Apakah masih ada ruang untukku untuk memilikimu?
.
.
.PERHATIAN!
Ada beberapa kata umpatan dan kata kasar disini jadi aku mohon kalian maklum ya, jangan ditiru juga. Kalau gak suka boleh skip aja.JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT
Beberapa jam kemudian satu-persatu dari mereka mulai meninggalkan kediaman Braga. Hari pun sudah semakin larut. Tiga keluarga masih setia berkumpul disana.
Braga dan Lio tentunya. Mereka sengaja berkumpul setelah acara berakhir. Tujuannya, tentu untuk merencanakan acara tunangan yang ternyata benar akan dijalankan. Satu keluarga lagi, Sanca. Pria itu kekeh ingin ikut bergabung. Dan dengan sangat terpaksa Braga memperbolehkan.
"Jadi gimana?" tanya Sanca menatap dua pria yang mulai beranjak tua.
"Gak gimana-gimana. Mereka emang bakal tunangan minggu depan," jawab Braga santai.
"Bentar dulu, ini Amora sama Garesh nya setuju apa enggak?" tanya Resha dibalas anggukan Lea.
"Kalau anaknya gak mau jangan di paksa," timpal Lea.
"Gimana?" tanya Braga. Kini seluruh tatapan mereka jatuh kepada dua sejoli yang terus menempel itu.
"Hm." Garesh hanya berdehem.
Resha menggeleng pelan, beralih menatap Amora lembut. "Amora? Bagaimana sayang? Apa kamu mau?"
Amora menggigit bibir bawahnya, matanya menatap satu persatu orang yang berada disana. Mulai dari Garesh, Ayah ibunya, Orang tua Amora, Sanca, Saphira dan terakhir Elang. Amora sempat saling tatap dengan Elang. Namun dengan cepat Amora lebih dulu memalingkan muka. Bisa khilaf ia nanti.
"Iya Amora mau."
Semua tersenyum lebar, tak terkecuali dua remaja yang nampak setia dengan wajah datar.
"Sabar ya Es, jodoh kamu mungkin bukan Amora." Sanca menepuk bahu Elang yang sudah memutar bola matanya malas. Sudah tidak biasa lagi ayahnya selalu memanggil dirinya dengan sebutan Es.
"Kalau kalian sudah setuju. Papi akan jelaskan tugas kalian."
"Tugas?" tanya Amora cepat. Ia menatap Garesh seolah bertanya, dan pria itu hanya mengangkat bahunya.
"Kalau kalian setuju mau tunangan, Papi sama Om Braga bakal ngasih kalian tugas. Ini hitung-hitung pengganti misi kalian yang waktu itu dibatalkan." Setelah itu Lio terus menjelaskan dengan rinci. Setelah Garesh dan Amora mengangguk paham. Lio langsung menatap Braga.
Baru saja Braga membuka mulut, suara Elang memberhentikan pergerakan nya.
"Bosen, ke atas." Jelas Elang berdiri hendak berjalan menuju kamar Garesh. Menurutnya perkumpulan ini tidak ada sangkut-paut dengan dirinya jadi ia tidak perlu menyimak. Lebih baik ia bermain dengan Berzi dan Luhan. Itu lebih sangat menyenangkan.
"Tunggu dulu Es! Kamu dapat tugas disini, jangan dulu pergi." Cegah Sanca menarik Elang untuk duduk kembali.
Elang berdecak, menatap malas ayahnya. "Apa?"
Sanca langsung melotot, "Tatapan apa itu?" sengitnya menatap tajam Elang. Remaja itu langsung berdecak dan mengangguk pelan.
"Maaf, Pa."
"Jaga sikap kamu, jangan seenaknya. Ingat perkataan Papa, harus hormati orang yang lebih tua. Paham kamu?" ucap Sanca seketika berubah datar. Elang mengangguk dan langsung menjaga jarak dengan Sanca, lebih memilih mendekat dengan sang ibu yang langsung mengusap kepalanya. Sanca akan selalu berubah menjadi galak ketika ia melanggar peraturan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garesh (Sudah terbit)
Teen Fiction(Tersedia di toko buku online.) .... Garesh Sarega Vegario, namanya. Ketua OSIS SMA Abadi, sekaligus Ketua Geng Astercyo. Sifat Garesh tidak beda jauh dengan Ayahnya, irit bicara, dingin, selalu sinis dan tak berperasaan. Yang berbeda, ia memiliki s...