"Beneran gak usah Bibil bantuin? Harusnya itu Bibil yang masakin kakak, bukannya kak Kholil yang masak untuk Bibil..." ucap Nabila sambil menatap Kholil yang sibuk memotong cumi-cumi yang mereka beli tadi siang.
Kholil menoleh, menatap perempuan yang sejak tadi setia berdiri disebelahnya. "Kamu tunggu di luar aja sana, nonton atau ngapain?" sahut Kholil lalu kembali memotong hewan laut bertinta itu.
"Suruh Bibil ngapain kek kak... Masa iya, suaminya lagi sibuk di dapur, Bibil malah asik-asik nonton TV sendirian." protes Nabila masih berdiri di tempatnya.
Kholil tertawa tanpa menoleh. "Ngomong aja kamu gak mau jauh-jauh dari saya. Makanya disuruh nonton tv sendirian nggak mau." katanya dengan percaya diri. "Oke. Kalau gitu kamu bantuin kupasin bawang, sama tomatnya dipotong kotak-kotak." tambah Kholil, kali ini menoleh, memberikan senyum nakalnya untuk Nabila. Sayangnya perempuan itu sudah berbalik badan menuju kulkas.
"Berapa kak?" tanya Nabila sambil menatap isi kulkas rumah tangganya yang sudah dipenuhi berbagai macam bahan makanan.
"Bawang merahnya lima, putihnya tiga, tomatnya empat." sahut Kholil setelah berpikir, mengira-mengira.
Nabila tak mengatakan apa-apa, setelah mengambil apa yang diperintahkan, dia kembali berdiri disebelah Kholil meletakan tiga buah tanaman tadi. Setelah itu Nabila berjalan lagi untuk mengambil pisau dan talenan.
"Tuh kan... Saya tahu kamu selalu pingin dekat-dekat sama saya..." celetuk Kholil sekembalinya Nabila.
"Emang Bibil kalau motong sayur disini." sahut Nabila tak mau kalah. "Ngaku aja kak Kholil sengaja lambat-lambat motong cumi-cuminya, supaya lama berdiri sebelahan sama Bibil. Iya kan?" tuding Nabila balik.
Kholil menoleh, melihat Nabila yang sedang fokus membuka kulit bawang.
"Eh Bil... Kamu pernah pacaran yaa katanya. Cuma gak mau bilang ke papa." selidik Kholil. "Padahal kan kamu dilarang pacaran." lanjut Kholil lagi menginterogasi.
Nabila menatap laki-laki disebelahnya. "Kak Kholil tau dari mana?" kata Nabila menyelidik sambil menghentikan pekerjaannya seketika. Selama ini memang hanya Yudha dan Tiara yang tahu kalau Nabila pernah mempunyai pacar, yaitu Bian.
"Gak penting saya tau dari mana. Tapi kamu punya mantan kan?" ucap Kholil lagi. Kali ini Nabila semakin menunjukan wajah tegangnya. "Hah... Kamu ngapain aja waktu pacaran?" tanya Kholil lagi sambil menatap Nabila dalam.
"Apaan sih kak. Masa lalu itu sudah nggak penting untuk di ingat, mending mikirin masa depan." sahut Nabila yang tak selera dengan perbincangan semacam ini.
"Emang kamu mau masa depan kaya apa, sampai harus dipikiran?" tanya Kholil sambil tersenyum tipis agar tak tertawa. Dekat-dekat dengan Nabila selalu membuat dirinya tak waras dan mendadak usil. Tapi yang pasti Kholil sangat menikmatinya. Raut wajah, cara bicara, sampai nada suara Nabila adalah hal yang pasti sangat ia rindukan selama dua bulan nanti.
Nabila memutar bola matanya bingung. Definisi masa depan yang ada dipikiran Nabila saat ini ialah hidup bahagia dengan suaminya tanpa ada pihak ketiga yang membuat mereka bertengkar.
"Kita pindah ke Jerman." ucap Nabila akhirnya bersuara. Nabila sangat hafal, salah berbicara sedikit saja, Kholil akan menggodanya habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]
Novela Juvenil🌻 SEGERA BACA SEBELUM BEBERAPA BAB AKAN DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🌻 Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Percayalah, apa dan siapapun yang datang ke kehidupan kamu, itu semua ada alasannya. Tentang Nabila yang menikah denga...