Garesh - 14

26.6K 2.9K 613
                                    

Kalau ada typo bantu tandai ya.
Jangan lupa vote dan komen.
.
.
.
.
........

Amora tersentak dan langsung membuka matanya. Nafasnya tak beratur dengan degup jantung yang menggila. Ada apa ini?

"Udah bangun?"

Amora menoleh, mendapati Dirhan yang sedang menyetir mobil.

Tunggu dulu.

"Dirhan? Kok lo yang nyetir?" Amora melotot tak percaya. Jadi ini semua adalah mimpi?

"Lah emang siapa lagi? Daritadi juga gue yang nyetir." Dirhan melirik aneh Amora.

Tubuh Amora melemas, bersandar pada kursi mobil. Matanya terpejam. Benar, ini semua mimpi. Ia kira Garesh yang mengantarnya pulang, juga rentetan kejadian itu seperti nyata. Amora tidak percaya ini semua.

"Pasti lo mimpiin Garesh kan?" Dirhan terkekeh membuat Amora dengan cepat menoleh.

"Kok lo tau?!"

"Jadi bener?" Amora gelagapan dan langsung memalingkan muka.

"Gak!"

"Jujur aja, santailah sama gue. Orang dari tadi gue terus denger lo ngucapin nama Garesh mulu." Amora melotot, menatap dirhan dengan terkejut.

"Jangan ngarang lo!"

"Gue gak berani bohong, buat apa."

Amora mengusap wajahnya kasar. Merutuki dirinya yang mendadak gila sekarang. Bisa-bisanya ia memimpikan seorang Garesh. Mana pria itu mengatakan dirinya untuk menjadi pacarnya lagi. Apa Amora sudah gila?!

"Mimpi itu bunga tidur. Udah Mor, Baik atau buruknya mimpi lo barusan jangan dijadikan beban atau pikiran." Dirhan melirik Amora sekilas dan tersenyum tipis.

"Garesh yang nyuruh lo anterin gue?" tanya Amora memejamkan matanya masih syok.

"Siapa lagi? Gak ada yang bisa bertindak kalau Garesh gak nyuruh."

"Kalian kayaknya patuh banget sama Garesh." Dirhan tersenyum mendengar itu.

"Dari dulu Garesh yang selalu bantuin kita. Dia selalu ada dan maju paling depan kalau ada yang usik temennya. Eh bentar, ini kemana?"

"Belok kanan." Dirhan menuruti perkataan Amora dan melanjutkan ucapannya.

"Walaupun Garesh galak, jarang ngomong dan kasar. Dia paling pengertian dan bertanggung jawab. Ya, wajar sih itu termasuk peran dia sebagai ketua."

Amora mengangguk mengerti. Melupakan sejenak mimpi aneh beberapa menit yang lalu.

"Lo suka sama Garesh?" tanya Dirhan terkekeh.

"Gak! Kata siapa?" Amora memalingkan muka.

"Keliatan sih dari raut wajah lo. Gak boleh bohong loh Amora, dosa." Dirhan tertawa.

"Gue lupa, lo anak ustadz." Amora ikut tertawa.

"Itu rumah lo?"

"Iya."

Dirhan berhenti di depan bangunan besar nan mewah.

"Makasih Dirhan, maaf ngerepotin." Amora tersenyum lebar, dan mulai membuka seatbelt.

"Iya, Santai aja. Gue bantu masuk gak nih?" tanya Dirhan menawarkan diri.

"Gak usah, gue bisa kok."

Amora turun dari mobil, berbalik dan melambaikan tangannya.

"Makasih ya!" Dirhan mengangguk, dan setelah itu berpamitan.

Garesh (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang