Chapter 3 - Kertas Misterius

2.9K 192 24
                                    

3. Kertas Misterius

"Tunggu!" panggilnya ketika ia berbalik menghadap laki-laki yang membelakanginya.

Langkah laki-laki itu terhenti, ketika mendengar panggilan darinya. Namun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Nama lo siapa?" tanya Rembulan untuk pertama kalinya. Laki-laki itu diam, apakah dirinya tidak mempunyai kata-kata lain selain kata yang diucapkannya tadi?

'Eh wait! Kenapa gue tanya nama dia? Penting juga enggak!'

"Bagus Hadisena." singkatnya lalu pergi dari hadapan Rembulan.

"WOY! TUNGGU! GUE BELUM NGENALIN NAMA GUE KE LO!"

"NAMA GUE REMBULAN!! PANGGIL AJA BULAN!!" teriaknya di lorong. Beruntung sekali keadaan lorong saat itu sepi. Kalau tidak, dirinya akan terkena semprot dokter lain.

"Kenapa teriak-teriak?" tanya seseorang yang mengagetkannya tiba-tiba. Rembulan mengelus dadanya sabar, kemudian ia menengok menghadap orang itu.

"Ma—mas Bayu?" gugupnya dengan wajah tidak terkondisikan.

"Kamu kaget?" ia terkekeh. Rembulan tak menyangka, kali ini mereka bertemu setelah beberapa jam berpisah.

"Mas ngapain disini?" tanya Rembulan heran. "Kemarin juga disini, mas lagi cari-cari dokter atau suster buat pasangan ya? Ngaku?!" imbuh Rembulan beruntun.

Bayu terkekeh, "Ngawur! Kamu itu, kenapa teriak-teriak di lorong rumah sakit. Saya disini mau ambil hasil tes kesehatan." Rembulan manggut-manggut.

"Kalo gitu saya duluan, habis ini ada tugas soalnya." Bayu mengusap kepala Rembulan. Ia mematung di tempat dengan perlakuan Bayu yang selalu lembut kepadanya.

"Jaga diri kamu baik-baik!" ia pun pergi dari hadapan Rembulan saat itu.

Hatinya menghangat ketika diperlakukan lembut oleh Bayu saat itu juga.

"Ini juga, kenapa nggak pake jilbab?"

Akh! Ia jadi mengingat sosok laki-laki gagah dan selalu baik kepadanya. Yang mampu mengingatkan semuanya tentang hal hal yang pernah mereka lalui bersama.

Ah! Dia jadi merindukan Caca dan Coco sekarang.

"DOMUD!!" lamunannya terbuyar ketika teriakan nyaring memenuhi telinganya. Siapa lagi kalau bukan Ella yang selalu memanggilnya DOMUD alias DOKTER MUDA, padahal sudah jelas sekali jika ia lebih muda dibanding dirinya.

"Domud! Tau nggak?!" tanya Ella dengan mengguncang-guncangkan lengan Rembulan.

"Tau apa?" tanya Rembulan dengan nada tidak mengerti. "Itu loh! Besok kita ada bazar kesehatan di lapangan yang biasanya dibuat latihan tentara, mana lagi tentaranya!" ucapnya histeris.

"Bukannya masih empat bulan lagi ya?" mereka berjalan beriringan sekarang. Ella menggelengkan kepalanya.

"Enggak kayaknya, tapi ... Ya nggak tau lah, coba tanya Kak Zeo!"

"Nanti coba gue tanya." Ella mengangguk. Ia jadi teringat sesuatu saat dirinya akan menghampiri Rembulan.

"Domud!" panggilnya untuk kesekian kalinya. Sifat cerewetnya sungguh membuat siapapun jengah dengan sifat Ella. Namun ada beberapa dokter bawahan yang sangat menginginkan Ella untuk menjadi kekasihnya, dan sayangnya Ella selalu saja menolak dengan alasan 'Ella itu masih kecil, nggak mau namanya pacar-pacaran' Dasarnya anak polos ya gitu.

"Hm?"

"Tadi yang ngobrol terus ngusap kepala kakak siapa?"

Wadohh, parah nih si bocil tau kalo kepala gue diusap sama Mas Bayu. Batinnya dengan raut muka gelisah.

Tentangmu, Abdi Negaraku ( END - SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang