Jangan lupa vote komen.
.
.
.
....."ABANG PULANG!!!" pekik seorang gadis yang sedang duduk di kursi roda.
Garesh tersenyum tipis, sangat tipis. Ia melepas helm dan maskernya. Menghampiri Adiknya yang sudah siap menyambut kedatangannya.
"Freya udah di bolehin pulang! Tapi harus pake kursi roda dan nanti bakal ikut terapi." Freya menatap Kakaknya berbinar. Menjelaskan tanpa diminta, adalah hal yang sering ia lakukan. Apapun yang terjadi kepadanya akan selalu ia ceritakan kepada Kakaknya. Ia tak pernah menutupi apapun dan selalu bersikap terbuka. Membuat Garesh sedikit lega.
Garesh mengelus kepala Freya, Menatap Perawat Freya untuk menyingkir membiarkan dirinya yang akan mengambil alih. Garesh mendorong Kursi roda Freya masuk ke dalam rumah.
"Garesh? Sudah pulang?" Resha datang dengan membawa nampan berisi sup untuk Freya.
Garesh hanya mengangguk. "Dad?" tanyanya singkat.
"Sedang rapat di ruang kerja bersama Darka."
Garesh mengangguk, "Garesh kesana."
"Tunggu!" Freya menahan lengan Garesh membuat pria itu menoleh dan mengangkat satu alisnya.
"Freya pengen ke rumah Kak Gefa, boleh ya?"
"Gak!" bantah Garesh dengan cepat.
"Kenapa?" Freya merenggut sambil menggigit bibirnya.
"Mom," adu Garesh menatap ibunya.
Resha tersenyum, "Kenapa tidak boleh? Biarkan Freya main bersama Gefano. Lagian sekarang kamu akan latihan memanah bukan? Freya tidak ada teman."
Freya langsung tersenyum lebar, ia menjulurkan lidahnya ke arah Garesh Membuat Garesh pasrah dan akhirnya mengangguk.
"Hati-hati." Gareh mengacak rambut Freya.
"ASIK! AYO MOM ANTERIN FREYA KE RUMAH KAK GEFA!" teriak Freya kesenangan.
"Makan dulu, nanti Mom anter kamu kesana."
Hanya obrolah itu yang Garesh dengar karena setelahnya ia mulai memasuki ruangan kerja ayahnya.
"Biasakan mengetuk pintu," peringat Sang Ayah dengan dingin.
Garesh tak begitu menghiraukan dan lebih memilih duduk di sofa.
"Nanti kita bicarakan lagi, kau datang ke rumah dia untuk atur pertemuan. Misi Garesh akan segera di mulai."
"Baik, tuan." Darka membungkuk. Sebelum berlalu ia menyempatkan menyapa Garesh dan dibalas anggukan saja oleh pria itu.
"Ada apa?" tanya Braga begitu Darka menutup pintu.
Garesh mulai bangkit dan berjalan mendekati meja Sang Ayah. Ia duduk di depan Braga dan melempar sebuah foto kehadapan pria itu.
"Amora Zarea Catra," ucap Garesh tersenyum menyeringai.
Braga mendongak, lalu tertawa remeh. Ia sudah tau semuanya.
"Ketua Athyros," lanjut Garesh.
"Dad sudah tau, dan dia yang memberitahumu bukan?" tebak Braga. Ia melipat kedua tangannya di dada.
"Dia pasti akan di beri hukuman oleh ayahnya."
Garesh memutar bola matanya, sangat tidak peduli dengan ucapan terakhir sang Ayah. Ia langsung bersandar pada kursi dengan kaki yang disilangkan. Tangannya mengetuk meja beberapa kali. Membuat Braga sedikit terkekeh, kebiasaan itu sering ia lakukan di saat muda dulu. Ah,sekarang juga ia masih sering melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garesh (Sudah terbit)
Teen Fiction(Tersedia di toko buku online.) .... Garesh Sarega Vegario, namanya. Ketua OSIS SMA Abadi, sekaligus Ketua Geng Astercyo. Sifat Garesh tidak beda jauh dengan Ayahnya, irit bicara, dingin, selalu sinis dan tak berperasaan. Yang berbeda, ia memiliki s...