Chapter 15 - Saksi Kita

1.3K 88 8
                                    

15. Saksi Kita

Setibanya di bandara, semua urusan segala macam yang menyangkut dengan persiapan pergi dengan pesawat sudah siap.

Rembulan dan Ella sudah berada di dalam pesawat. Mereka berdua duduk berdampingan dan di sisi kanannya juga ada seorang dokter. Pesawat itu di khususkan untuk tim medis yang akan ke luar Jawa.

Rembulan yang berada tepat di samping jendela pesawat melihat bandara dari dalam sana. Sebentar lagi, pesawat akan segera berangkat ke Sumatera.

Mereka akan turun di bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing. Ia melihat petugas-petugas bandara yang sedang berlalu lalang disana.

"Kak!" panggil Ella dengan menyenggol lengan Rembulan. Refleks, ia menengok ke arah samping dan menampilkan wajah Ella yang kian melesu ketika ia akan berangkat ke Sumatera.

"Iya?"

"Coba lihat!" Ella menunjukkan layar ponselnya, gambar itu menampilkan sosok laki-laki tampan dengan lesung pipi berkulit putih menggunakan seragam putih dengan celana hitam.

"Pilot?" Ella mengangguk cepat. "Siapa?" Lanjut Rembulan dengan mengerutkan keningnya.

"Namanya Rafikhan Bachtera Kevin." Ella menarik tangannya dan menatap Rembulan sedih. Rembulan menantikan kisah selanjutnya yang akan diceritakan oleh Ella nantinya.

"Dia, Tunangan gue waktu kelas dua belas SMA umur delapan belas, dan dia umur dua puluh empat tahun." Ella tersenyum miris.

Andai waktu bisa diulang, Ella pasti tidak akan mengizinkan laki-laki sebaik Kevin menggantikan posisi pilot lain. Dan insiden itu pasti tidak akan terjadi. Ia sungguh menyesal ketika dirinya mengangguk sebagai persetujuan, ketika malam terakhirnya. Malam terakhir sebelum dirinya kehilangan Kevin.

"Dia kecelakaan di Sumatera Utara, pesawat yang dia kendalikan jatuh dan, hilang kontak." Ella tersenyum lagi.

Tak terasa, pesawat yang mereka tumpangi sudah berada di atas awan. Mereka terlalu larut dalam pembahasan hal itu.

"Dia hilang, dia kecelakaan waktu sulit buat kendaliin pesawat itu. Dan selama empat tahun ini, dia hilang tanpa kabar. Setahun lalu, katanya dia ditemukan di tepi pantai, gue sama sekali nggak tau itu benar apa enggak. Gue sama sekali nggak tahu." tangisnya pecah. Rembulan segera memeluk gadis itu erat.

Ia jarang melihat Ella sesdih ini, bahkan tidak pernah melihat. Gadis itu terlihat sangat sedih dan sangat terpukul. Namun, apa kabar dengan hatinya selama banyak tahun ini.

Ditinggalkan pula dengan status yang sama. Sama sama dalam ikatan 'Tunangan'.

"La, kita sama-sama sakit dalam hal yang sama, namun kurun waktu yang berbeda." bisiknya ditelinga Ella yang sedang menangis pilu.

"Lo empat tahun, dan gue lebih dari lima tahun."

"Gue tunangan waktu umur lima belas tahun, walaupun dimata kami berdua doang. Saksinya bintang, langit, dan bulan."

"Itu hal paling indah yang pernah gue laluin sama dia, walaupun sekarang dia udah gak ada karena peristiwa persekongkolan yang kakak dan tunangan kakak gue sendiri. Beserta adik dan tante dari tunangan kakak gue."

"Dia di tembak, di hadapan gue."

"Gue nyesel, karena kematiannya karena gue."

.

.

.

.

.

.

.

Malam ini, lumayan larut. Ella dan Rembulan mendirikan tenda darurat di bantu beberapa TNI yang ada disana. Secara, mereka ditugaskan di pos itu, dan dokter atau tim medis yang lain ditugaskan di pos yang berbeda.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang