Garesh - 2

45.1K 3.5K 516
                                    

Jangan lupa vote komen
.
.
.

........

Koridor mulai ramai ketika lima orang pria remaja berjalan melewati mereka. Tatapan memuja mereka layangkan, juga pekikan kagum mereka suarakan. Pesona yang mereka miliki sangat lah sempurna. Namun, ada satu yang menjadi sorotan dan menjadi tanda tanya bagi mereka. Pria paling tampan sedang terluka, lengannya di perban. Apa yang terjadi pada Garesh? Mereka meringis melihat luka yang sepertinya sangat parah itu.

"Garesh, kenapa lengannya diperban?"

"Dia gak papa kan?"

"Kayaknya habis tawuran. Lihat, muka Jay ada lebam juga."

"Luka segitu mah bagi Garesh gak ada apa-apanya."

"Liat! Datar gitu aja dia ganteng banget, gimana kalo senyum?!"

Gefano yang berada di samping Garesh berdecak karena suara pekikan dan bisik-bisik para kaum wanita yang mengganggu ketenangannya. Meskipun ia sudah biasa melihat yang seperti ini, namun bukan Gefano namanya jika tak merasa risih dan sangat ingin mengeluarkan koleksi kata-kata pedas miliknya.

"DIAM! BERISIK KALIAN!" bentak Gefano kesal dan seluruh murid langsung terdiam dan kembali ke kegiatan mereka masing-masing.

Begitulah, jika Garesh tidak bergerak ada Gefano yang maju paling depan. Gefano, Pria sinis, mulut pedas itu adalah orang terganas yang mereka ketahui setelah Garesh. Dan dua  pria beringas ini adalah Ketos dan Waketos SMA Abadi. Mereka akui, Garesh dan Gefano memang layak dijadikan Ketos dan Waketos. Bukan karena tampang dan kekuasaan yang akan membuat siapa saja patuh, melainkan kepintaran mereka berdua yang cukup berada di atas rata-rata mampu membuat seluruh kegiatan SMA Abadi diatur dengan sangat baik.

"Pusing gue, mata mereka minta di colok pake paku apa gimana sih anying," gumam Gefano yang kini sudah melipat kedua tangannya.

"Mereka panik pangerannya terluka," ucap Sadeva sambil tertawa.

"Padahal gue kan cuman lebam doang, kok mereka bisa panik gitu?" Jay mengusap pipi nya yang sedikit lebam.

Pletak.

"Pede banget! Yang di maksud Sadev pangeran itu dia, Bukan lo." Dirhan memukul punggung Jay lumayan keras sambil menunjuk Garesh.

"Sshh.. Jangan dipukul juga! Garesh aja gak heboh kok!"

Garesh hanya diam, menyimpan kedua tangannya di saku celana. Pandangannya tetap lurus ke depan.

Garesh memang  banyak sekali dikagumi oleh kaum hawa, dengan sejuta pesona yang ia miliki banyak perempuan berusaha mendekati tembok berjalan ini. Namun, Garesh tak begitu memperdulikan hal-hal tidak ada kerjaan seperti itu. Tak akan ada juga yang berani mendekati Garesh secara terang-terangan, paling cuma lewat surat terus di simpan di loker. Garesh sudah biasa dengan itu..

Sesampainya di kantin, seperti biasa. Mereka duduk di bangku pojok. Tempat keramat bagi mereka.

"Udah gue pesenin makanan kalian," ucap Dirhan memberitahu.

"Lah? Kapan?"

"Lewat ini." Dirhan menunjukkan ponselnya.

"Mie Ayam kan?" tanya Gefano.

"Iya."

"Punya gue gak pake sayur, awas aja."

"Iye, kagak."

"Airnya jangan panas dan jangan dingin, harus hangat."

"Iye, udah hafal gue mah!"

"Ayamnya gak boleh ada tulang."

Garesh (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang