56. Sidang Skripsi

34.3K 2.2K 19
                                    

Sulit itu hanya satu solusinya, belajar terima dan hadapi sebisanya
_______________

Nabila menatap detik arloji yang rasanya terlalu lama untuk ukuran waktu satu jam. Lima belas menit berlalu, itu tandanya Nabila masih harus menunggu empat puluh lima menit lagi.

"Mudahan lancar..." batin Nabila lalu memutuskan berdiri dari duduk panjangnya. Rasanya pegal juga kalau duduk terlalu lama. Ini kedua kali dirinya menginjakan kaki di fakultas Ekonomi dan Bisnis, setelah bersama Bian dulu.

Mengingat nama Bian, Nabila jadi teringat teman-teman sekelasnya. Rasanya rindu juga suasana belajar, presentasi, bolak-balik perpus ngerjain tugas, dan juga pak Abdul pastinya.

Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah pilihan yang paling tepat. Seandainya saja waktu itu Nabila memutuskan tetap kuliah, tentu sekarang dirinya tidak bisa fokus menjaga kandungan, karena harus membagi waktunya dengan tugas-tugas kuliah.

Nabila menatap kembali jam tangannya, tak terasa lima belas menit dia berdiri sendirian di gedung sesenyap ini. Tak hanya Kholil yang mengajukan sidang skripsi untuk segera mengikuti wisuda, banyak mahasiswa lain yang sudah lama-lama juga membuat janji diwaktu yang berbeda.

Menurut cerita suaminya, wisuda di universitas ini hanya tiga kali dalam setahun. Makanya seluruh mahasiswa yang sudah KKN akan berlomba-lomba menyusun skripsi, konsul bolak-balik ke dosen pembimbing masing-masing untuk bisa sampai pada tahap sidang.

Kholil cukup hebat, setahu Nabila, selama ini suaminya tidak ada tugas revisi seperti cerita-cerita kebanyakan kakak tingkat yang begitu menyeramkan untuk direka adegan. Atau seperti cerita guru-guru Nabila saat di SMA dulu, rata-rata mereka mengedit ulang file skripsi hingga puluhan kali, memprintnya ulang, jika file skripsi nya masih banyak coretan tinta merah.

"Hai? Istrinya Kholil kan?" sapa seorang perempuan yang tiba-tiba sudah duduk dibangku panjang lobi itu.

Nabila berbalik badan, tersenyum seraya mengangguk pada perempuan berjilbab yang sebelumnya tak pernah Nabila lihat.

"Nabila kan nama kamu?" tanyanya lagi sambil mengulurkan tangan kehadapan Nabila.

Menyambut ragu, "Iya kak."

"Aku Yuliana, biasa dipanggil Uli. Kamu nungguin Kholil sidang yaa?" katanya lagi bertanya. Nabila mendudukan kembali dirinya dibangku, pas disebelah perempuan bernama Uli itu.

"Iya. Kak Uli juga?" sahut Nabila sekaligus balik bertanya. Sedikit aneh, perempuan didepannya ini berbicara seolah sudah lama mengenal Nabila.

Bukannya langsung menjawab, Uli malah tertawa. "Kepinteran aku Bil kalau bisa nyamain Kholil-" ucapnya tertahan, masih terkekeh, mentertawakan dirinya sendiri.

Nabila hanya mengangguk dan ber-oh panjang.

"Kamu kenapa berhenti kuliah? Sayang lo... Denger-denger kamu yang dapet nilai IP paling tinggi seangkatan di fakultas perbankan kan?"

Nabila kembali tersenyum sambil berusaha bersikap luwes dan santai. "Iya kak. Soalnya lagi hamil juga, jadi mendingan stop dulu kuliahnya..." aku Nabila apa adanya.

Mendengar apa yang diutarakan Nabila barusan, perempuan itu membuka matanya lebar, seolah yang dikatakan Nabila adalah hal paling mengejutkan.

"Beneran kam-" ucapan Uli terputus saat pintu yang mereka tunggu terbuka dan seseorang menyapa mereka duluan.

"Eh- sama Uli kamu sayang..." ceplos Kholil saat keluar ruangan, sambil tersenyum menatap mata Nabila yang sudah membulat karena dipanggil sayang didepan Uli yang sudah histeris tingkat drama korea.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang