22. match day

822 177 2
                                    

jangan lupa vote dan komen

...

      lia duduk di tribun bersama dengan yeji. sengaja dia ajak biar dia gak perlu terlalu canggung mengingat minho dan felix sekarang lagi siap-siap di tempat masing-masing. 

senior minho datang untuk mengawasi pertandingan. kurang baik apa coba senior minho ini.

"wah, gue gak nyangka bakal liat orang balapan secara langsung, li"

"ck, diem"

"kenapa sih? lo khawatir?"

lia hanya diam.

dia meremas tangannya. merapalkan doa untuk keselamatan minho. dia tidak ingin minho kalah, tapi dia juga tida ingin minho terluka.

"tenang aja, li"

lia hanya menghela napas. itulah gunanya yeji sekarang. mungkin kalo lia sendirian bisa aja dia udah hampir ambruk.

berutung ada yeji.

sebenarnya lia cukup kepo kenapa sakura gak ada. soalnya setahunya sakura selalu ngikutin minho kemana-mana.

hitungan terdengar.

pada saat angka 3 itulah pertanda kalau pertandingan sudah di mulai.

lia terus merapalkan doa sementara matanya terus mengikuti arah mobil minho melaju.

sirkuit yang disewa felix lumayan besar, jadi mereka perlu beberapa putaran untuk menyelesaikan pertandingan.

menit-menit perlombaan membuat lia merasakan ketegangan. ini pertama kalinya lia liat minho tanding di sirkuit, walaupun enggak dengan motornya.

layar berkedip menunjukkan urutan pemenang setelah beberapa menit berlalu.

menandakan pertandingan hari ini selesai dengan felix sebagai pemenang.

minho menghela napas. dia bersandar sambil memperhatikan lia yang duduk di kursi tribun dengan pandangan yang kurang bisa dimengerti.


felix keluar dengan sorakan kemenangan.

dia mengetuk pintu mobil minho. memaksa minho untuk keluar.

pria itu dapat menemukan raut kesenangan dari adeknya itu.

"tepatin janji lo"

"iya"

sebenarnya yang ada di otak dia saat ini adalah lia, bukan soal penepatan janji.

tapi, ketika dia melihat lia beranjak dari sana, membuat minho mau tak mau menghela napas.

gadis itu pasti kecewa padanya.


"gue balik, fel"

"temuin nyokap dulu"

"iya"

tidak ada pilihan lain, minho ikut felix buat menemui mama mereka.

mama sangat senang ketika mengetahui kalau minho bakal kuliah di australia. itu artinya minho bakal kembali dan menetap disana.

tapi, sepertinya raut kesenangan itu tidak tertular pada minho.

anak tertuanya itu hanya diam sambil sesekali melirik jam.

"kevin, kamu gak suka pulang ya?"

"enggak, ma. aku suka"

"kamu khawatir sama reaksi papa?"

"enggak"


felix menghela napas.

dia menyadari kenapa raut minho terlihat sangat murung.


"dia kepikiran sama pacarnya, ma"

keadaan hening.

minho sendiri tidak berucap selain berpamitan.

dia harus segera menemui lia atau gadis itu akan semakin kecewa padanya.


sementara di lain tempat,

lia mendudukkan dirinya ke kasur.

dia sebenarnya pergi karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa. jujur dia kecewa, tapi dia juga lega karena minho tidak terluka.

lia diliputi perasaan cemas.

dia dan minho tidak punya hubungan apa-apa, tapi dia sudah merasakan ketakutan karena akan kehilangan minho.

minho hanya punya waktu beberapa bulan berada disini. ujian kelulusan sebentar lagi dan lia benar-benar gugup.

ting

lia mengambil hpnya yang berbunyi. dia dapat notif dari minho.

gue di bawah
gue gak bakal pergi sampe lo keluar

apa yang harus dia lakukan sekarang?

...

🖇MODELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang