Nabila membuka pintu kamar mandi pelan, kepalanya muncul dari celah pintu, mengintip apakah kak Kholil sudah benar-benar berangkat ke kampus atau belum.
Setelah dirasa laki-laki itu sudah pergi, Nabila membuka pintu kamar mandi lega dan berlenggang santai menuju kamarnya.
"Trrrr..." getaran handphone membuat Nabila mengalihkan pandangannya dari cermin.
Handphonenya bergetar, siapa lagi, kalau bukan Tiara dan Yudha. Hanya dua manusia itu yang iseng menelfon Nabila kapanpun mereka mau.
Tanpa menatap layar handphone, Nabila langsung menekan panel hijau tanda terima, menghidupkan loudspeaker dan kembali duduk di meja rias untuk memakai handbody dan pelembab wajah.
"Assalamualaikum.... Lil? Kamu dimana?" ucap suara dibalik handphone yang baru saja Nabila terima.
Nabila terdiam tak menjawab. Kegiatannya terhenti seketika.
"Kalau emang kamu sibuk, gak papa kok. Gak usah datang aja" ucap suara itu lagi dengan lembutnya.
Nabila berdiri dari tempat duduknya. Suara perempuan itu membuatnya kehilangan oksigen beberapa saat.
"Lil? Kok kamu diam aja sih. Kamu gak kenapa-kenapa kan?"
Nabila tak menyahutnya. Perlahan langkahnya kembali ke nakas untuk memeriksa handphone itu.
"Oh ya..., kamu nanti malam sibuk nggak? Gimana kalau kita makan kaya biasanya lagi.... Kangen..." kata suara itu mengajak pemilik handphone untuk bertemu dan makan malam.
Nabila mengangkat handphone hitam itu perlahan, menatap siapa nama perempuan yang menelfon suaminya.
"Ya sudah. Aku tutup dulu ya Lil. Assalamualaikum...". Pamit orang itu lalu memutus telfonnya.
Nabila tercekat membaca nama yang tertera di layar handphone milik kak Kholil yang tertinggal di kamarnya.
Fitri.
Perempuan yang tadi malam menghubungi suaminya belasan kali.
"Assalamualaikum.... Kamu dimana? Kamu gak kenapa-kenapa kan? Nanti malam sibuk nggak? Kita makan yuk! Aku kangen...". Oceh Nabila mengulangi kata-kata perempuan yang baru saja menelfon Kholil itu dengan nada dan dan ekspresi mengejek.
"Baru aja nikah seminggu! Udah kedatangan pelakor!" dumel Nabila lagi sambil menatap kesal nama yang tertera di layar itu.
Dengan kesal Nabila melempar handphone Kholil ke kasurnya dan berlalu untuk mengenakan baju. Setelah ini, Nabila juga harus mencuci spray dan baju-bajunya yang kotor.
Sweater putih bergambar kupu-kupu dan celana pendek cukup nyaman dipakai seorang Nabila yang suka bersantai.
Selesai memakai baju, Nabila mengambil handphone Kholil dan memandanginya bimbang.
Setelah berfikir cukup panjang, Nabila memutuskan untuk meletakan handphone itu ke kamar kak Kholil tanpa melaksanakan ide-ide yang tadi terbersit di otaknya.
Memutar kenop pintu ragu, Nabila masuk ke kamar Kholil yang hampir sama persis dengan kamarnya. Yang membedakan hanyalah barang-barang didalamnya.
Kamar kak Kholil sangat bersih dan tertata begitu rapi. Apa semua laki-laki selalu menjaga kebersihan dan kerapian seperti kak Kholil?
Nabila menatap meja rias yang kosong seperti lapangan bola, sangat berbeda dengan meja riasnya yang penuh dengan hal-hal yang berbau perawatan badan dan wajah. Di meja rias kak Kholil hanya ada satu sisir, satu parfum dan gel rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]
Novela Juvenil🌻 SEGERA BACA SEBELUM BEBERAPA BAB AKAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🌻 Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Percayalah, apa dan siapapun yang datang ke kehidupan kamu, itu semua ada alasannya. Tentang Nabila yang menikah denga...