54. Penantian

32.4K 2.4K 48
                                    

Minggu ke-8 KKN

Dua bulan tanpa Kholil, cukup untuk Nabila mengerti tentang dirinya sendiri. Seberapa tingkat kemandirian dan kecakapannya dalam menjalani kehidupan seorang diri. Misalnya saja, jika sebelumnya dia tak pernah peduli masalah pembayaran listrik PLN, air PDAM, dan sejenisnya, kini Nabila sedikit demi sedikit mulai mengerti.

Meski sering larut dalam kesedihan karena Kholil susah dihubungi, Nabila merasa dirinya sekarang menjadi jauh lebih kuat dari yang dulu-dulu. Terlebih semenjak mengetahui janin yang tumbuh di rahimnya, Nabila tak segan-segan memaksa diri melakukan hal-hal yang sebelumnya sama sekali tak pernah Nabila lakukan.

Sadar atau tidak, terkadang penantian yang cukup panjang membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih sabar dan menghargai setiap perjuangan yang telah dilakukan.

"Emang siapa yang ulang tahun?" tanya Tiara sambil meniupi balon yang tadi barusan dibeli Nabila.

"Kak Kholil." jawab Nabila pendek. Ruang tamunya sekarang dipenuhi barang-barang dekorasi rumah. Yudha juga ada disana, tugas sahabat laki-lakinya itu adalah memasang balon-balon yang sudah ditiup ke dinding dan langit-langit.

"Astagfirullahhal'adzim... Kamu kira kak Kholil anak TK ulang tahunnya dirayain pakai balon segala," celetuk Yudha. Nabila dan Tiara saling melempar pandang.

Nabila belum menyahut. Ingatannya melangkah mundur, mengingat kembali tentang album foto semasa kecil suaminya. Tak ada perayaan ulang tahun seingat Nabila. Itulah kenapa Nabila berinisiatif untuk melakukan hal ini.

Kholil adalah tipe laki-laki yang serius dan tidak pernah main-main dengan apa yang akan ia lakukan. Pandai membagi waktu dan tahu mana yang diprioritaskan. Sepertinya hal itu sudah ditanamkan almarhum orang tuanya sejak Kholil kecil, itulah kenapa laki-laki itu dinilai terlalu serius.

"Gak papa lah..." jawab Nabila sekedarnya tanpa menoleh pada Yudha. Biar dirinya saja yang tau lebih banyak tentang Kholil.

Nabila benar-benar tak sabar menunggu dua hari ini berlalu. Setelah itu, dia akan kembali berkumpul dengan ayah dari bayi yang dikandungnya. Menunggu beberapa bulan sampai Kholil wisuda, lalu langsung mengurus keberangkatan mereka ke Singapur untuk menemui papa, paman dan bibinya.

Semenjak kehadiran janin diperutnya, rasanya Nabila jadi lebih berpikir ketika merespon suatu hal. Seperti ada energi positif begitu besar yang memenuhi ruang pikirnya. Misalnya saja, saat minggu lalu belanjaan Nabila tumpah berhamburan dijalan karena ditabrak anak kecil yang lari-lari tanpa memperhatikan jalanan. Bukannya marah atau mengomel, Nabila malah menatap punggung anak itu sambil tersenyum. Tak sabar bayinya juga segera lahir dan berlari seperti anak itu. Bayi ini juga membuat pola pikir Nabila lebih keibuan dari sebelumnya.

"Pasti kak Kholil seneng banget kalau tau kamu hamil Bil..." celetuk Tiara sambil mengelus perutnya sendiri. "Kok aku jadi pingin nikah juga yaa, biar jadi mama muda kayak kamu..." lanjutnya tanpa sungkan atau malu. Tiara memang apa adanya jika sudah didepan Nabila dan Yudha.

"La-gian, playgirl dipelihara..." oceh Yudha tak tanggung-tanggung menyinggung kelakuan Tiara yang kerap gonta-ganti pacar.

Tiara menoleh, menatap tajam laki-laki yang sedang khusuk main game diponselnya. "Dasar jomblo, suka banget ngungkit masa lalu orang lain! Gak tau apa, aku satu semester sudah gak pacaran lagi!"

"Ngemeng aja belum move on dari Andre. Kasian bener diselingkuhin, untung cuma pacar..." ceplos Yudha lagi. Kalau sudah begini, Nabila seperti menonton acara "Rumpi" yang di presenteri Fina Rose, mengupas tuntas kehidupan seseorang tanpa batas. Bedanya, Tiara dan Yudha sampai main tangan jika sang tamu tak terima masa lalunya dibongkar oleh si pembawa acara.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang