30. DINNER?

79 31 9
                                    

Tasya menoleh dan tepat pada orang itu Tasya terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasya menoleh dan tepat pada orang itu Tasya terkejut. Mengusap matanya dengan cepat namun hasilnya tetap dia.
___________________

"Lo ngapain disini?!" Tasya mengusap wajahnya dan menjauh dari Rendy. Rendy hanya terkekeh.

"Kenapa, gue ganteng ya sampek lo betah?" Tasya bergidik ngeri dan duduk dikasur.

"Amit amit!"

"Buktinya suara jantung lo" Rendy menatap Tasya kemudian dia berdiri. Tasya mencoba mendengarkan jantungnya dengan bantuan tangannya. Benar jantungnya terdengar keras.

Bego

"Bener kan?" Rendy menyeringai dengan menyandarkan punggung dipintu balkon. Tasya terlihat salah tingkah.

"G - gak lo sebenernya ngapain sih disini?!" Rendy mendekat ke arah Tasya sementara Tasya malah mundur dan mundur di atas kasurnya.

"Pede amat lu, gue gak bisa tidur kalo lo treak treak" Rendy berdiri dan menatap arah pintu keluar di Tasya. Tasya mengerti isyarat dan ikut melihat arah pintu. Bang Rio dia hanya menempelkan nadanya dipintu kamar Tasya dengan bersendekap.

"Dia nginep sini, abis ada tugas osis"

"Yaudah sana pergi!" Tasya bangkit dari posisinya dan mendorong tubuh Rendy untuk keluar. Rendy yang susah dibuat keluar tiba tiba mengambil sesuatu di tangan Rio.

Memberikan paperbag pink untuk Tasya. Tasya menerimanya dan menaikan satu alisnya seakan bertanya 'buat apa?'

"Lo lupa besok kita dinner gue jemput jam tujuh malam!"

Tasya membuka isi paperbag itu dan mengeluarkan isinya. Sebuah dress kuning selutut tepatnya diatas lutut. Dengan lengan pendek dan hiasan permata putih yang berada di pinggang yang melingkar sampai kebelakang. Menurut Tasya baju ini sangat cocok untuk anak lain daripada dirinya.

"Gue gak suka baku apaan ini pendek segini mending pakek hotpans. Tasya masih wanita semestinya suka shopping , suka pakai cat kuku namun jika urusan baju dia tidak suka memakai drees ataupun rok, seragam sekolah itupun terpaksa.

Jika saja sekolah boleh memakai celana olahraga saja lebih baik dia memakai itu. Ini bukan faktor bawaan dari diurusin atau lainnya memang dari kecil dia tidak suka memakai rok ataupun dress.

"Gue gak suka penolakan!" ucap Rendy seraya menarik pintu untuk menutupnya. Namun dia buka kembali.

"Bentar, gue mau lo berusaha lupain Irfan jadi gak gila kayak tadi" Rendy langsung menutup pintu.

ARENDYSTA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang