Ketika percaya. Cinta tak harus memiliki. Cukup menemukan kekuatan agar bisa menjalani kebersamaan dalam keadaan bagaimana pun.
____________________
Nabila menatap kesal wajah laki-laki dihadapannya. Kholil baru saja memberitahunya tentang pemberangkatan kkn-nya yang tinggal dua minggu lagi.
"Kok cepat banget sih berangkatnya?" ulang Nabila bertanya. Masalahnya, laki-laki itu bukan pergi sehari dua hari, namun dua bulan lamanya.
"Saya sengaja ambil gelombang pertama, supaya cepat kelarin skripsi. Kan kamu yang mau cepat-cepat pindah dari sini..." jelas Kholil memberi pengertian.
"Emang Bibil gak boleh ikut yaa kak?" tanya Nabila lagi.
"Enggaklah... Ini kan khusus pelatihan mahasiswa tingkat akhir untuk terjun ke masyarakat. Intinya kamu jangan kemana-mana-" jelas Kholil sambil menyentil hidung Nabila.
Nabila terdiam. Menatap mata hitam itu sambil bertanya-tanya sendiri. Apakah suaminya itu merasakan ketakutan juga sepertinya.
"Kakak kayaknya gak sedih ninggalin Bibil?" selidik Nabila dengan wajah tak suka.
Kholil menarik kedua pipi Nabila. Menikmati wajah jelek istrinya beberapa detik.
"Kamu mau kasih saya apa sebelum saya pergi?" tanya Kholil tertawa melihat tatapan mata bulat dan bibir mengkerucut istrinya. Dia hanya tak ingin perempuan itu menjadikan kepergiannya sebagai alasan untuk bersedih.
"Kan semua uang yang pegang kakak, jadi-" jawab Nabila terputus.
"Saya gak minta apa-apa-" potong Kholil tertahan, tertawa tipis, lalu menarik kepala Nabila mendekat dan mencium dahinya lama.
"Malam ini tidur sama saya yaah?" ucap Kholil tak jelas karena bibirnya masih menempel di dahi Nabila. Namun kalimat suaminya itu mampu membuat tubuh Nabila merinding.
"Tidur aja kan?" sahut Nabila akhirnya dengan suara tercekat.
Merenggangkan jarak yang ada, Kholil menatap wajah Nabila yang menunduk. Seperti ada lekukan yang tiba-tiba menjadi lurus didalam hatinya. Dia laki-laki normal yang sudah memiliki istri, hal wajar jika hal itu terbesit dipikirannya.
Ada geli yang membahagiakan, ada sesuatu yang membeku dan kini mencair seketika dalam hidupnya. Kholil menarik tubuh Nabila ke pelukannya. Dia memang tak bisa menebak apa isi pikiran istrinya saat ini, namun menenangkan kalau semuanya akan baik-baik saja adalah hal utama yang harus dilakukan.
"Masa tidur doang..." Bisik Kholil yang membuat Nabila berpikir pada hal yang sama.
"Apa yang bikin kamu sayang sama saya?" tanya Kholil sambil menepuk-nepuk belakang Nabila.
"Gak tau." jawab Nabila malas. Dia juga tak tahu sejak hari keberapa dia merasa nyaman dengan laki-laki yang sudah jadi suaminya ini. Rasanya waktu benar-benar mempersatukan mereka lewat hal-hal kecil yang tak terduga. Seperti Kholil yang memperlakukannya dalam batas wajar misalnya-
"Kamu dulu kenapa berubah pikiran, setuju di jodohin sama saya?" selidik Kholil lagi. Sejak awal menikah, itu adalah pertanyaan yang paling ingin ia lontarkan, hanya saja tak ada keberanian. Takut perempuan yang dipeluknya saat ini mengucapkan kata-kata yang membuat hubungan mereka terasa sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]
أدب المراهقين🌻 SEGERA BACA SEBELUM BEBERAPA BAB AKAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🌻 Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Percayalah, apa dan siapapun yang datang ke kehidupan kamu, itu semua ada alasannya. Tentang Nabila yang menikah denga...