Chapter 24 - Gendong

1.3K 87 0
                                    

24. Gendong

"Udahlah, kamu itu dari berangkat tadi pagi, sampe malem ini keselnya nggak berhenti-berhenti!" ujar Banyu dengan menepuk pundak Jati berulang kali.

"Iya deh, tadi waktu Mas Bayu keluar langsung masuk lagi sama mas galak." Jati terkekeh, untuk panggilan itu yang ia rindukan selama ini.

"Gara-gara Bayu sih, kamu udah sadar bukannya keluar malah ndekem kaya ayam bertelur!" Jati melirik Bayu yang terkekeh karena perbuatannya pagi tadi.

"Gue tadi yang nyuruh buat nggak keluar dulu." Rembulan tersenyum seulas. Seluruh keluarga mereka turut senang karena Rembulan sadar maju 6 hari.

"Kamu baik-baik aja kan? Nggak ada yang sakit lagi?" Lika, selaku ibu Bintang mengusap kepala Rembulan lembut. "Udah kok bu, nggak ada yang sakit!" jawabnya lembut.

"Kakak!" panggil Ella, Harum, Lio, dan Dana bersamaan. Rembulan dan mereka semua menengok ke satu arah.

"Kompak banget!" sahut Rani terkekeh.

"Yaudah gini aja, bapak-bapak, ibu-ibu, kita keluar aja. Biar para mas-mas loreng ini ngobrol sama dokter kesayangan mereka!" sahut Ayu dengan senyum mengembang.

"Tapi kan-" ucapan Resta terpenggal karena Ayu mendorongnya untuk keluar. Mereka para tetua terkekeh karena sikap Ayu dan Resta yang seperti anak kecil.

Setelah para tetua keluar dari ruangan bersama para bocil, serta menyisakan 4 laki-laki dan tiga gadis.

Keheningan menyelimuti mereka semua, tidak ada yang membuka suara.

"Mas Bagus kenapa dari tadi diem?" memang benar, sedari tadi Bagus hanya diam dan memandangi Rembulan tanpa kedip.

"Nggak papa." ucapnya dengan mengulas senyum tipisnya.

"Bagus kan irit ngomong!" celetuk Bintang yang diberi tatapan kesal dari Bagus.

"Al, diem lo!" Yana menimpali. "Yan!" panggil Rembulan.

"Apa lan?" Rembulan tersenyum. "Pen makan, suapin ya?"

"SAYA AJA!" ucap mereka serempak. Ella, Yana, dan Rembulan menatap mereka dengan berkedip berulang kali.

"Nggak gue aja!" tolak Yana. "Iya nih, yang ada kalian rebutan nanti!" ujar Ella dengan terkekeh.

Jati melirik Ella kesal. "Dasar bocilnya Yoka!" Ella mendelik kesal.

"APA LO BILANG?!"

"Ella ...." Yana dan Rembulan memanggil dirinya dengan nada rendah.

Gadis itu mendengus kesal. Yana beralih mengambil piring besi dan menyangganya.

"Gue bersyukur banget lan, lo udah sadar." ujar Yana dengan mengambil posisi duduk dan menyuapkan satu sendok bubur.

Rembulan tersenyum lalu menerima suapan itu. "Yana sampe nangis tiga hari, dok." timpal Bintang dengan melirik Yana lalu terkekeh.

"Bukannya lo?!" seru Yana dengan nada kesal. "Bukan, Bayu kayaknya!"

"Ya kan, Bay?" Bintang melirik Bayu dan menaik turunkan alisnya. "Nah bener, Bayu nangis tiga hari!" sahut Jati.

Hancur sudah reputasi Bayu dihadapan Rembulan dan semuanya. Mereka yang ada disana tertawa terbahak-bahak karena Bayu memalingkan wajahnya.

"Apalagi si Bagus!" Bayu menjawab. "Bagus nangis dua jam, sampe matanya kaya balon!" lanjutnya dengan terkekeh.

"Masih mending, dari pada kamu tiga hari!"

Mereka tertawa ringan saat Bayu merasa malu kembali.

"Ngga papa, artinya rasa sayangnya nggak main-main, kan mas?" Rembulan menyahuti.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang