Garesh - 17

28.5K 3.2K 823
                                    

Jangan lupa vote komen.
.
.
.
.....

Suasana di dalam mobil begitu terasa sangat canggung. Kedua sejoli itu saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Sedikit merasa tegang dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

Apalagi sang perempuan yang masih diam membisu dan mendadak tidak bisa bergerak. Entah mengapa, otaknya blank, pikirannya kalut dan jantungnya? Sudah tidak perlu di jawab.

Pria tersebut mengantarkan perempuan itu pulang karena langit sudah mulai menggelap. Dirinya juga merasa canggung begitu mengingat perkataan yang terlontar tanpa disengaja tadi sore.

Beberapa kali sang pria terlihat mengusap keringat yang terus membasahi pelipisnya. Entah itu karena memang gerah, atau gugup. Kalian bisa menebak?

"Ekhem." Amora, perempuan itu berdehem memecah keheningan. Sedikit bergerak membenarkan posisi duduknya. Sepanjang jalan tangannya terus meremas rok seragam sekolah yang belum ia ganti. Beberapa kali juga ia terlihat terus menggigit bibir bawahnya. Mengingat perkataan Garesh yang mengatakan bahwa dirinya adalah milik pria itu entah kenapa membuat Amora mendadak lupa dunia dan ingin tenggelam seketika.

Ia tidak percaya, sungguh. Mana mungkin seorang Garesh yang notabenya pria anti perempuan dan sama sekali tak peduli dengan kisah percintaan bisa langsung menyukainya dengan secepat ini. Apalagi Garesh mengatakan itu seperti tanpa beban sedikit pun membuat Amora sedikit ya begitulah ia tidak bisa menjelaskan.

Mobil berhenti tepat di depan rumah Amora. Garesh berdehem mencoba bersikap biasa saja, matanya menatap ke segala arah namun tidak pada gadis di sampingnya.

Amora menggaruk kepalanya gugup. "Emh.. M-makasih. Gue p-pulang dulu." Amora segera melepas seatbelt dan membuka pintu.

Garesh meremas stir mobil sangat kuat. 
"Tunggu!" Garesh keluar dari mobil. Wajahnya terlihat datar namun siapa tahu perasaannya sedang tidak karuan.

Amora terdiam berdiri kaku dengan tangan mengepal. Menatap Garesh gugup, jantungnya semakin berdegup tidak karuan tatkala pria itu sudah berdiri di hadapannya.

Jangan dulu nembak, plis. Batin Amora menggigit bibir bawahnya.

Garesh melipat kedua tangannya di dada. "Soal tadi, lupain." enteng banget woy!!

"Hah?" cengo Amora tidak percaya.

"Gue cuma bercanda," ucap Garesh santai tanpa beban.

Amora terdiam dengan mulut terbuka. Setelah sadar ia menggeleng sambil tertawa hambar.

"Bercanda ya?" kekehnya tertawa miris. Ia menganggukan kepala beberapa kali. "Oke makasih. Becandaan lo lucu banget!" ucapnya menepuk bahu Garesh setelah itu pergi memasuki rumahnya.

Garesh terdiam mematung saat sempat melihat Amora meneteskan air mata. Apa ucapannya salah? Apa terlalu menyakiti gadis Itu? Garesh menggelengkan kepala saat satu kemungkinan terlintas pada pikirannya.

Tidak mungkin jika Amora menyukai dirinya, iya itu tidak mungkin. Bahkan tidak boleh!

Lantas apa yang membuat gadis itu terlihat kecewa? Ck, dirinya tidak memahami gerak-gerik perempuan. Ia bahkan tidak pernah peduli kepada perempuan kecuali keluarga terdekatnya. Lantas apa yang membuat dirinya merasa bersalah dan hatinya mendadak nyeri begitu melihat Amora berlalu?

Garesh mengusap wajahnya kasar. Ia bingung harus melakukan apa sekarang.

"Ck, bego." umpat Garesh mengacak rambutnya.

....

"Ada yang bisa saya bantu nona?" Pria berseragam hitam membungkuk pada gadis di depannya.

Garesh (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang