Ada dua pilihan yang diberikan.
Jika kita menolak keduanya, maka ada pilihan ketiga yang harus disetujui._______________
DUA hal yang sangat ditunggu-tunggu para siswa saat pelajaran matematika bertema bangun ruang dengan seorang guru bertitel Prof. yang killer.
Suara bel Istirahat atau pulang.
"Yudha!"
Suara datar si Prof. killer membuat semua siswa yang mendengar langsung mengangkat kepala, memperhatikannya. Yang melamun sadar, yang tertidur bangun, yang tadi sibuk sok menatap kedepan. Semuanya seperti sedang berada didalam kelas drama. Yaa, drama sungguhan yang tidak direncanakan. Anak laki-laki yang dipanggil namanya, dan sekarang tengah dipelototi itu gelagapan menyimpan sesuatu sebelum bibirnya terbuka, menyahut.
"Iy...iya Pak" katanya gugup. Jawaban itu membuat populasi makhluk dikelas menoleh serempak ke arahnya.
"Ngapain kamu nunduk terus dari tadi. Kamu tidak memperhatikan saya menjelaskan yaa!" Selidik Pak Burhan masih mendelik dan berjalan mendekat.
"Enggak kok Pak, saya-" sahut Yudha lagi tertahan karena Pak Burhan memotong pembicaraannya duluan.
"Sekarang kamu maju ke depan dan jelaskan ulang ke teman-teman kamu." perintah Pak Burhan.
"Sekarang Pak?" Ulang Yudha dengan polosnya. Beberapa siswa, termasuk teman sebangkunya sebisa mungkin menahan tawa.
"Tahun depan!" Omel Pak Burhan menanggapi.
Yudha pun terpaksa berdiri sambil melirik perempuan disebelahnya. "Ra..., pinjem catatan dong..." pintanya dengan sejuta raut wajah tampan yang memelas.
"Kan tadi chettan sama kamu..." cengir perempuan bernama Tiara. "Coba Bibil didepan tanyain..." usul perempuan itu dengan kode lirikan.
Seolah dirinya mampu, Yudha pun berjalan pelan ke depan kelas dengan penuh percaya diri. Sambil sok serius menatap papan tulis.
Saat melewati meja Nabila, tanpa dosa Yudha menarik buku catatan perempuan itu. Nabila hanya bisa menatap kesal.
Melangkah santai Yudha menggerakan kakinya ke depan papan tulis, tangannya terlihat bergetar saat membuka tutup spidol, dan alhamdulillahnya semua itu berbarengan dengan suara bel istirahat pelajaran pertama.
"Mohon maaf sebelumnya, sebagai ketua kelas saya hanya mengingatkan bahwa semua warga sekolah wajib disiplin dan tepat waktu. Apakah hukuman ini tetap berlanjut?" ucap Angga sopan seraya berdiri tegap dari tempat duduknya. Sudah peraturan disekolah ini mengingatkan guru yang terlambat atau mengambil waktu istirahat siswa.
Pak Burhan sok melihat jam tangan di pergelangannya, padahal sudah jelas suara bel baru saja singgah ditelinga. Laki-laki itu menyuruh Yudha duduk dan tidak lupa mengomel sebentar, lalu setelah cukup berpamitan ke luar kelas.
"Rezeki anak soleh" bangga Yudha, seraya menyerahkan buku Nabila. "Thanks Bibil..., yuk ke kantin udah laper nih..." ajaknya dengan wajah santai.
Nabila menyambut buku yang disodorkan lalu memukulkan buku itu ke perut Yudha yang masih berdiri didekat mejanya. "Makanya perhatiin!." Mata bulat Nabila berubah menakutkan beberapa detik.
"Awww..., udah laper, dipukul lagi" Keluh Yudha sambil memegang perutnya. "Iya-iya. Tadi cuma nanyain Tiara siang ini mau makan apa." sambungnya sambil mengalihkan pandangan pada teman satu mejanya yang kalau sudah bicara tak ada rem. " Ra... buruan..." katanya juga memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]
Novela Juvenil🌻 SEGERA BACA SEBELUM BEBERAPA BAB AKAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🌻 Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Percayalah, apa dan siapapun yang datang ke kehidupan kamu, itu semua ada alasannya. Tentang Nabila yang menikah denga...