21. Victim

2.1K 164 12
                                    

Jika kata penyesalan bisa dilihat dari pertama kita melakukan suatu hal, mungkin felix akan berpikir ribuan kali untuk melakukannya agar dia tak menyesal. Seperti sekarang.

Felix sungguh menyesali keputusannya  untuk menerima seseorang yang felix pikir akan menjadi seseorang yang terbaik untuknya, namun nyatanya tidak sama sekali. Meskipun sudah putus tetap saja, felix menyesali keputusannya.

Dan kini, felix hanya memandang jengah seseorang yang tengah tersenyum lebar padanya seakan-akan dia makhluk kecil tak berdosa yang harus ditimang dan diperlakukan layaknya bayi. Padahal, tubuhnya kekar dan tingginya sudah melebihi felix. Jujur, felix merutuki wajah menggemaskan pria berbadan kekar didepannya ini.

"Hyung, ayo makan. Aku sudah membuat ini tadi pagi untukmu, aku ingin kau memakannya dengan lahap." Ujarnya ceria, felixpun hanya bisa memandang ngeri nasi goreng kimchi dengan ekstrak taburan cabe dan juga sudah terlihat jelas jika nasi itu sangat basah karena saus pedas.

Hell, jeongin tahu jika felix tak bisa memakan pedas. Dia berniat membunuh felix, yah dia mau membunuh felix.

"Maaf jeong, tapi aku tak bisa memakannya." Ujarnya sebelum bangkit dari meja kantin itu dan berjalan kearah kelasnya.

"Lihatlah! Dia lagi-lagi mengabaikan felix! Dasar tak tahu terimakasih!" Teriak salah satu murid, felixpun berhenti berjalan untuk melihat kearah teriakan tadi dan menghela nafas ketika melihat jeongin memasang wajah ingin menangis dan memeluk kotak bekalnya tadi.

Tidak, jeongin itu iblis dan hanya felix yang tahu itu.

.

.

.

"Dasar manusia iblis tak tahu diri, kau seharusnya bersyukur jeongin mau denganmu yang tak tahu tatakrama!" Umpat siswi yang baru saja melempar felix dengan kaleng berisi cola sampai kepala hingga pundak felix basah, felix yang tadi niatnya ingin pulang dengan tenang mengurungkan niatnya dan menghela nafas dalam.

"Apa maumu?"

"Jauhi jeongin!"

"Sudah kulakukan, seharusnya kau mengatakan itu padanya. Jangan dekati aku."

"Cih! Narsis sekali, jeongin melakukannya karena kau terus mengancamnya untuk tak meninggalkannya, jeongin selalu mengatakan jika kau mengancam untuk bunuh diri jika jeongin meninggalkanmu tapi kau bersikap acuh ketika orang lain melihatnya. Dasar picik!"

"Aku lelah dan berhenti mengatakan omong kosong seperti tadi, jika kau ingin pepet saja terus dia dan jangan biarkan dia bertemu denganku. Selesai kan? Aku pergi."

"Ya! Jalang!" Umpat gadis itu namun felix mengabaikannya dan berjalan kearah toilet untuk membersihkan wajahnya, setidaknya dia tak boleh kelihatan kusut didepan orangtua dan hyungnya atau urusannya akan runyam nanti.

"Apa aku harus keluar sekolah?"

.

.

.

"Bagaimana hyung hari ini? Menyenangkan bukan?" Felix mendongak ketika mendengar suara itu ditengah suara keran yang dia nyalakan untuk membersihkan kepalanya, matanya memutar otomatis ketika melihat pria bermarga yang itu kini tengah bersidekap dada dengan wajah menyebalkan di pintu kamat mandi.

"Pergilah jeong, aku tidak mood untuk meladenimu hari ini."

"Kenapa? Aku harus melakukannya agar kau menyerah dan kembali padaku."

"Sudah kukatakan padamu jeong, kita tak mungkin lagi bersama dan aku sudah tak suka padamu. Carilah pengganti lain, aku dan kau memang tak cocok sama sekali."

"Siapa yang mengatakan itu?!" Ucap jeongin tak terima, felixpun merapihkan rambutnya dan menghadap kearah jeongin.

"Aku, aku yang mengatakannya. Lagipula aku sudah punya kekasih, jadi jangan ganggu aku lagi dan berhenti melakukan akting menyebalkan seperti ini lagi hm? Kita sudah selesai." Ujar felix berusaha tenang, felixpun meraih tasnya dan akan berjalan keluar namun jeongin menahan lengan felix.

"Tidak! Kau hanya milikku hyung, siapapun kekasihmu kau tak bisa pergi dariku. Kau harus jadi milikku selamanya."

"Jeong..."

"Aku... akan mendapatkanmu bagaimana caranya." Ucapnya, dan selanjutnya felix hanya bisa berteriak ketika jeongin menariknya menuju bilik. Sekali lagi, seharusnya felix bisa berpikir dengan matang sebelum melakukan sesuatu.

.

.

.

Felix berjalan dengan lunglai ketika memasuki sekolahnya, apa yang dilakukan jeongin kemarin sungguh meninggalkan beberapa luka untuknya dan juga bagian bawahnya sungguh sakit karena jeongin benar-benar kasar padanya.

Namun langkahnya harus terhenti ketika beberapa siswa melirik kearahnya dengan pandangan aneh dan sungguh felix tak nyaman dengan suasana yang ada disekitarnya.

"Felix!" Teriak jisung, jisung adalah satu-satunya teman yang percaya pada felix karena dia tahu bagaimana jeongin ketika mereka masih berpacaran. Jisungpun berhenti berlari didepan felix, dan memandang felix kalap.

"Kau sudah lihat forum sekolah?"

"Memangnya ada apa di fo..."

"Jeongin mengupload kau dan dia tengah melakukan sex!"

Tolong, sepertinya felix mau mati saja.


End
Hmmmm... kira-kira siapa lagi yah? Sad atau happy?

MINE (Felix Harem)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang