38. Pengakuan Mengejutkan

32.4K 2.5K 249
                                    

Satu hal yang perlu di ingat,
perhatian seorang sahabat itu didasari rasa kasihan, tidak lebih.

______________


"Umi harap kamu tidak mengecewakan paman Malik Lil. Kalau sampai kalian berpisah, itu tandanya Abi dan Umi akan melepas kamu." pesan Nadia. Setelah itu terdengar bunyi kalau perempuan yang merawat Kholil itu sudah memutuskan sambungan ponselnya.

Belum sempurna Kholil memasukan ponselnya ke kantong celana. Seseorang sudah datang dan meninju rahang kanannya keras.

Kholil yang tak siaga langsung menatap laki-laki didepannya sambil memegangi tulang pipi yang mengilu. Sedikit terkejut saat tahu kalau orang itu Malik.

Yudha yang juga duduk disitu pun berusaha menghalangi.

"Kamu sama Fitri-" ucap Malik sambil mengepalkan tangannya didepan wajah Kholil, bibirnya bergetar mengatakan itu.

Kholil melawan, meninju balik Malik.

Namun Malik tertawa tipis sambil menatap Kholil.

"Ngapain kamu disini!" bentak Malik, tangannya mencekal kerah baju Kholil kuat.

Dengan gerakan kuat Kholil melepas jemari Malik dari kerah bajunya. Balik melakukan hal yang sama pada sahabatnya itu.

"Aku tau kamu cemburu Lik! Tapi satu hal yang harus kamu tau-" ucap Kholil pelan dan tegas. Tapi Malik keburu menyelanya duluan.

"Aku gak peduli ada apa antara kalian dibelakang. Tapi aku gak terima, gara-gara kamu ngejar Nabila, sekarang dia harus menanggung akibatnya!" ucap Malik seraya menatap mata hitam yang selama ini bersamanya.

"Pergi dari sini!" peringat Malik yang benar-benar tak terima. Menurutnya, jika tadi Kholil tak mengejar, Nabila tidak akan nekat menyebrang disaat kendaraan masih ramai-ramainya.

Kholil tertawa dengan air mata berurai. "Kamu gak mau tau kenapa Nabila tiba-tiba lari waktu liat aku sama Pipit berdua didalam kamar!" ucap Kholil menatap dalam mata sahabatnya.

"Itu karena Nabila istriku! Kami sudah menikah!" Ucap Kholil lalu melepaskan cekalannya dari baju Malik. Menunduk, menormalkan perasaannya yang meledak-ledak tak bisa di kontrol.

Malik yang mendengar itu berdiri kaku. Mengulang-ngulang ucapan Kholil yang barusan masuk ke telinganya.

Semuanya terasa berputar, ingatan Kholil merambat mundur, mengulang awal pertama pertemuannya dengan Nabila.

Dari awal menemukan ID card digedung saat PKKMB, Malik sudah menatap foto yang tertera, terkesima. Hingga pertemuan tak sengaja kembali ditangga menuju perpustakaan lantai tiga. Malik bukan laki-laki loyal dan ramah seperti sahabatnya Kholil, entah kenapa waktu itu hatinya tergerak untuk membantu perempuan yang belum dikenalnya. Dan saat melindungi Nabila dari reruntuhan buku dilantai tiga, Malik merasakan sesuatu yang tak biasa saat bertatapan dengan Nabila. Rasanya perasaan sakit yang selama ini dia sembunyikan karena cemburu dibelakang dua sahabatnya lenyap begitu saja, lenyap tanpa terduga. Tawa dan keceriaan Nabila sudah membuat Malik menerima kisah cintanya untuk Fitri terhapus begitu saja.

Bukan hanya Malik yang terkejut dan tak menyangka dengan pengakuan Kholil barusan.

Di ujung sana, dipersimpangan menuju ruang tempat mereka menunggu Nabila. Fitri berdiri tak berdaya sambil memegang dinding putih disebelahnya. Seperti kaca cantik yang dilempar batu tiba-tiba.

Pengakuan Kholil benar-benar membuatnya tak berarti lagi, semua yang diharapkannya terbang, menyisakan luka yang tak sedikit.

Mungkin inilah jawaban semuanya. Sebelumnya, Fitri tidak pernah membenci siapapun seperti itu. Entah kenapa, setiap melihat wajah Nabila, perasaan tak suka muncul begitu saja. Rasanya menjelekan perempuan itu dihadapan semua orang adalah hal yang paling benar, khususnya Kholil. Laki-laki yang tiga tahun ini mencuri hatinya.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang