Garesh - 13

26.1K 3.1K 694
                                    

Kalau ada typo, bantu tanda ya.
Jangan lupa vote komen
.
.
.
.
.......

Amora turun dari mobil dibantu pria yang tadi hampir saja menabraknya. Matanya menatap bangunan besar dengan pintu besi di depannya. Sungguh megah namun terkesan menakutkan.

"Asgar," panggil Amora yang sempat berkenalan di dalam mobil dengan pria itu.

"Iya?"

"I-ini markas Astercyo ya?" tanya Amora sambil melirik bangunan besar.

"Iya, Ayo masuk." Asgar hendak memapah Amora. Namun karena Amora yang seperti diam membatu membuat ia kembali menatap gadis itu.

"Kenapa?"

"Gue pulang aja deh, kalau Garesh tau gue ke markas kalian dia pasti marah." Amora meringis membayangkannya.

"Ck, Garesh pasti sering marah-marah sama lo ya?" tebak Asgar.

Sering banget.

"Gak juga sih, gue gak enak aja." Amora menggigit bibir bawahnya. Tadinya ia hanya beralibi saja akan mengantarkan gelang ini pada Garesh. Namun siapa sangka pria ini benar-benar membawanya ke tempat ini. Amora jadi was-was mengingat hubungannya dengan Garesh sedang tidak baik-baik saja.

"Gak papa, anggap aja lo kesini bukan untuk ketemu Garesh. Tapi atas ajakan gue untuk ngobatin luka lo, oke?" Amora mengangguk pasrah, ia berjalan dibantu Asgar.

Setelah sampai di depan gerbang, Asgar memencet tombol merah. Ia melakukan scan wajah, karena setiap akan masuk markas diperlukan data diri.

"Asgar?" Suara di dalam monitor terdengar.

"Iya ini gue, kenapa gerbang gak kebuka?"

"Ada orang lain yang tidak terdaftar dalam data disini, gue gak punya wewenang buat buka."

Asgar berdecak, "Ini teman Garesh, biarkan dia masuk."

"Ada bukti?"

"Harus banget pake bukti?"

"Tanpa bukti gue gak bisa buka, sorry."

"Astaga Deron, buka aja! Kalau Garesh marah gue yang tanggung jawab, gak liat apa ini cewek terluka!" kesal Asgar.

"Ck, iya."

Gerbang pun terbuka, menampilkan bangunan besar yang sangat berkelas. Amora berdecak kagum. Markas Astercyo lebih oke dibanding dengan markas nya sendiri.

"Ayo masuk." Asgar hendak membantu Amora. Wanita itu menggelengkan kepala, menjawab bahwa ia bisa melakukannya sendiri. Asgar pun mengiyakan dan berjalan lebih dulu. Banyak sekali pria yang menatapnya intens membuat Amora kikuk. Ia pasti satu-satunya perempuan di tempat ini.

Lorong demi lorong ia lewati, sangat gelap dan kelam. Tidak ada pencerahan sama sekali. Tak lama, ia sampai di depan sebuah pintu dengan lambang Api dan Sayap.

Amora dibuat terkejut begitu Asgar langsung menendang pintu dengan sangat keras.

Para manusia yang berada di dalam sontak ikut terkejut mendengar keributan dan semakin dibuat terkejut lagi begitu tahu siapa yang datang.

"A-asgar?" ucap salah satu Pria di pojok dengan terbata.

"Kok lo balik sekarang?" tanya Jay cengo.

"Kenapa? Salah?"

"B-bukan gitu, aduh gimana ini?" bisik Jay pada Dirhan. Mereka mulai panik. Asgar memicingkan matanya, menatap temannya satu-persatu. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan.

Garesh (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang