13. scar

33 6 6
                                    

Happy Reading

###

Bahkan, untuk menjadi sampah kau harus menjadi sesutau yang berharga terlebih dahulu

**************************

Mobil yang di kendarai Bagas pun melaju menuju pemakaman keluarga milik kakeknya sekaligus makam dari kedua orang tuanya. Pikirannya kalut, baru kali ini dia mengkhawatirkan Rain sampai seperti ini

Padahal biasanya Bagas akan bersikap tak peduli, mau Rain pulang atau tidak juga lelaki itu tidak akan repot

Bagas sadar, biar bagaimana pun dia menolak semua rasa pedulinya kepada Rain hubungan darah mereka masih saja tetap melekat di tubuh keduanya sampai kapanpun

"Mungkin gue begini karena Rain pergi sendiri, tanpa Reyhan"

Masih berpihak pada gengsi dan ego, Bagas tetap berkata seperti itu sambil menyetir. Tapi, hatinya berbicara lain

Saat telah sampai di parkiran pemakaman, ada penjaga makam yang menyambut kedatangan Bagas di depan gerbang pintu masuk area pemakaman

Pak Jajang, penjaga pemakaman sekaligus satpam disana mengikuti pergerakan mobil hingga sampai di parkiran

"Den Bagas, kok gak bareng adeknya kesini?" Sapa nya ramah

Bagas keluar dari mobilnya dan tersenyum singkat pada lelaki paruh baya itu "Iya, ini saya baru mau nyusul Rain.."

"Dia sendiri?" Bagas lanjut bertanya

Pak Jajang mengangguk "Iya Den, Non Rain sendiri"

"Yaudah, saya nyusul Rain dulu ya pak.."

Bagas berlari menuju letak dimana makam orang tuanya berada namun, dia berhenti saat nada dering handphone nya mengalun indah di suasana sepi pemakaman ini

"Kenapa Rey?"

Itu Reyhan, dia yang menghubungi Bagas, entah kenapa. Ah, mungkin saja dia ingin menyusul kemari. Anak itu benar-benar ingin membuat Bagas menonjok wajahnya

"Udah ketemu Rain?"

Bagas meringis di tempatnya, dia tidak suka apabila ada orang yang berbicara dengan embel-embel basa basi seperti ini

"Bisa to the point gak?"

Terdengar gelak tawa di sebrang sana, sialan sekali bocah tengil itu

"Ka, kalo ketemu Rain gue berharap Lo ga bikin dia nangis lagi. Seenggaknya untuk kali ini"

Permintaan Reyhan seolah menyentil ego nya secara perlahan, sebanyak itukah Rain menangis tanpa diri nya ketahui? Sebegitu beratkah beban yang di lalui oleh gadis itu hingga dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis

Bagas hanya terdiam, sembari menunggu perkataan Reyhan selanjutnya

"Lo kakaknya, gue harap Lo ngerti kondisi dia sekarang gimana. Walaupun Lo bilang kalo Lo benci Rain, mata dan hati Lo bertentangan sama apa yang mulut Lo bilang.."

"Sedikit aja lo buat Rain bahagia, seenggaknya sampe gue bisa nemuin orang yang bener-bener bisa bahagiain Rain. Setelah itu, Lo bebas mau apa aja.."

****

Pagi harinya Rain terbangun tepat jam 5, membersihkan tempat tidur dan membersihkan diri lalu menyiapkan seragam untuk hari Sabtu cerah ini

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang