah nama karanganku sendiri."
"Keluarga Hanover, katamu. Jadi kau manusia dari abad 18-an," imbuh Denzel.
Dev mengiyakan.
Sulit dipercaya. Awalnya kami mengira Dev hanya bermain-main, sebelum kemudian ia menjelaskan secara lengkap dan terperinci tentang perjalanannya mulai dari ditelan Rainbow Mist di hari pertunangannya hingga bisa menumpangi pesawat yang sama dengan kami. Dan aku bisa tahu kalau dia tidak sedang mengada-ngada.
Dev berasal dari tahun 1877, lahir dan dibesarkan di lingkungan istana United Kingdom--yang sekarang kita kenal sebagai Britania Raya. Dia terperangkap dalam kabut pelangi ketika tengah merenung sebelum mentari terbit di pinggir danau.
"Rasanya seperti berjalan di ruang hampa tak berujung yang disesaki cahaya beragam warna. Kau tiba-tiba menjadi buta arah dan kebingungan. Hanya bisa mondar-mandir tanpa tujuan. Kemudian, tiba-tiba kau sudah berada di luar dan kabut itu perlahan lenyap dari belakangmu seperti mimpi di siang bolong," jelas Dev. "Luar biasa lega begitu keluar dari sana. Tapi setelahnya, ketika sadar bahwa dirimu berada jauh di masa depan--" Dev terkekeh. "Kau merasa seperti dipermainkan."
Dev menuturkan bahwa dia terdampar di sudut kota New York, delapan bulan sebelum peristiwa kecelakaan pesawat kami ini terjadi. Ia sempat frustasi dan berusaha untuk meminta pertolongan pada orang-orang yang dia temui, namun dirinya malah dituduh mengidap gangguan jiwa.
Terlebih lagi, karena suatu alasan, dirinya secara mengejutkan tidak tercantum dalam catatan sejarah manapun. Dev mengaku sangat syok karena hal itu, bahkan sempat putus asa dan pernah terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidup.
"Aku lumayan tahu tentang sejarah kerajaan Inggris, dan--" Leon menyela. "Nama Pangeran Louis Frederick Arthur dari keluarga Hanover memang terdengar asing. Sangat asing"
Aku tak tahu harus merespon bagaimana, tak habis pikir ternyata ada kisah yang lebih rumit di balik cerita yang sudah cukup rumit.
Dev melanjutkan, selama delapan bulan tersebut dia berusaha mengatasi kebuntuan dengan mencoba menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masa ini. Ia bahkan belajar dan memahami hal-hal mendasar tentang kehidupan modern. Serta, memperoleh pekerjaan dan kehidupan baru. Hingga kemudian ia tersasar kembali oleh Rainbow Mist untuk yang kedua kalinya, tepat ketika ia bermaksud terbang ke Inggris untuk melihat sendiri kondisi kampung halamannya di masa depan. Hidupnya kembali dijungkir balikkan.
Aku menilai Dev cukup lama. Kurasa fakta baru tentang Dev tersebut menjawab mengapa dia lebih memilih menunggang kuda daripada mengendarai APV, alasan dia gagap teknologi meski cukup mampu menyembunyikannya, aksen kunonya yang kental, dan alasan mengapa Dev begitu berkharisma serta memiliki jiwa kepemimpinan tinggi.
Dari rangkaian kisah Dev aku juga memperoleh kesimpulan bahwa Rainbow Mist yang menyasar ke dimensi lain juga dapat menyeret makhluk hidup atau benda di masa tersebut ke dimensi yang berbeda. Harapanku menyusut. Bagaimana kalau Rainbow Mist berasal dari dimensi waktu lain, bukan di masa ini? Bagaimana kalau usaha kami justru sia-sia? Berbagai kemungkinan buruk berkelebat di benakku.
"Kalau begitu, Dev--" Aku menegakkan wajah. "Kenapa kau tidak memberitahu kami tentang ini dari awal? Kau lebih tahu tentang Rainbow Mist daripada kami semua, tapi kau berlagak bodoh selama ini. Kenapa?" Suaraku sedikit meninggi. Fakta bahwa Dev selama ini menyembunyikan kebenaran membuatku merasa getir. Perjalanan kami mungkin dapat menjadi lebih mudah jika sejak awal kami mengetahui hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Mist ✔️
Ciencia FicciónApa artinya kebahagiaan jika rumah--tempat hati berlabuh--tak lagi dapat digapai? Tragedi terdamparnya pesawat yang Nayra tumpangi senja itu adalah pengawal petaka. Niat menghadiri olimpiade berubah menjadi ajang bertahan hidup. Hutan trop...