19. Genggam

1.6K 174 18
                                    

"Tidak! Aku tak setuju!"

"Tapi..."

"Felix tak boleh menikah dengan siapapun! Felix cuman punya jisung!" Rengek seorang anak kecil dengan memeluk pria manis yang hanya memandang orang sekitarnya polos dan jisung sebagai anak yang merengek itu hanya memandang anak kecil yang meminta menikah dengan felix tajam.

"Hyunjin tak boleh menikah dengan felix atau hyunjin aku gigit!" Gertaknya, anak kecil yang bernama hyunjin hanya bisa mencebik kesal.

"Koq kamu yang bilang gitu, aku kan minta felix yang menikah denganku bukan kamu. Felix pasti mau, iyakan?" Tanya hyunjin harap, felixpun tersenyum lebar.

"Aku mau sama icung dulu, aku tak mau menikah dengan hyunjin."

Dan hyunjin hanya bisa menangis dengan keras.

.

.

.

"Kau masih ingat dulu bagaimana hyunjin menangis? Aku masih ingat dan entah kenapa aku masih tertawa mengingat itu bahkan ketika sudah 20 tahun berlalu, meskipun dia keren sekarang aku tak pernah lupa dengan ekspresi hyunjin kala itu." Ucap felix ketika bermain dikamar kembarannya yang tak lain adalah jisung, jisungpun hanya memandang gemas felix yang bercerita dengan pipi menggembung karena mengunyah makanan.

"Jisung dengar felix tidak sih?"

"Dengar, lanjutkan saja." Ucap jisung, felixpun melihat jisung dan bersidekap dada.

"Lalu tadi apa yang aku katakan?" Tanya felix dengan pandangan selidik, jisungpun terkekeh dan menghampiri felix dan menggenggam tangan kecil itu.

"Fel?"

"Yah?"

"Apa...kita masih bisa saling menggenggam tangan seperti ini?" Tanya jisung tanpa menghapus senyumannya, jisung mengusap lembut tangan felix.

"Pada akhirnya suatu hari nanti kita akan menikah dan menjalani kehidupan kita masing-masing." Ucapnya, felixpun terkekeh.

"Jisung kenapa? Bertengkar dengan minho hyung?" Tanya felix, jisungpun menggeleng.

"Hanya... mengenang kebersamaan kita selama 27 tahun." Ucap jisung, jisungpun memandang mata jernih dan bersinar felix yang tak akan lagi dia bisa lihat setiap hari nanti dan mengusap sayang pipi felix.

"Jika pasanganmu nanti menyakitimu maka jangan ragu untuk pergi padaku, aku akan melindungi selalu." Ucap jisung tulus, felixpun mengangguk semangat.

"Tentu, karena jisung dan felix adalah satu jiwa sampai kapanpun." Ucap felix antusias, jisungpun tersenyum dan memeluk felix.

"Pada titik ini aku menyesal menjadi saudaramu, felix."

.

.

.

"Felix, sudah siap?" Tanya jisung, felix terus mengambil nafas berusaha menghilangkan gugupnya dan memandang jisung.

"Jisung, felix gugup." Ucapnya lirih, jisungpun terkekeh.

"Itu adalah hal wajar, tenang saja aku akan menggenggam tanganmu seperti biasanya dan memastikan kau tak akan terjatuh didepan tamu."

"Jisung ish!" Jisung tertawa lepas dan menggenggam tangan felix yang benar-benar dingin dan gemetar.

"Percaya padaku, hm?" Ucap jisung lembut, felixpun mengangguk dan berjalan bersama jisung sampai pintu didepan mereka terbuka dan menampilkan beberapa tamu yang melihat mereka. Felix tersenyum lebar ketika melihat seorang pria berdiri gagah didepan podium sana yang juga ada seorang pastur yang berdiri didepan sana siap menikahkan sepasang adam.

"Hyunjin, aku titip adikku padamu." Ujar jisung dengan menyerahkan tangan felix ke genggaman hyunjin, hyunjin menerimanya dan tersenyum.

"Tenang saja jisung, aku akan menjaga adikmu bahkan nyawaku taruhannya." Ujarnya yakin, jisung menepuk pundak hyunjin dan berbalik meninggalkan sepasang pemuda yang dimabuk asmara dan kebahagiannya itu.

"Jisung." Panggil minho yang menunggu jisung didepan pintu gereja, jisungpun tersenyum dan menghampirinya.

"Hyung." Minho memeluk jisung dan mengusap kepala jisung.

"Menangislah, hyung ada disini." Ujarnya, dengan kata sesederhana itu jisungpun menumpahkan tangisannya dan memeluk minho.

"Aku tahu aku salah mencintai adikku sendiri, tapi aku bersyukur bisa melepaskannya dan mengantarkannya ke pemuda yang tepat. Tapi... tapi tetap saja perasaanku sakit hyung." Isaknya, minhopun mengucapkan kata-kata penenang.

"Aku sudah berjanji padamu akan membuatmu mencintaiku dan melupakan felix, jadi lanjutkan hidupmu. Tepati janjimu pada appamu, kuyakin kau pasti bisa." Ucap minho, jisungpun mengangguk.

"Aku sudah rela melepaskan genggaman tak berarti ini hyung, tolong genggam tanganku."

"Tentu."

.

.

.

"Appa, aku mencintai felix." Ucap jisung pelan, seorang pria yang disebut appa oleh jisungpun hanya menghela nafas pelan.

"Appa sudah tahu."

"Lalu apa boleh..."

"Tentu tidak jisung, dia adikmu." Potong appa han, jisungpun terdiam.

"Demi appa, setidaknya demi felix bisakah kau berjanji? Berjanjilah untuk menjaga felix layaknya adikmu sendiri dan menikahlah dengan orang lain, appa tak masalah kau menikah dengan siapapun tapi jangan adikmu. Bisakan? Jisung?" Jisungpun menggenggam tangannya erat dan berusaha tersenyum.

"Apa... aku tak memiliki kesempatan sama sekali?" Ucapnya lirih, appa jisungpun menggeleng.

"Baiklah."


"Karena terkadang mati rasa lebih baik dibandingkan mencintai dalam sepi sendirian."


.

.

.

Omake

"Kenapa jisung jahat?! Kenapa jisung ninggalin felix?! Jisung sudah janji akan bersama felix kan? Jisung!!" Teriak felix, namun percuma tubuh kaku yang tengah diguncang felix itu tak merespon apapun dan felix semakin menangis menerima kenyataan jika saudara kembar tak identiknya kini sudah pergi meninggalkannya karena memutuskan mengakhiri hidupnya dengan meminum obat penenang sampai overdosis.

"Jisung!"

"Felix, tenanglah." Ujar hyunjin yang berusaha menahan tubuh istrinya yang semakin histeris, minhopun menghampiri felix dan memeluk adik dari calon istrinya ini.

"Jisungmu sudah pergi felix, sudahlah."

"Tapi kenapa? Kenapa jisung melakukannya? Jelaskan padaku hyung! Jelaskan!"

"Ini karena jisung punya luka mendalam yang hanya dia yang tahu, jisung tak bisa menahan lukanya dan memutuskan mengakhirinya. Maafkan hyung tak bisa menghentikannya, maaf." Lirih minho sedih, felixpun hanya bisa terisak.

"Jisung sedih, kenapa? Kenapa tak mau cerita sama felix?" Tanya felix entah pada siapa, minhopun memandang tubuh jisung yang kini sudah tertutupi kain.

"Ini salahku, seharusnya aku berusaha lebih keras. Sekarang tidurlah dengan tenang, felixmu akan baik-baik saja." Batin minho, minhopun berusaha menahan air matanya dan mengajak felix keluar dengan hyunjin yang mengikutinya namun hyunjin menghentikan langkahnya dan memandang jisung sebentar sebelum pergi menyusul istrinya....

...tanpa ada yang tahu jika hyunjin menyeringai melihat tubuh kembaran istrinya itu sudah tak bernyawa.

END

MINE (Felix Harem)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang