44. Mencari Benang Merah

33.4K 2.6K 185
                                    

Siapa yang harus mengerti dan dimengerti?
___________________

"Bil!" sentak Kholil yang ikut kehilangan kendali emosi. Pikirannya kacau dengan masalah tadi siang yang belum selesai, sekarang istrinya malah membawa-bawa kantor agama.

"Kamu kenapa sih!?" pekik Kholil dengan air wajah cemas, marah, dan kesal pada dirinya sendiri.

"Kakak masih bisa nanya Bibil kenapa?!" sahut Nabila dengan nada tak percaya, wajahnya meringis miris. Menahan gejolak amarah yang sudah meledak-ledakkan perasaannya.

"Kita selesaikan semuanya dengan kepala dingin. Kamu ngerti dong posisi saya di kampus..." ucap Kholil melemah, air mata sudah membanjiri wajahnya. Perasaannya memihak pada Nabila, namun akalnya tetap menginginkan semuanya bisa selesai dengan cara baik-baik.

Nabila menarik pergelangan lengannya yang ditahan Kholil. Menatap laki-laki didepannya sambil geleng-geleng kepala.

"Kakak minta sama Bibil buat ngertiin posisi kakak sebagai presiden mahasiswa-" ucap Nabila sambil menunjuk dada Kholil.

"Tapi kakak gak pernah ngerti posisi Bibil sebagai istri-" lanjut Nabila tertahan, butiran air mata semakin banyak turun ke pipinya.

"Kurang ngerti apa Bibil kak! Dirumah kakak sibuk sama tugas-tugas, di kampus kakak sibuk sama Fitri diperpustakaan! Kakak pikir bibil buta! Gak pernah liat kalian berduaan!" ucap Nabila melampiaskan semua kekesalan yang dipendamnya saat semester satu lalu. Dimana Nabila berusaha dewasa dengan tak memperlihatkan rasa cemburunya.

"Kakak itu egois tau nggak! " Pekik Nabila.

Kholil terdiam mendengar ucapan istrinya.

"Apalagi kak, yang kakak permasalahin?" tanya Nabila melemah sambil menunduk.

"Bibil udah ngalah-" ucap Nabila tertahan dengan suara bergetar.

"Bibil ikutin mau kakak, untuk tidak melaporkan masalah ini ke polisi. Belum cukup? Bibil belum cukup buat ngertiin kakak?" ucap Nabila pelan sambil berulang kali menghela nafas. Matanya menatap lekat wajah laki-laki didepannya.

"Buat apa kalau kamu akhirnya ke kantor agama!" pekik Kholil pelan. "Kita selesaikan semuanya sama-sama, masalah ini, rumah tangga kita." tambah Kholil.

"Harusnya Bibil yang tanya, buat apa berjuang mati-matian kalau pada akhirnya Kak Kholil nggak berubah!"

"Hari ini kakak udah ngasih kode, siapa yang kakak pilih. Dan Bibil rasa semuanya cukup jelas. Gak ada yang perlu dilanjutkan-" kata Nabila tertahan. Setiap kalimat yang diucapkan lidahnya mematah-matahkan hatinya sendiri.

"Saya pilih kamu Bil."

"Saya cuma mau kamu ngerti dari sudut pandang lain. Kampus itu bukan punya satu orang, kalau kasus ini sampai terdengar pihak kantor berita. Kampus kita kena imbasnya, kita akan dicap gak baik."

"Fitri. Dia anak yatim piatu Bil. Beasiswanya juga akan dicabut, kamu tega ngancurin kuliah dia yang sudah tiga tahun ini?" jelas Kholil.

"Kenapa enggak?" ucap Nabila mendelik. "Kalau dia bisa gak punya rasa tega ngata-ngatain Bibil yang enggak-enggak didepan umum, kenapa Bibil nggak bisa?" tantang Nabila.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang