"Kok aku kayak nggak enak badan yaa?" gumam Nabila sambil menyibak badcover yang menutupi seluruh tubuhnya. Tangannya bolak balik memegang dahi dan leher, tak ada tanda-tanda gejala demam sedikitpun.
Pelan, Nabila duduk dan bersandar dikepala ranjang. Membuka ponsel, kalau-kalau ada panggilan tak terjawab dari suaminya. Tapi tak ada, yang ada hanya tumpukan chat-chat sahabat dan teman-teman yang menanyakan keadaannya.
Nabila menarik nafas panjang lalu memejamkan mata. Sebenarnya Nabila sendiri aneh dengan beberapa perubahan pola hidupnya akhir-akhir ini. Seperti sekarang misalnya, sejak kapan Nabila tidur siang dengan badcover yang menyelimuti seluruh tubuhnya kecuali bagian kepala. Jika dia memang kedinginan karena AC di kamarnya yang menyala, lantas kenapa justru dia tak bisa tidur ketika AC-nya dimatikan.
Masih jam tiga siang, Nabila menurunkan kakinya perlahan. Berjalan ke arah meja rias, menatap bayangannya sendiri di cermin. "Kok aku kayaknya gendutan beneran yaa...?" batin Nabila seraya mencubit pipinya.
Nabila kini melangkah ke lemari baju untuk mencoba mangset bajunya yang paling ketat. Nabila selalu menggunakan baju itu untuk mengukur berat tubuhnya sebelum memutuskan menimbangnya secara langsung.
Tidak muat. Lengan baju itu terasa sangat sempit. Nabila langsung melepasnya.
Nabila membuka lemari box, meraih celana jeans yang paling kecil miliknya. Sama, tak muat juga. Bahkan celana itu tak pas lagi di pahanya.
"Kok aku bisa nggak nyadar sih, kalau tambah gendut." sesal Nabila sambil membuka-buka lemari box yang lainnya. Mencari benda apalagi yang membuktikan kalau dirinya memang mengalami kenaikan berat badan, tiga kali percobaan bukankah lebih afdhal?
Dilemari terakhir, mata Nabila terpaku menatap tiga bungkus softex yang masih terbungkus rapi. Sejenak, Nabila mengingat-ingat kapan terakhir dia datang bulan. Seingatnya, dari Kholil berangkat, sampai sebulan satu minggu berlalu, Nabila belum datang bulan sampai hari ini.
"Pasti gara-gara nggak halangan, makanya darahnya numpuk di perut, terus aku tambah gendut..." tebak Nabila dalam hati.
Dulu, waktu kelas dua SMA, Tiara juga pernah mengalami hal yang sama. Bahkan bukan satu bulan lebih, tapi hingga tiga bulan sahabatnya itu tak datang bulan sama sekali. Saat dibawa ke dokter kandungan, ternyata darah halangan Tiara mengalami pengerasan hingga menumpuk dan memenuhi dinding rahim. Alhasil setelah diberi obat, Tiara datang bulan seperti orang pendarahan. Hampir setiap dua jam sekali perempuan itu akan mengganti pembalutnya yang sudah penuh, hingga kadang tembus.
"Apa aku ke rumah sakit aja yaa?" gumam Nabila. Kini dia sempurna terduduk di lantai dengan mata menatap pembalut yang belum dipakainya.
"Tapi kan jauh banget..." sangkal energi malas dalam dirinya. Nabila menyandarkan dahinya ke lemari box, mencoba berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Ke rumah sakit umum aja deh. Kan deket." batin Nabila lalu segera berdiri dan keluar kamar untuk mencuci wajahnya. Setelah mencuci wajah, minum dan duduk sebentar di meja makan, Nabila langsung bersiap-siap untuk memeriksa keadaannya.
Dulu, dia pernah mendengar, bahwa ciri-ciri perempuan tidak bisa memiliki anak itu salah satunya ialah ada masalah dengan menstruasinya. Nabila memang takut hamil apalagi yang namanya melahirkan, namun ia lebih takut kalau tidak bisa memiliki anak. Bagaimana pun anak adalah sesuatu yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga.
Terlebih jika mengingat film-film ftv di indosiar, perempuan yang tidak bisa memiliki anak pasti akan dicampakan oleh suami dan ibu mertuanya. Nabila tak bisa membayangkan jika ia mengalami hal se-tragis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]
Teen Fiction🌻 SEGERA BACA SEBELUM BEBERAPA BAB AKAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🌻 Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Percayalah, apa dan siapapun yang datang ke kehidupan kamu, itu semua ada alasannya. Tentang Nabila yang menikah denga...