20. Gara-Gara ID Card

28K 2.5K 77
                                    

Nabila mencoret-coret bukunya, menuangkan apa saja yang ingin dikeluarkan oleh otaknya.

Seandainya dia bisa menggambarkan bagaimana bentuk rasa bosan.

Sudah hampir zuhur, sejak pagi tadi hanya duduk di ruangan yang berbeda kegiatan Nabila. Dilarang membuka handphone, berbicara dengan teman, bahkan minum, Nabila dan mahasiswa baru lainnya hanya disuruh mendengar dan mencatat apa yang didengar.

Nabila tidak suka hal yang menurutnya membosankan, jauh lebih menyenangkan mengerjakan puluhan soal matematika ketimbang duduk mendengarkan hal-hal yang menurutnya itu tidak penting. Dan kalaupun Nabila mendengarkannya, mungkin dalam hitungan jam dia akan melupakannya.

Setelah materi kedua selesai mereka semua diistirahatkan. Semua mahasiswa saling berdorong-dorongan berebut ingin keluar duluan dari ruangan penat itu. Termasuk Nabila.

Setelah keluar ruangan, Nabila langsung menghubungi Tiara dan Yudha.

"Ra... Dimana? Aku digedung C." ucap Nabila saat Tiara mengangkat handphonenya.

"Gedung B Bil... Makan siang bareng yaa..." sahut Tiara dari balik handphone.

Nabila menggaruk kepalanya bingung. "Jemput dong, kan kalian berdua..." pinta Nabila dengan suara merendah.

Terdengar dibalik telfon itu Yudha dan Tiara berdiskusi. "Ya udah... Tunggu didepan yaa Bil. Ini mau kesana..." ucap Tiara.

"Iy-" Nabila menoleh saat seseorang merebut handphonenya pelan.

"Bagus kamu melanggar lagi hari ini!" bentak orang itu sambil menatap Nabila tajam.

Nabila menatap bingung ke arah panitia itu. Suara Tiara dihandphonenya masih terdengar menyebut-nyebut namanya. Nabila merebut ponselnya kasar dari perempuan itu.

Memutuskan hubungan telfonnya dengan Tiara tanpa mengucap apapun. Moodnya berbicara santai hilang karena kehadiran perempuan yang kemarin juga memarahinya.

"Bis-sa yaaa... Dari ribuan mahasiswa yang ada disini, cuma saya yang kakak samperin!" kata Nabila sambil bersedekap.

"Atau... Emang lagi gak ada kerjaan?" sindir Nabila lagi. Enak saja perempuan itu mengatakan Nabila melanggar, buktinya tadi pagi saat pemeriksaan Nabila baik-baik saja. Sebelum berangkat kak Kholil juga sudah mencek kelengkapan Nabila.

"Emang bener yaa? Yang namanya kakak tingkat itu, kalau sudah ada yang dia gak suka dari adek tingkatnya, pasti dia bakal cari gara-gara, apapun alasannya!" ucap Nabila lagi sambil berlenggang pergi. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Untuk apa meladeni kakak tingkatnya itu.

Dari ratusan panitia yang hadir, kenapa harus perempuan itu yang ditemuinya lagi hari ini?

"Tidak melanggar kamu bilang?" ucap panitia itu seraya menahan pergelangan tangan Nabila.

Nabila menyentak tangan itu keras, berbalik hingga jarak mereka sangat dekat. Tubuh Nabila lebih tinggi dari perempuan berjilbab itu, sangat mudah sepertinya kalau Nabila main tangan.

"Iya. Lagian kalau saya melanggar, buktinya tadi pagi waktu kakak menwa periksa saya gak papa" ucap Nabila tanpa rasa takut. Orang-orang yang berlalu lalang mencuri pandang ke arah mereka berdua.

"Kamu kira saya nggak tahu perempuan model kamu itu pakai cara apa biar bisa lolos?"

Nabila yang awalnya tak berniat meladeni jadi terpancing juga mendengar perkataan perempuan itu yang seperti merendahkannya.

"Eh tuh mulut dijilbabin dong, jangan penampilan doang muslimah, tapi mulutnya sembarangan!" Pekik Nabila kesal sambil mendorong bahu panitia itu.

"Saya disini mau kuliah! Bukan jual diri. Jadi hati-hati yaa kamu kalau ngomong!" peringat Nabila, baru saja tangannya yang gatal ingin mendorong panitia itu lagi, tapi tangan Yudha menahannya.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang