"Ikut gue." Tangan keras Rendy menyeret salah satu perempuan yang sedang dekat dengannya. Wajah Rendy memerah dengan rahang kokoh yang mengeras. Sepanjang koridor banyak tatapan muka yang menatap Rendy bingung.
"Lo juga ikut gue, Sya," ucap Rendy kepada Tasya yang berada didepan keras. Rendy mencekal tangan kedua gadis itu. Berjalan kearah belakang sekolah tempat awal terjadinya pertengkaran antara Sisil, Tasya dan Rendy. Bukan hanya tiga orang itu. Karena menyangkut Tasya, Dion, Irfan, Rio dan Rafi juga ikut dari arah belakang.
Rendy melepaskan cekalan dari kedua perempuan yang dekat dengannya. Rendy menjatuhkan Sisil sampai jatuh ke tanah. Rio, Rafi, Dion dan juga Irfan hanya menatap mereka seperti ingin melihat film di layar lebar.
Tasya tentu saja tidak tinggal diam. Dia membantu Sisil yang terjatuh, Sisil juga menerima uluran tangan itu. "Ngapain lo jatuhin dia?" tanya Tasya menatap lekat manik mata Rendy.
"Dia itu udah jahat, Sya sama lo," ucap Rendy memperingatkan Tasya.
"Lalu? Kalo lo giniin dia. Lo sama aja sama dia, nggak ada bedanya," ucap Tasya dan bergegas melenggang pergi. Namun, Rendy mencekal Tasya Tasya pada saatnya. Keduanya berbalik badan, saling menatap satu sama lain.
"Gue minta maaf," ucap Rendy penuh penyesalan sambil menggenggam kedua tangan Tasya. Satu tangan Rendy bahkan masih terdapat kasa steril bekas kemarin.
"Gue udah maafin lo," ucap Tasya tampak biasa. Rafi membulatkan matanya lebar-lebar.
"Sya, dia udah jahat sama lo," ucap Rafi sebagai adiknya.
"Ya, gue tahu. Tapi nggak semua perbuatan harus dibalas dengan hal yang sama kan? Manusia tempatnya salah, manusia tempatnya kekurangan," ucap Tasya benar-benar membuat Rendy terdiam. Dia tidak salah dalam memilih perempuan. Tasya menatap Sisil sejenak lalu tersenyum smirk.
"Kita ilang dari awal ya," ajak Rendy. Tasya mengangguk dan tersenyum penuh arti.
"Gue masih belum yakin," ucap Rio sambil melenggang pergi, tentu saja dia tidak bisa langsung percaya kepada Rendy. Dia sudah berkali-kali menyakiti adiknya, bahkan membuatnya sakit hati. Irfan maju kearah mereka.
"Gue harap, nggak akan ada lagi seseorang yang bisa misahin kalian termasuk itu, Sisil," ucap Irfan sambil menatap Sisil yang tersenyum smirk kepadanya. Irfan memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka.
"Lo minta maaf, Sil," ucap Rafi sambil memandang Sisil dengan tatapan sinis.
"Minta maaf sana!" ucap Rendy karena kesal yang tidak melihat pergerakan Sisil sama sekali.
"Salah aku apa, Dy?" tanya Sisil sambil memasang wajah polosnya.
"Nggak usah ngeles, gue udah tahu semuanya. Lo bohong soal penyakit lo kan? Cukup disini hubungan kita sebagai pacar, ataupun teman. Gue nggak sudi berteman sama lo, " kesal Rendy sambil memberikan tatapan tajamnya kepada Sisil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENDYSTA (Hiatus)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ '''Perjuangkan Or Tinggalkan''' "JADI SELAMA INI LO HANYA MAININ GUE HA?" "Gue minta maaf, tapi gue beneran sayang lo!" "GAADA YANG PERLU DI MAAFKAN, KITA PUTUS DAN GUE TERNYATA SALAH NILAI...